Perlu diketahui, bahwa yang menyatukan Hizbut Tahrir di seluruh dunia adalah ideologinya, yaitu Islam. Faktor ideologis (Islam) inilah yang menyatukan seluruh aktivisnya meski ras, suku, bangsa dan bahasa mereka berbeda. Faktor ini membentuk karakter dasarnya, yang tercermin pada kesamaan pemikiran dan perasaannya (kullun fikr[un] syu’ûriy[un]).
Karena itu, Hizbut Tahrir di seluruh dunia mempunyai konsep (fikrah) dan metode (tharîqah) yang sama. Yang membedakan satu dengan yang lain adalah kondisi, peluang dan tantangan yang berbeda. Kondisi, peluang dan tantangan yang dihadapi Hizbut Tahrir di Indonesia tentu berbeda dengan kondisi, peluang dan tantangan di tempat lain. Karena itu, Hizbut Tahrir
Dalam konteks keindonesiaan, Hizbut Tahrir
Cengkeraman penjajah di negeri ini, khususnya Amerika, telah begitu menggurita; di bidang ekonomi, politik, pendidikan, sosial, budaya, pertahanan dan keamanan. Sejak awal, antara dekade 1990-an awal hingga 2000-an, Hizbut Tahrir
Peluang dan Tantangan Pra dan Pasca Reformasi
Reformasi yang terjadi pada tahun 1998, selain karena faktor internal, yaitu ketidakpuasan rakyat terhadap Pemerintah, juga karena faktor eksternal yang digerakkan oleh negara-negara kafir penjajah, khususnya Amerika, setelah melihat kecenderungan menguatnya pengaruh Islam di negeri ini. Namun, komitmen dan kesadaran keislaman yang mulai tumbuh itu justru semakin menguat pasca bergulirnya Reformasi.
Pada saat itulah, Hizbut Tahrir Indonesia merasa terpanggil untuk segera mengambil peran real agar bisa memberikan konstribusi untuk menyelamatkan negeri ini. Sebagaimana booklet yang pernah dikeluarkan oleh Hizbut Tahrir, Hazzat al-Aswaq al-Mâliyah (Guncangan Pasar Modal) yang bertujuan untuk menguraikan fakta krisis, penyebab dan solusinya, sekaligus menunjukkan kepada publik tentang betapa jahatnya sistem Kapitalisme yang dipimpin oleh Amerika itu, maka tidak ada lagi jalan keluar yang rasional kecuali kembali pada sistem syariah. Inilah yang juga secara konsisten dan terus-menerus dikampanyekan oleh Hizbut Tahrir Indonesia.
Solusi inilah yang juga ditawarkan oleh Hizbut Tahrir Indonesia saat negeri ini masih didera oleh krisis multidimensi. Untuk itu, pada tahun 2000, Hizbut Tahrir Indonesia menyelenggarakan perhelatan akbar yang pertama, yaitu Konferensi Khilafah Internasional di stadion tenis indoor, Senayan, Jakarta. Meski sebenarnya konferensi ini bukan kali pertama, inilah konferensi yang pertama kali mengangkat nama Hizbut Tahrir Indonesia ke permukaan.
Pasca Konferensi Khilafah Internasional kala itu, opini syariah dan Khilafah pun menarik perhatian publik dan menjadi berita besar di media massa nasional. Namun, hal itu hanya beberapa saat sampai akhirnya tenggelam kembali dan hilang. Meski demikian, ada satu hal yang menarik, bahwa isu syariah yang selama ini dikebiri, akhirnya menyeruak dan semakin nyaring diperjuangkan.
Setelah itu, banyak kalangan mengemukakan gagasan penerapan syariah Islam, mulai dari gerakan, ormas hingga parpol Islam. Lalu, berangkat dari kewajiban syariah untuk menyelamatkan negeri ini, momentum amandemen UUD 1945 yang terjadi pada bulan Agustus 2002, bertepatan dengan sidang umum MPR, telah dimanfaatkan oleh Hizbut Tahrir Indonesia untuk menawarkan solusinya kembali, syariah, melalui kampanye syariah. Kampanye dimulai dengan longmarch dari Monas menuju gedung DPR/MPR RI dengan barisan yang rapi dan berseragam hitam putih. Longmarch yang diikuti sekitar 15.000 massa itu pun berhasil menyedot perhatian publik dan media massa, baik lokal, nasional maupun internasional. Pesan singkat kampanye tersebut, “Selamatkan Indonesia dengan Syariah” juga telah menjadi opini publik yang cukup massif. Kampanye yang didukung dengan diskusi publik selama kurang lebih tiga bulan dengan mengangkat berbagai topik, disertai dengan pengiriman delegasi kepada DPR/MPR RI, serta pemasangan spanduk “Selamatkan Indonesia dengan Syariah” di seluruh penjuru negeri telah membuat kampanye ini sukses membangun opini tentang eksistensi Hizbut Tahrir Indonesia dan perjuangannya: menyelamatkan Indonesia dari berbagai krisis multidimensi dengan syariah.
Memberikan Konstribusi dan Mengokohkan Peranan
Harus diakui, bahwa keberadaan Hizbut Tahrir Indonesia yang mulai eksis di tengah-tengah masyarakat memberikan konstribusi bagi perjalanan aktivitas Hizbut Tahrir Indonesia berikutnya. Jika sebelumnya aktivitas Hizbut Tahrir Indonesia lebih banyak terfokus pada aktivitas internal, pembinaan kader, maka setelah itu aktivitasnya mulai banyak keluar, yaitu pembinaan umat (tatsqif al-ummah). Aktivitas keluar ini dilakukan dalam bentuk seminar, diskusi, khutbah Jumat, tablig akbar, penerbitan buletin al-Islam, majalah al-Waie, press release Jurubicara Hizbut Tahrir Indonesia, naysrah, booklet hingga penulisan artikel, talk show di media massa, baik cetak maupun elektronik, lokal maupun nasional.
Melalui berbagai sarana dan media tersebut, Hizbut Tahrir Indonesia menyampaikan berbagai gagasannya tentang syariah dan Khilafah serta pentingnya persatuan dan kesatuan umat Islam di seluruh dunia. Sebagai entitas yang juga telah bersumpah untuk menjadi penjaga Islam yang amanah (hâris[an] âmin[an] li al-Islâm), Hizbut Tahrir Indonesia juga merasa bertanggung jawab untuk mengoreksi dan mengontrol setiap pemikiran dan perasaan umat yang bertentangan dengan Islam. Karena itu, Hizbut Tahrir Indonesia bukan hanya mengoreksi berbagai kebijakan penguasa yang dianggap melanggar syariah, tetapi juga sikap umat dan para tokohnya. Selain memaparkan fakta, Hizbut Tahrir Indonesia juga memberikan solusi dan jalan keluarnya menurut syariah. Bahkan tidak jarang, Hizbut Tahrir Indonesia juga membongkar konspirasi yang merugikan negeri ini, serta rakyatnya; sebagaimana yang pernah dilakukan oleh Hizbut Tahrir Indonesia ketika menolak UU SDA, UU Migas, Penyerahan Blok Cepu, RUU Anti Pornografi-Pornoaksi, dan RUU Penanaman Modal. Tidak berhenti di situ, Hizbut Tahrir Indonesia juga telah melakukan berbagai advokasi, baik melalui aksi demonstrasi maupun pengiriman delegasi kepada para perumus dan pengambil kebijakan, guna membela kepentingan umat dan rakyat di negeri ini.
Hizbut Tahrir Indonesia juga sangat gigih menjaga persatuan dan kesatuan negeri Muslim terbesar ini. Di kalangan internal umat Islam, Hizbut Tahrir Indonesia bersama organisasi keislaman yang lain menjadi inisiator lahirnya Forum Umat Islam, yang menghimpun sejumlah organisasi keislaman. Bukan hanya itu, Hizbut Tahrir Indonesia juga menyelenggarakan sejumlah forum temu tokoh yang bertujuan menyamakan visi dan misi perjuangan umat hingga terjadilah sinergi dan persatuan.
Di level kebijakan, Hizbut Tahrir Indonesia sering membongkar konspirasi negara-negara kafir penjajah untuk memecah-belah negeri ini; sebagaimana yang dilakukan Hizbut Tahrir Indonesia sebelum Timor Timur lepas pada tahun 1999, maupun dalam kasus-kasus terakhir, baik OPM, RMS maupun DCA. Semuanya tidak pernah luput dari perhatian Hizbut Tahrir Indonesia.
Inilah berbagai aktivitas yang bisa didedikasikan oleh Hizbut Tahrir Indonesia kepada umat Islam, seluruh rakyat dan negeri ini. Inti dari semuanya di atas tidak lain adalah pencerdasan umat dan rakyat. Jika mereka cerdas serta tahu bagaimana caranya seluruh kepentingan mereka harus diurus, dengan apa dan siapa yang layak untuk mengurus kepentingan mereka, maka dengan izin dan pertolongan Allah, umat Islam di negeri ini akan bangkit, dan menerapkan syariah agamanya. Bukan hanya itu, mereka pun tidak akan rela kecuali dipimpin oleh seorang khalifah yang menerapkan syariat-Nya. Jika itu menjadi kehendak mereka, maka siapakah yang bisa menghalanginya?
Kesimpulan
Walhasil, tidak ada aktivitas lain yang wajib dilakukan dalam upaya penerapan syariah Islam di mana pun, termasuk di negeri ini, kecuali dengan membina umat dan memberikan pencerahan kepada mereka tentang syariah. Untuk tujuan itulah, Hizbut Tahrir Indonesia telah mengeluarkan buku, Menegakkan Syariat Islam dan Bunga Rampai Penerapan Syariat Islam. Selain itu, Hizbut Tahrir Indonesia juga telah menyiapkan konsepsi tentang Politik Syariah dalam Bidang Politik, Ekonomi, Sosial dan Pendidikan, yang pernah diajukan kepada para Calon Presiden dan Wapres menjelang Pemilu 2004; juga Strategi Kebudayaan di Bidang Politik, Ekonomi, Sosial dan Pendidikan yang pernah diajukan kepada Panitia Kongres Umat Islam IV di Jakarta.
Karena itu, aktivitas Hizbut Tahrir Indonesia dan juga Hizbut Tahrir di seluruh dunia, tidak ada lain merupakan aktivitas intelektual dan politik. Hizbut Tahrir menyadari, bahwa upaya ini tidak bisa dilakukan sendiri. Upaya ini hanya akan berhasil jika bersama-sama dengan umat dan seluruh kekuatan umat. Karena itu, Hizbut Tahrir Indonesia akan senantiasa bersama-sama umat dan berada di tengah-tengah mereka. Jika aktivitas yang dilakukan oleh Hizbut Tahrir Indonesia, dan juga Hizbut Tahrir di seluruh dunia, hanyalah aktivitas intelektual dan politik, maka upaya pelarangan terhadap Hizbut Tahrir adalah bukti kekalahan intelektual yang memalukan.
Wallâhu Rabb al-Musta‘ân wa ilayhi at-tâkilan.[]