Ketika tulisan ini sampai ke hadapan Pembaca, barangkali Pembaca sudah memasuki sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan atau bahkan sudah merayakan Hari Raya Idul Fitri 1428H.
Namun, kalau kita merenung kembali, hakikat dari pelaksanaan ibadah shaum Ramadhan adalah imsak, yakni menahan diri dari makan, minum, berhubungan suami istri dan segala hal yang membatalkan ibadah shaum Ramadhan. Hakikat imsak adalah kesadaran kita bahwa sebagai hamba Allah Swt. kita sedang melaksanakan kewajiban yang Dia fardhukan untuk kita, yakni ibadah shaum. Kesadaran itu adalah kesadaran hubungan kita dengan Allah (idrâk shillah billâh); bahwa Allah sang Pencipta telah menciptakan manusia, kehidupan, dan alam semesta tempat manusia hidup; bahwa manusia adalah makhluk yang diciptakan oleh Allah Swt. untuk beribadah kepada-Nya; bahwa Allah Swt. telah membuat seperangkat aturan yang mengatur seluruh aspek kehidupan manusia sehingga manusia bisa berjalan di atas bumi dengan mengikuti aturan-Nya tersebut.
Oleh karena itu, ketika memulai imsak pada saat terbit fajar (waktu subuh), seorang Muslim menyadari bahwa dia sedang ‘on line’ dengan Allah Swt. Dia sadar bahwa dia sedang beribadah kepada-Nya dengan menetapi ketentuan-Nya, yakni menahan diri dari segala hal yang membatalkan shaum. Kesadaran untuk menaati perintah-Nya itulah yang membuat seorang Muslim tahan dan antusias melakukan imsak. Kesadaran itulah yang telah melahirkan kekuatan spiritual (al-quwwah ar-rûhiyyah) dalam dirinya sehingga ia mampu menahan lapar dan haus serta mengendalikan hawa nafsunya. Kekuatan spiritual semacam ini merupakan kekuatan yang tiada
Ketika niat berpuasa, hendaklah kita menargetkan shaum kita dalam rangka mencapai derajat takwa (Lihat: QS al-Baqarah [2]:183).
Menurut Ustadz Muhammad Husain Abdullah dalam kitab Dirâsât fî al-Fikri al-Islâmi, itu berarti, setiap kali kita berniat shaum pada malam hari, lalu kita berimsak sejak fajar shadiq waktu subuh hingga matahari tenggelam waktu magrib, adalah dalam rangka meraih derajat muttaqîn.
Karena itu, bulan Ramadhan hakikatnya adalah bulan pelatihan bagi kaum Muslim agar menjadi hamba Allah Yang Maha Pengasih yang seutuhnya. Sebab, bulan Ramadhan sebagai bulan agung yang penuh berkah memiliki magnitude yang luar biasa sehingga menarik jiwa hampir seluruh kaum Muslim untuk mengisi hari-hari dan malamnya dengan ibadah dan berbagai kebajikan Islam: shaum, shalat tarawih, shalat berjamaah, tadarus al-Quran, bersedekah, menghadiri majelis-majelis ilmu, pesantren kilat, iktikaf, berbuka puasa bersama fakir-miskin, melakukan umrah Ramadhan, dll. Itulah fenomena massal umat Islam di seluruh dunia pada bulan Ramadhan, yang menunjukkan ketundukan dan kepatuhan kepada Allah Swt. dengan penuh semarak dan antusiasme kolektif. Inilah modal dasar bagi pembentukan masyarakat yang bertakwa, yang dijanjikan oleh Allah Swt. akan diberi keberkahan dari langit maupun bumi (Lihat: QS al-A‘raf [7]: 96).
Keberkahan dari langit dan bumi itu dipastikan oleh Allah Swt. akan dibuka untuk penduduk negeri-negeri yang secara kolektif bertakwa kepada Allah dalam seluruh aspek kehidupan mereka: dalam peribadatan; dalam akhlak dan perilaku sehari-hari; dalam etika berbusana; dalam menkonsumsi makanan dan minuman; dalam berjual-beli dan aktivitas ekonomi lainnya; dalam berbudaya dan berinteraksi sosial; dalam penyusunan kurikulum dan penyelenggaraan program pendidikan; dalam aktivitas politik dan penyelenggaraan negara; dalam menyusun APBN dan pengambilan kebijakan ekonomi; dalam kebijakan politik luar negeri; dalam membuat sistem pertahanan dan keamanan; dalam mengadili perkara pidana dan mengatasi konflik di masyarakat; dalam penyusunan peraturan perundangan; dalam menjamin terpenuhinya kebutuhan individu seluruh rakyat seperti sandang, pangan, dan papan; serta dalam memenuhi kebutuhan kolektif rakyat seperti pelayanan pendidikan, kesehatan, dan keamanan.
Semua itu akan terwujud manakala Pemerintah yang menjadi penanggung jawab politik negeri ini betul-betul menyadari tugas dan tanggung jawabnya sebagai seorang imam. Seorang imam sejatinya mengamalkan firman Alllah:
وَأَنِ احْكُمْ بَيْنَهُمْ بِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ وَلَا تَتَّبِعْ أَهْوَاءَهُمْ
Putuskanlah perkara di antara mereka menurut apa yang telah Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka. (QS al-Maidah [5]: 49).
Penguasa yang memerintah dengan al-Quran dan as-Sunnah tidak bakal muncul kecuali atas pilihan dan pengangkatan masyarakat yang telah memiliki kesadaran takwa secara kolektif. Karena itulah janji Allah Swt. kepada mereka sebagaimana firman-Nya:
وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ ءَامَنُوا مِنْكُمْ وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِي الْأَرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِينَهُمُ الَّذِي ارْتَضَى لَهُمْ وَلَيُبَدِّلَنَّهُمْ مِنْ بَعْدِ خَوْفِهِمْ أَمْنًا
Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman dan beramal shalih di antara kalian, bahwa Dia sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di muka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa; Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah Dia ridhai untuk mereka dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka—sesudah mereka dalam ketakutan—menjadi aman sentosa. (QS an-Nur [24]: 55).
Semoga kaum Muslim di negeri ini bisa memanfaatkan momentum pelatihan ibadah sebulan penuh pada bulan Ramadhan tahun 1428 H ini untuk melakukan transformasi kesadaran: dari ketakwaan individu ke ketakwaan kolektif sebagai penduduk negeri Muslim terbesar; dari ketakwaan sektoral pada batas-batas ibadah ritual ke ketakwaan secara total dalam seluruh aspek kehidupan.
Wallâh al-Muwaffiq ilâ aqwam ath-tharîq! [KH. M. al-Khaththath]
Semoga kaum Muslim di negeri ini bisa memanfaatkan momentum pelatihan ibadah sebulan penuh pada bulan Ramadhan tahun 1428 H ini untuk melakukan transformasi kesadaran: dari ketakwaan individu ke ketakwaan kolektif sebagai penduduk negeri Muslim terbesar; dari ketakwaan sektoral pada batas-batas ibadah ritual ke ketakwaan secara total dalam seluruh aspek kehidupan.
” MOMENTUM RAMADHAN SEBAGAI TONGGAK PENEGAK SYARIAH DAN KHILAFAH ”
SEMOGA INI ADALAH RAMADHAN TERAKHIR TANPA ADANYA DAULAH KHILAFAH
AMIIIIIIIIN