HTI

Sirah (Al Waie)

Serangan Politik Terhadap Dunia Islam

sirah.jpgBarat membuat makar dengan melahirkan keadaan stagnan di seluruh Dunia Islam. Implikasinya, pengembangan dakwah Islam menjadi sepi. Gelora Islam menurun dan padam. Selanjutnya Barat menanamkan rasa takut dari jiwa kaum Muslim. Perang pemikiran dan serangan misionaris pun mulai dilancarkan. Perang itu disertai dengan berbagai serangan politik, yang tujuannya untuk memecah-belah Daulah Islam menjadi beberapa bagian.

Kerja keras mereka akhirnya berhasil dengan gemilang. Pada Perjanjian Caterina (1762-1796 M), Rusia memerangi Daulah Utsmaniyah dan berhasil mengalahkannya, lalu membagi-bagi sebagian wilayahnya. Rusia berhasil merampas kota Azov dan Semenanjung Crimea; menguasai seluruh Lembah Utara Laut Hitam, dan mendirikan kota Sevastopol sebagai pertahanan semenanjung Crimea; serta membangun pelabuhan dagang Odessa di Laut Hitam. Dengan demikian, Rusia menjadi pemain penting dalam percaturan politik luar negeri Daulah Utsmaniyah dan pemegang kendali Imperium Rumania. Rusia menyatakan bahwa dirinya penjaga ajaran Masihiah di Daulah Utsmaniyah. Pada tahun 1884 M, Turkestan memisahkan diri dari Turki, dan akhirnya Rusia sepenuhnya berhasil menguasai daerah itu. Agresi tidak hanya dilakukan Rusia saja, bahkan meluas hingga melibatkan hampir semua negara Barat.

Pada awal bulan Juli 1798 M, Napoleon menghantam Mesir dan berhasil menguasainya. Pada bulan Pebruari tahun 1799 M, Napoleon menyerang bagian selatan wilayah Syam, dan berhasil menguasai Jalur Gaza, Ramallah, Yafa, dan membangun benteng Uka. Namun, akhirnya ekspedisi militer ini gagal. Napoleon kembali ke Mesir, selanjutnya pulang ke Prancis. Pada tahun 1801 M, ekspedisi ini dinyatakan gagal. Meski tidak berhasil, tetap membawa pengaruh sangat kuat terhadap kondisi Daulah Utsmaniyah, meninggalkan guncangan yang sangat kuat, dan akhirnya seluruh negara berbondong-bondong turut menyerang Dunia Islam dan menguasai beberapa wilayahnya.

Pada 1830 M, Prancis berhasil menduduki Aljazair dan berusaha keras menguasai Tunisia hingga akhirnya berhasil pada tahun 1881 M, kemudian mencaplok Maroko tahun 1912 M. Italia juga berhasil menduduki Tripoli tahun 1911 M.

Dengan demikian, mereka sepenuhnya telah menguasai atau memisahkan Afrika Utara dan melepaskannya dari Pemerintahan Islam. Daerah-daerah tersebut tunduk pada pemerintahan kufur sebagai daerah jajahan. Serangan Barat tidak cukup sampai di sini. Penjajahan terus meluas dengan mencaplok wilayah-wilayah Daulah yang masih belum terjajah. Inggris menjajah Aden tahun 1839 dan melebarkan pengawasannya di lembah-lembah yang luas di perbatasan Yaman Selatan hingga Timur Jazirah Arab.

Sebelumnya, Inggris telah menguasai India dalam beberapa periode. Inggris berhasil mencabut kepemimpinan kaum Muslim dari India dan mendudukinya. Sebelum Inggris masuk, kaum Muslimlah yang memegang kekuasaan di India.Kemudian pada tahun 1882, Inggris mencaplok Mesir dan pada tahun 1898 menguasai Sudan.

Demikian juga Belanda, berhasil menjajah pulau-pulau India Timur. Afganistan dikepung di bawah tekanan Inggris dan Rusia. Hal yang sama dialami Iran. Gelombang serangan bangsa-bangsa Barat di seluruh wilayah Islam semakin meningkat sampai semuanya jatuh di bawah kendali Barat.

Akhirnya, kaum Muslim sibuk membendung gelombang pasukan besar Barat atau berupaya meringankan tekanannya. Muncul gerakan-gerakan perlawanan terhadap Barat di wilayah-wilayah Islam. Di Aljazair pemberontakan meletus. Kaum Muslim di India mengamuk. Para pengikut al-Mahdi di Sudan bangkit diikuti pemberontakan Sanusiah. Semua itu menunjukkan potensi kekuatan yang terpendam dalam tubuh Dunia Islam. Hanya saja, gerakan-gerakan atau usaha-usaha ini akhirnya padam dan tidak berhasil menyelamatkan Dunia Islam.

Barat masih melanjutkan serangannya dengan dua kekuatan utama: politik dan tsaqâfah. Barat tidak hanya memecah-belah wilayah Dunia Islam menjadi beberapa bagian, tetapi juga menikam dari dalam Daulah Utsmaniyah yang notabene adalah Daulah Islam. Barat memicu bangkitnya gerakan-gerakan kebangsaan di dalam tubuh Daulah Utsmaniyah. Isu penjajahan oleh ‘bangsa asing’ dijadikan alat penggerak oleh Barat untuk membangkitkan bangsa-bangsa Balkan.

Apakah Barat berhenti sampai di sini saja? Tidak! Bahkan dengan berbagai sarana yang samar, Barat membangkitkan gerakan-gerakan pemisahan dan pemecah-belahan umat Islam dari kesatuan Negara, dengan meniupkan perbedaan antara Turki dan Arab. Mereka disulut untuk mengadakan gerakan-gerakan kebangsaan. Barat terus-menerus menggerakkan, bahkan membantu mereka mendirikan partai-partai politik berkebangsaan Turki dan Arab, seperti Partai Turki Muda, Partai Persatuan dan Kemajuan, Partai Kemerdekaan Arab, Partai Keamanan, dan partai-partai lainnya. Partai-partai inilah yang menyebabkan kondisi dalam negeri Daulah Islam mengalami guncangan dan tidak stabil.

Berbagai guncangan di dalam negeri oleh Barat diikuti dengan berbagai serangan dari luar sampai meletusnya Perang Dunia I, yang memberi kesempatan terbuka bagi Barat untuk menyerang langsung Dunia Islhan siraham. Dalam kesempatan ini Barat berhasil menguasai sisa-sisa wilayah Daulah Islam, menghabisi, dan menenggelamkannya dari permukaan dunia. Daulah Utsmaniyah terseret dalam Perang Dunia I, yang berakhir dengan kemenangan Sekutu dan kehancuran Daulah Islam. Pasca perang, Barat mengkapling-kapling seluruh Dunia Islam layaknya harta jarahan. Tidak ada Daulah Islam yang tersisa kecuali Turki, yang telah menjadi negara kecil dengan sebutan Negara Turki. Setelah perang berakhir pada tahun 1918 M, Turki hidup di bawah belas kasihan Barat hingga tahun 1921 M, yaitu ketika Turki mampu memerdekakan diri setelah memberi jaminan terlebih dulu kepada Sekutu dengan penghapusan Daulah Islam. []

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*