HTI

Akhbar (Al Waie)

Akhbar al-waie edisi 87

Buka Puasa DPP HTI

Seperti kebiasaan tahun-tahun sebelumnya, DPP HTI pada Ramadhan tahun ini, selain mengadakan kegiatan buka puasa bersama, juga diundang sejumlah tokoh dan organisasi untuk mengikuti kegiatan buka puasa bersama.

Untuk buka puasa bersama DPP HTI, pada tahun ini dikemas dalam kajian FKSK dan buka puasa bersama. Kegiatan ini dihadiri oleh 300 tokoh dan aktivis nasional, termasuk anggota dan simpatisan HTI. Ruangan Hotel Sahid yang kapasitasnya hanya 200 orang ternyata tidak bisa menampung membludaknya peserta. Sementara yang kedua, sengaja dikemas dalam kemasan Buka Puasa dengan Redaktur Media Massa, yang diselenggarakan di Pulau Dua. Sejumlah media cetak dan elektronik pun hadir mengikuti acara hingga selesai.

Selain itu, undangan buka puasa bersama pun datang dari sejumlah tokoh, ormas dan parpol. Mulai dari Presiden RI, Susilo Bambang Yudoyono, Dr. Hidayat Nurwahid (Ketua MPR RI), Drs. Fahmi Idris (Menperin RI), Prof. Dr. Jimly as-Shiddiqi (Ketua Mahkamah Konstitusi RI), Ir. Hatta Rajasa (Mensesneg RI), MUI, DDII, PAN dan lain-lain. Selain tim URC yang dipimpin oleh Ust. Wahiduddin, undangan untuk DPP HTI juga diwakili oleh Ust. Muhammad al-Khatthath dan juga Jubir HTI, Ust. Muhammad Ismail Yusanto, serta Ketua dan Fungsionaris DPP HTI yang lain. Di sela-sela buka puasa bersama tersebut, tidak lupa tim DPP HTI memberikan bingkisan DVD KKI 2007 dan Majalah al-Waie. Hidup berkah dengan Khilafah pun sempat diungkapkan salah seorang pejabat negara. Ada juga di antara mereka yang menyatakan, “Wah, kalau penampilan begini ini, kayaknya saya layak menjadi Khalifah.”  sambil berkelakar.

 

Tablig Akbar Serukan Syariah Islam

Ustd. HM Ismail Yusanto menjadi pembicara dalam kegiatan Semarak Nuzulul Qur’an dan Tablig Akbar, ahad 30 september 2007, bertempat di pelataran Masjid al-Markaz al-Islami Jend. M. Yusuf Makassar. Ratusan jamaah yang selesai melaksanakan shalat tarawih berkumpul di pelataran untuk mendengarkan tausiah dari Jubir HTI ini. Tema tablig akbar yang diadakan oleh Forum Ikatan Aliansi Ormas Islam (FORMIKASI) bekerjasama dengan Badan Pengurus Harian (BPH) al-Markaz al-Islami Jend. M. Yusuf Makassar ini mengusung tema, “Indahnya Hidup dalam Naungan Syariah”.

Tampak antusiasme jamaah dalam menyimak tausiah terkait kewajiban menerapkan syariah dan keberkahan yang akan datang ketika syariah diterapkan. Pada kesempatan ini hadir Gubernur Sulawesi Selatan, HM. Amin Syam yang turut memberikan sambutannya. Acara seperti ini sangat bagus. Temanya juga sangat tepat mengingat penerapan syariah Islam sangat relevan dengan Propinsi SulSel, imbuh Bapak Gubernur. [Humas HTI SulSel]

 

Kumunitas Muda Lintas Agama Yogya Ingin Tahu Khilafah

Pasca KIKI 2007 banyak pihak ingin mengerti lebih jauh tentang HT dan Khilafah. Pada Kamis  4 Oktober 2007, Komunitas Bunderan, sebuah komunitas intelektual muda lintas agama-lintas kampus di Yogyakarta, mengundang HTI untuk menjelaskan tentang Khilafah. Hadir dalam forum tersebut kalangan Muslim dan non-Muslim. Tim HTI yang hadir adalah Humas HTI DIY dan HTI UGM. Dalam kesempatan tersebut, forum didahului dengan penjelasan singkat tentang Khilafah oleh Humas dan dilanjutkan dengan Tanya-jawab. 

Sekitar 40 orang yang hadir pada forum  yang mengambil lokasi di kantor LSM Impluse Kanisius Yogya tersebut secara antusias memberikan respon. Banyak pertanyaan yang muncul dari sekitar sebelas penanggap. Pertanyaannya dimulai dengan bagaimana mendapatkan dukungan masyarakat, Demokrasi vs Syariah Islam, peluang Ekonomi Islam menggantikan Kapitalisme dan sebagiannya.

Humas juga menjelaskan tentang posisi non-Muslim dalam Daulah Khilafah. Perlindungan Khilafah terhadap mereka, khususnya dalam soal kebebasan menjalankan ritual, pakaian, makan-minum, pernikahan, dan sengketa di antara mereka dipaparkan secara panjang lebar. Penjelasan tentang posisi non-Muslim diterima dengan sangat baik. Secara umum forum menjadi lebih tahu tentang detail konsep Khilafah. Acara kemudian diakhiri dengan berbuka bersama.

Seminggu sebelumnya, 28 September 2007, BEM Jurusan Tafsir Hadits Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga juga mengundang Humas HTI DIY untuk diskusi tentang posisi “Khilafah dalam Pluralitas Bangsa”. Acara tersebut digelar di Ruang Smart Ushuludin, dihadiri oleh sekitar 40 orang mahasiswa UIN. Forum juga menghadirkan dosen UIN Kalijaga Dr Zully Qodir, sebagai pembicara kedua. Penjelasan Humas dimulai dengan kondisi bangsa yang semakin terpuruk akibat Kapitalisme global. [Humas HTI DIY]

 

Roadshow Dakwah HTI di Tanah Bumbu

Tanah Bumbu adalah salah satu dari 2 (dua) Kabupaten Pemekaran Baru di Propinsi Kalimantan Selatan. “Si Bayi Ajaib” kabupaten ini berjuluk, karena dalam waktu cepat, setiap aktivitas heterogenitas di tempat ini mengalami perkembangan. Hal ini juga terbukti dengan agenda Dakwah HTI di tempat ini.

Pasca KKI 2007, Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) Daerah Tanah Bumbu-Kalimantan Selatan semakin mendapatkan perhatian dari masyarakat Tanah Bumbu. Serangkaian agenda roadshow Dakwah HTI berlangsung di kabupaten ini: Mengisi Khutbah Jumaat & Imam Shalat Jumat (28/9) di Masjid Baiturrahman Batulicin; Kegiatan Buka Puasa Bersama HTI, Karyawan Telkomsel, & Masyarakat Tanah Bumbu (28/9); On-Air di Radio Dakwah Baiturrahim Batulicin; Peringatan Malam Nuzulul Qur’an di Mesjid Tertua di Batulicin, Mesjid Baiturrahim, menghadirkan KH Fadli Muis (Ketua MUI Tanah Bumbu) dan Ust. Baihaqi Al-Munawwar (HTI Kal-Sel); serta puncaknya HTI Tanah Bumbu menggelar Tausiyah Ramadhan 1428 H. Bertajuk, “Ramadhan, Momentum Peningkatan Penerapan Syariah & Khilafah di Tanah Bumbu” menghadirkan H. Ahmad Care, Lc.,MPd (Ketua Dewan Fatwa MUI Tanah Bumbu) dan Ust. Baihaqi Al-Munawwar (HTI Kal-Sel) di Ruang Induk Mesjid Al-Mujahiddin Batulicin-Tanah Bumbu, Sabtu (29/9).

Rangkaian agenda dakwah HTI berjalan lancar, dihadiri ratusan orang dan diketahui hampir sebagian besar masyarakat Batulicin-Tanah Bumbu. [Humas HTI Kal-Sel]

 

HTI  Jateng Prakarsai Forum Peduli Syariah

Pada tanggal, 30 September 2007 telah diadakan bedah buku Ajhizah ad-Dawlah Islamiyah (Struktur Daulah Islamiyah). Acara yang berlangsung di Hotel Muria jl. Dokter Cipto Semarang tersebut telah  dihadiri sekitar 100 peserta dari berbagai tokoh ormas dan tokoh Islam. Acara berlangsung sangat menarik dengan beragam diskusi yang menarik.

Pada akhir acara, peserta dari tokoh Muhammadiyah mengusulkan dibentuknya Forum Peduli Syariah. Forum akhirnya menunjuk tim formatur yang ditugasi menggodok follow up forum tersebut dengan disepakati sebagai ketua tim formatur adalah Bp. Widhi Handoko, SH, MM dari kalangan praktisi hukum sekaligus aktivis Muhammadiyah, kemudian sebagai sekretaris adalah Ir. Abdullah dari Humas HTI Jateng dan Bendahara Dr. dr. H. Amanullah dari akademisi. Forum berlangsung  sangat antusias. [Humas HTI Jateng]

 

Seminar Sejarah Islam “Pengayaan Materi Pelajaran Sejarah Islam di Indonesia”

Alhamdulillah, tidak kurang dari 300-an peserta yang berasal dari guru sejarah, guru agama, kepala sekolah, penilik sekolah, dari tingkatan SMP/SMU dan Madrasah Tsanawiyah/Aliyah serta masyarakat umum, dengan antusias mengikuti Seminar Sejarah Islam: “Pengayaan Materi Pelajaran Sejarah Islam di Indonesia”, selasa (18/9) di Gedung Serba Guna I Pemda Kab. Bogor Cibinong. Bahkan di antara mereka juga terdapat beberapa orang guru yang non-Muslim. Acara ini terselenggara atas kerjasama DPD II Hizbut Tahrir Indonesia Kabupaten Bogor dengan Dinas Pendidikan (Disdik) Pemerintah Daerah Kabupaten Bogor dan Kantor Departemen Agama (Kandepag) Kabupaten Bogor.

Para pembicara menyatakan bahwa teori bahwa Islam masuk Indonesia baru abad 13 adalah lemah. Yang benar setelah diteliti adalah abad 1 H atau 7 M, langsung dari Arabia. Sejarah Indonesia adalah sejarah perjuangan syariah Islam. Awal masuk Islam ke Indonesia pada abad 7 M atau 1 H secara perorangan, salah satu buktinya adalah Raja Sriwijaya Jambi Srindravarman pada 720 M. Islam mulai menguasai institusi politik dengan munculnya Kesultanan Peureulak pada masa Abbasiyah (750-1258 M). Kemudian dakwah Islam besar-besaran dimulai dari Pasai (abad 13-15 M) dengan target politis. Muncul utusan dari Khilafah tahun 1404 M, dakwah walisongo di Jawa 1436 M.

Hingga kemerdekaan Indonesia pun tetap diwarnai dengan perjuangan penegakkan syariah Islam dengan adanya ketetapan Pemerintah wajib menjalankan syariah Islam bagi umat Islam saja, tanggal 17 Agustus 1945. Namun, tujuh kata dengan kewajiban menjalankan Syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya dalam Piagam Jakarta tgl 18 Agustus 1945 kemudian dihapus. Jadi, hanya berumur satu hari saja.

Kesimpulannya, karena sejarah Indonesia adalah sejarah perjuangan penegakan syariah, maka menentang perjuangan penegakkan syariah adalah suatu tindakan yang ahistoris. Insya Allah kemenangan syariat Islam dan Khilafah akan segera datang.

Mayoritas peserta setuju terhadap upaya pelurusan sejarah Islam di Indonesia dan di Timur Tengah juga. Mereka juga berharap bahwa hasil seminar ini dapat ditindaklanjuti kepada instansi terkait dan menyarankan agar diterbitkan buku revisi sejarah yang komprehensif. Mereka sangat berharap agar kegiatan seminar sejarah ini dapat dilaksanakan kembali secara berkala dengan mengundang para tokoh masyarakat lain serta para pelajar itu sendiri. [Humas DPD II HTI Kabupaten Bogor]

 

Mengenal Lebih Dekat Khilafah

DPC HTI Bogor Utara menggelar acara Kajian Islam Ramadhan dengan tema, “Mengenal Lebih Dekat Khilafah” pada hari Ahad, 23 September 2007 di Masjid Arrohman Jl. Bangbarung Perumnas Bantarjati, Bogor Utara. Acara ini diikuti kurang-lebih 350 orang peserta yang terdiri dari beberapa tokoh dan ulama, pondok pesantren, Majelis Taklim, para ketua dan pengurus DKM serta remaja Islam se-Bogor Utara. Tampak hadir pula perwakilan IPHI Bogor. Sebagian besar peserta yang hadir merupakan “alumni” peserta Konferensi Khilafah Internasional pada tgl 12 Agustus yang lalu.

Bertindak sebagai narasumber adalah ust. Farid Wadjdi, SIP (DPP Hizbut Tahrir Indonesia) yang menguraikan secara rinci tentang Khilafah dan esensinya. “Terdapat 3 (tiga) esensi dari didirikannya Khilafah,” papar beliau.  Esensi dimaksud adalah esensi untuk mempersatukan Umat, esensi menerapkan syariah dan esensi mendakwahkan Islam di seluruh pelosok dunia.

Kajian dan diskusi yang dipadati oleh peserta itu akhirnya menarik kesimpulan bahwa Khilafah merupakan kewajiban syariah, kebutuhan umat dan fakta historis yang tak terbantahkan. Kerusakan akan terjadi jika tidak ada Khilafah. Umatlah yang memiliki kewajiban untuk menegakkannya. [Humas DPC HTI Bogor Utara]

 

Silah Ukhuwah Tokoh Muslimah se-Kota Palembang

Ahad, 16 September 2007, Hizbut Tahrir Indonesia Sumsel bekerjasama dengan BKMT Sumsel mengadakah silah ukhuwah tokoh Muslimah se-Kota Palembang, bertempat di Rumah Dinas Wakil Gubernur Sumsel. Acara tersebut dihadiri oleh lebih dari 200 tokoh Muslimah dari berbagai kalangan, baik tokoh tingkat propinsi maupun tingkat Kota Palembang.

Acara tersebut digelar dalam rangka mempererat ukhuwah, menyatukan langkah, menuju penerapan syariah. Acara dimulai pukul 08.30 dibuka oleh dr. Hj. Halipah Mahyudin, Sp THT, MM, yang merupakan Istri dari Wakil Gubernur Sumsel, sekaligus sebagai ketua BKMT Sumsel dan juga ketua BKOW Sumsel, dilanjutkan dengan pemutaran film Konferensi Khilafah Internasional, serta Temu Pendapat Tokoh yang dipandu oleh Ustdzh Qisthy Innayatullah dari DPD I HTI Sumsel.

Tokoh yang hadir merupakan pimpinan dari berbagai ormas, dharma wanita, PKK, parpol, para mubalighah, tokoh intelektual, tokoh kesehatan, pengusaha dan juga pimpinan majelis taklim tingkat I dan II. Hadir juga dalam acara tersebut Ketua Biro PP MUI, Ketua Biro PP Pemprov. Sumsel, serta Rektor UNSRI.

Dari acara tersebut disepakati untuk mengadakan pertemuan bulanan di tempat yang sama untuk membahas tentang upaya penerapan syariah Islam dalam segenap aspek kehidupan. [Humas DPD I HTI Sumsel]

 

Safari Ramadhan Anggota HTI ke Ulama di Kabupaten Belitung

Kabupaten Belitung adalah salah satu kabupaten yang terletak di propinsi kepulauan Bangka-Belitung. Pulau yang kaya bahan tambang timah, kaolin, pasir kuarsa dan penghasil minyak sawit ini dihuni oleh 90% penduduk beragama islam. Tetapi ada yang mengkhawatirkan karena dipulau ini banyak beredar minuman keras, ini dibuktikan dengan banyaknya kafe-kafe yang memajang minuman keras berbagai merk. Tentu ini amat memprihatinkan. Untuk itu anggota HTI Kab Belitung dipimpin ustad Adi sengaja melakukan kunjungan ke para ulama (17 s/d 23 september 2007) dengan tujuan agar ada kontrol ulama kepada pemerintah daerah untuk melarang peredaran minuman keras, disamping sosialisasi hasil-hasil konferensi ummat islam di Senayan, Jakarta.

Safari Ramadhan dilakukan kepada Bapak Warsono (Ketua PAC Muhammadiyah Kab Belitung), KH Tusin (Ketua Umum MUI dan Syuriah NU  Kab Belitung), Djamaluddin Zuhdi (Ketua MUI Kab Belitung), Salim Yah (Ahli Sejarah Pulau Belitung).

Dari kunjungan itu terungkap bahwa para ulama telah meminta pihak kepolisian untuk melarang peredaran minuman keras, tetapi disinyalir ada orang kuat yang melindungi peredaran minuman keras tersebut. Disamping itu berkaitan dengan upaya penegakan syariat islam para ulama mendukung perjuangan Hizbut Tahrir Indonesia, dan akan mendukung perjuangan tersebut pada sisi lain yang mereka garap selama ini, misalnya pendidikan dan sosial kemasyarakatan. [reportase Fakhri ‘Athif]

One comment

  1. assalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh…..
    afwan ana martono dari gorontalo, ana tertarik dengan konsep syari’ah dan khilafah sehingganya ana mohon dikirimkan khutbah-khutbah dan artikel-artikel yang terkait syari’ah dan khiilafah…. syukran katsiran.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*