Pengantar
Dalam menyongsong tegaknya Khilafah Islamiyah, para pengemban dakwah memiliki tugas penting dan strategis (al-muhimmah al-markaziyah). Al-muhimmah al-markaziyah itu adalah tugas melakukan berbagai kajian secara cermat, integral dan rinci atas berbagai hal sampai pada taraf kapan saja siap tampil memegang dan menjalankan urusan negara. Di antaranya adalah kajian tentang tatacara praktis untuk membangun institusi-institusi pemerintahan dan berbagai perangkatnya, reorganisasi para pegawai sesuai dengan struktur dan institusi Khilafah Islamiyah yang berbeda dengan sistem sebelumnya, tatacara praktis perubahan dan perombakan sistem lama menjadi sistem Khilafah, perombakan sistem mata uang, penyelamatan dan pengelolaan kekayaan negara dan umat, dan masalah-masalah lainnya.
Termasuk al-muhimmah al-markaziyah itu adalah melakukan kajian secara cermat dan integral mengenai berbagai tantangan yang akan dihadapi oleh Khilafah Islamiyah, sekaligus merumuskan secara rinci tatacara menghadapi dan mengunggulinya. Masalah inilah yang menjadi pokok bahasan buku yang ditulis oleh Ustadz Hamdan Fahmi dengan judul, Al-Khilâfah ar-Râsyidah al-Maw’ûdah wa at-Tahadiyât (Khilafah Rasyidah yang Telah Dijanjikan dan Tantangan-Tantangannya). Buku ini adalah hasil kajian beliau tentang berbagai tantangan yang akan dihadapi Khilafah Islamiyah sekaligus tatacara untuk menghadapi dan mengunggulinya—Jazâhullâh khayr al-jazâ’.
Buku ini terbit di
Buku ini, sebagaimana dikatakan penulisnya, merupakan bagian dari persiapan dan upaya mengambil sebab-sebab. Tentu saja hal itu disertai dengan keimanan dan keyakinan bahwa kemenangan pada akhirnya akan berada di pihak umat Islam melalui pengaturan Daulah Islamiyah. Sebab, itulah yang telah dijanjikan oleh Allah Swt.1
Buku ini diharapkan bisa menjadi tambahan pengetahuan baru atas perbendaharaan pengetahuan para pengemban dakwah agar mereka mengaktifkan akal dan pemikiran untuk berkreasi dan mengkaji semisal masalah yang sangat penting ini (hlm. 10). Inisiasi dan ajakan penulis tersebut sangat layak mendapat sambutan dari kita semua.
Tantangan-Tantangan Khilafah dan Cara Mengatasinya
Secara garis besar tantangan yang akan dihadapi oleh Khilafah Islamiyah ada dua jenis: tantangan dari luar negeri dan tantangan dari dalam negeri. Masing-masing memiliki beberapa turunan.
Senjata paling ampuh untuk menghadapi segala bentuk tantangan adalah senjata iman dan tsiqah kepada Allah. Karena itu, upaya menanamkan dan mengkohkan keimanan, tsiqah dan tawakal kepada Allah merupakan dasar dari semua strategi dalam menghadapi segala tantangan itu.
Tantangan luar negeri utamanya ada tiga. Pertama: perang fisik dengan segala bentuk, jenis dan turunannya. Kedua: politik pendistorisan, penyesatan dan perang pemikiran dengan segala macamnya. Ketiga: embargo politik, pemikiran maupun ekonomi.
Tantangan perang fisik secara global bisa dihadapi dengan. Pertama: melakukan mobilisasi umum secara fisik, pemikiran dan spiritual. Caranya adalah dengan membangkitkan semangat, potensi, segala kemampuan dan kekuatan umat secara fisik, pemikiran dan spiritual untuk menghadapi bahaya dan bersikap teguh dalam menghadapinya. Dalam hal ini, umat harus dipahamkan tentang hakikat dan tujuan-tujuan Daulah Islamiyah dan pentingnya pengorbanan demi menjaga kelangsungannya, dan hal itu harus dikaitkan dengan pemahaman akan pahala dan siksa; juga harus dipahamkan apa yang diinginkan kaum kafir dalam aksi mereka.
Mobiliasi umum ini dilakukan dengan: (1) membangkitkan spirit penentangan umat terhadap kekufuran dan negaranya; (2) menyeru umat untuk menghimpun segenap potensi dan kemampuan dan dikelola negara; (3) menyeru semua orang yang berkemampuan untuk ambil bagian dalam bertahan maupun berperang; (4) mengaktifkan segenap potensi umat dalam segenap bentuk dan lapangan; (5) menumbuhkan ruh persaudaraan dan solidaritas saling menanggung.
Kedua: Inovatif dalam melakukan berbagai manuver politik dan menghadapi berbagai krisis. Hal itu diiringi dengan manajemen krisis secara baik.
Ketiga: Menyeru berbagai bangsa secara baik di negeri-negeri Muslim. Ini meliputi penjelasan hakikat Daulah Islamiyah, seruan untuk menentang pemimpin mereka yang menentang Daulah Islamiyah, mengingatkan mereka akan bencana, malapetaka dan kesulitan hidup akibat kebijakan para penguasa komprador mereka serta seruan untuk menggabungkan wilayah ke Daulah Islamiyah. Bangsa-bangsa di negeri-negeri kafir juga diseru dengan: penjelasan mengenai rusaknya ideologi Kapitalisme beserta ide-ide turunannya dan rusaknya politik negara mereka serta penjelasan kebaikan Ideologi Islam dan negaranya.
Tantangan luar negeri kedua adalah politik penyesatan dan perang pemikiran, yaitu berupa penyesatan dan pengaburan potret Daulah Islamiyah di mata bangsa Muslim dan bangsa kafir. Ini bisa diatasi dengan menjelaskan hakikat Daulah Islamiyah, menguliti ide nasionalisme, dan melakukan mobilisasi umum. Di samping itu, kepada bangsa kafir dijelaskan potret sejarah Islam yang benar tentang perlakuan terhadap bangsa kafir, potret sejarah Islam umumnya dan sikap terhadap sejarah, di tambah penjelasan tentang hakikat sistem kebebasan dan keburukannya.
Adapun tantangan berupa embargo bisa di atasi dengan strategi di dalam dan di luar negeri. Di dalam negeri harus dilakukan kalkulasi segala kemungkinan berjalannya embargo. Ini difokuskan pada: kaitannya dengan aktivitas mobilisasi umum, rencana menutup kekosongan akibat embargo, dan pemanfaatan segenap potensi yang ada di dalam dan di luar tanah dalam segala bidang. Di luar negeri dilakukan strategi yang difokuskan untuk menghanguskan embargo, membuka embargo dengan segala cara yang mungkin dan memanfaatkan embargo untuk memobilisasi kaum Muslim di luar wilayah Daulah serta untuk memerangi ide dan ideologi kufur.
Jenis tantangan kedua adalah tantangan dan kesulitan dari dalam negeri, yaitu kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh negara dan aparaturnya serta rakyat secara umum. Di antaranya, ada yang berkaitan dengan luar negeri seperti adanya para politisi komprador sebagai warisan sistem sebelumnya; ada yang berkaitan dengan terbatasnya kemampuan dibandingkan besarnya tantangan; ada juga yang berkaitan dengan tingkat kesadaran dan pemahaman umat serta hal-hal lain yang menjadi sebab kesulitan-kesulitan itu.
Secara umum tantangan-tantangan dalam negeri itu dapat dibatasi dalam empat masalah yang memiliki derivat bentuk-bentuk lain yang berhubungan dan menjadi turunannya. Pertama: Aktivitas mobilisasi umum secara fisik, pemikiran dan spiritual. Kedua: Terbatasnya kemampuan dibandingkan besarnya tantangan. Strategi mengatasinya: Negara harus menggali segala cara dan potensi yang mungkin di segala medan; mengaktifkan potensi para ahli untuk menyediakan fasilitas energi pendukung; melakukan gerakan rahasia melalui intelijen untuk memasukkan sumber energi, bahan bakar, bahan pangan dan kebutuhan negara dan rakyat dari luar negeri; mengoptimalkan sumber tambang yang ada dan mencari sumber baru dan menjadikan komoditas tambang sebagai alat/senjata. Masalah ini juga berkaitan dengan masalah peningkatan persenjataan dan berbagai persiapan secara militer. Dalam hal ini bisa ditempuh tiga langkah: mengoptimalkan persenjataan dan alat yang ada; mengkatalisasi para ahli dan industriawan untuk membuat persenjataan dan peralatan militer; dan memasukkan persenjataan dan program industri dan persenjataan dari luar.
Ketiga: penerapan Islam secara revolusioner dan problem yang menghadangnya, khususnya pada masa awal. Ini bisa diatasi dengan penyiapan ‘aqliyah dan nafsiyah umat melalui mobilisasi umum serta penjelasan dan deskripsi penerapan Islam secara revolusioner. Ini memerlukan penyiapan tertentu: penghentian keharaman seperti bank ribawi dengan tetap mempertahankan aspek pelayanan hingga sempurna penghapusan dan penggantiannya; berbagai perusahaan terkait kepemilikan umum tetap beraktivitas secara temporer hingga sempurna penggantiannya, namun hasilnya dikelola sesuai syariat sebagai milik umum; sistem dan kurikulum pendidikan yang menyalahi Islam dihapus, sedangkan yang tidak menyalahi dipertahankan temporer hingga sempurna penggantiannya; terkait aspek dan lembaga keamanan dipertahankan temporer hingga sempurna dirombak, kecuali yang loyal dan mengabdi pada sistem lama yang bisa menjadi bahaya bagi umat dan Daulah.
Keempat: memberantas realita rusak warisan sistem lama dan aktivitas merombak wajah kerusakan dengan segala bentuknya baik politik, ekonomi maupun sosial. Masalah ini memiliki empat cabang: a) masalah pendidikan dan kurikulum; b) masalah pers dan media massa; c) masalah perombakan mata uang; d) pribadi-pribadi penguasa dan para pegawai yang bermasalah serta berbagai kerusakan yang menjadi akibatnya warisan sistem lama dalam bidang pemerintahan, peradilan atau keuangan.
Semua masalah itu berikut strategi mengatasinya dijelaskan rinci dalam buku ini. Semua itu akan menjadi bekal berharga dan mencukupi pada saat Khilafah Islamiyah berdiri. Meski sebagai hasil kajian, semua itu masih mungkin disempurnakan hingga tiba saatnya.
Posisi Umat Saat Ini dari Khilafah Islamiyah
Pada bagian penutup, ustadz Hamdan Fahmi menyatakan bahwa saat ini umat dalam posisi tengah berdiri di depan pintu Khilafah Islamiyah. Umat saat ini dan (khususnya) para pengemban dakwah tengah berdiri mengulurkan tangan untuk membuka pintu Khilafah, lalu akan memasukinya dan bernaung di bawah kekuatan, kemuliaan dan keagungannya. Realita umat menunjukkan bahwa Hizbut Tahrir berada pada posisi tersebut bersama-sama umat. Bahkan Hizbut Tahrir termasuk yang berada di garis terdepan dalam mengantarkan umat sampai pada posisinya saat ini dan untuk menapaki tahap selanjutnya.
Secara ringkas fakta saat ini menunjukkan: Pertama, opini umum di sebagian besar negeri Muslim telah mulai memihak ide penerapan syariah dan Khilafah. Kedua, umat di banyak wilayah telah meraih kesadaran akan ide Khilafah dan metode membebaskan diri dari penjajah, di samping pemahaman akan para penguasa dan intelektual komprador serta ide-idenya. Ide-ide salah baik demokrasi, Sosialisme, nasionalisme dan sebagainya tidak bisa lagi mengelabui umat. Ketiga, semakin banyak dari kaum Muslim di setiap wilayah yang terlibat dalam perjuangan secara jamaah (kepartaian) bagi penerapan syariah dan penegakan Khilafah. Semua itu mengisyaratkan pertolongan Allah telah semakin dekat.
Namun, ada orang yang berkata bahwa pertolongan telah tertunda, atau perjuangan telah berjalan sekian lama namun pertolongan tak kunjung tiba. Harus dipahamai bahwa tidak ada seorang pun, kecuali Allah, yang tahu kapan dan dimana datangnya pertolongan-Nya itu. Karena itu, tidak seorang pun bisa mengatakan pertolongan Allah telah tertunda. Tersirat ada motif jahat di balik lontaran semacam itu, yaitu untuk menancapkan kefrustasian dalam diri umat dan para pengemban dakwah.
Dalam hal ini, umat dan khususnya para pengemban dakwah harus memahami: Pertama, panjang dan pendeknya waktu dakwah hingga berdiri Daulah secara pasti adalah untuk kemenangan dakwah, seperti menampakkan kejujuran setelah adanya ujian, atau sebagai penyiapan suasana dan penghilangan rintangan besar yang menghadang. Kedua, sesungguhnya pertolongan dan peneguhan pasti akan terealisasi bagi orang yang layak mendapatkannya pada waktu dan tempat yang telah ditentukan oleh Allah Swt. bagi pengemban dakwah.
Karena itu, yang harus dilakukan saat ini adalah tetap berjuang dengan segenap daya dan upaya, dan istiqamah disertai dengan kesabaran menapaki metode dakwah yang telah dicontohkan Rasulullah saw. Dengan begitu, prasyarat yang telah ditetapkan oleh Allah bagi datangnya pertolongan dan peneguhan akan semakin lengkap terpenuhi. Dengan itu, semoga Allah Swt. segara menurunkan pertolongannya kepada umat Islam.
Wallâhu a‘lam bi ash-shawâb. []
Catatan kaki:
1 Lihat QS. al-Hajj [22]: 38-39; ar-Rum [30]: 47; al-Qashash [28]: 5-6; Ghâfir [40]: 51; dan an-Nur [24]: 55.
Subhanallah!! Kaum muslim harus membaca buku ini. Inilah buku yang langka yang akan memberi panduan kepada kaum muslim dalam menghadapi berbagai tantangan dalam mempertahankan Khilafah.
Mari!! Bersiap-siap lah kita menyambut Khilafah Rasyidah.