HTI

Akhbar (Al Waie)

Akhbar Edisi 91

“Jadilah Pelari Sprinter Estafet”

Senin, 21 Januari 2008, pukul 13.00 WIB, DPD HTI Kota Surabaya yang terdiri dari Ust. Fikri A. Zudiar, Ust. Izzudin Ismail, Ust. Syaifudin Budiharjo, Ust. Umar Sahid, Ust. Luky dan Ust. Khoirudin bertandang dan bertatap muka langsung dengan Wakil Wali Kota Surabaya, sekaligus Ketua Badan Narkotika Kota (BNK), Bapak Arif Affandi, di ruang kerjanya. Pertemuan ini dalam rangka membicarakan program. “Syiar Dakwah Anti Narkoba”.

Dengan suasana santai Wawali yang didampingi oleh Bapak Munief, Kadinsos Pemkot Surabaya beserta seorang lagi stafnya banyak membicarakan permasalahan kota, tidak saja narkoba. Bapak Arif Affandi memberikan attention yang baik pada HTI, bahkan berterima kasih telah dibantu untuk mensosialisasikan bahaya tentang Narkoba. Program yang telah, sedang dan akan digelar secara berkelanjutan di tingkat kecamatan se-Surabaya ini merupakan salah satu bentuk realisasi follow up dari program Training of Trainer Satgas (Penyuluh) Anti Narkoba BNP tahun 2007 lalu, dimana HTI Jatim dipercaya sebagai mitra oleh BNP. [Kantor Humas HTI DPD Kota Surabaya].

 

Di Balik “Legalisasi” Ahmadiyah

Bertempat di Masjid Muhajirin Jl Sigura-gura, DPD II HTI Malang Raya mengadakan Tablig Akbar dan Diskusi dengan tema, “Di Balik ‘Legalisasi’ Ahmadiyah. Acara yang dilaksanakan tanggal 27 Januari 2008 tersebut dihadiri ratusan peserta sehingga masjid yang luas tersebut menjadi sesak.

Hadir sebagai pembicara pada acara tersebut Ust. DR. Sudirman Nahrawi (Dosen UIN Malang), Habib Ali (Robithoh Alawiyin Malang), Ustadz Saad Abdul Aziz (DPD II HTI Malang Raya) dan Ustadz Nidhom (perwakilan MUI Kota Malang).

Para pembicara menyerukan bahwa maraknya ajaran sesat seperti Ahmadiyah adalah akibat kebodohan umat dan tidak adanya penjaga akidah umat, yakni Daulah Khilafah. Permasalahan Ahmadiyah juga terkait dengan konspirasi Barat untuk menghancurkan Islam. Oleh karena itu, perjuangan penegakan syariah dan Khilafah harus lebih giat dilakukan agar permasalahan Ahmadiyah segera bisa tuntas.

Hadir juga pada kesempatan tersebut perwakilan dari kejaksaan, kepolisian, dan Depag. Tepat pukul 11.30 acara selesai dan ditutup dengan doa yang dipimpin Ustadz Bahron Kamal. Sebelum bubar peserta membubuhkan tanda tangan di spanduk yang disediakan panitia dengan tulisan, “Bubarkan Ahmadiyah! Dukung Fatwa MUI”. [Kantor Humas DPD II HTI Malang]

 

Perubahan Sosial: Jalan Militer atau Umat?

“Kenapa Hizbut Tahrir tidak memiliki sayap militer? Padahal kekuatan global AS saat ini menggunakan 3 ’bahasa’ untuk menjajah, yakni politik, ekonomi dan militer? Bahkan AS memiliki anggaran militer sebesar 3 kali APBN Indonesia?” Demikian pertanyaan Kol (Purn.) Herman Ibrahim, salah seorang peserta diskusi, kepada KH Muhammad al-Khaththath dalam Forum Kajian Strategis (FKS) para tokoh di Jawa Barat pada Rabu malam (29/01).

FKS ke-13 malam itu bertajuk “Muharram & Perubahan Sosial Menuju Masyarakat Islam”, selain al-Khaththath, hadir juga sebagai narasumber Drs. H. Djadja Djahari, M.Pd. (Ketua Umum PUI Jabar).

Ust. Al-Khaththath menjelaskan, bahwa Hizbut Tahrir menjadikan Rasulullah saw. sebagai teladan dalam berdakwah. Aktivitas yang dilakukan Rasulullah dan para Sahabat sebagai sebuah kutlah (kelompok dakwah) adalah aktivitas pemikiran dan politik, di antaranya mendakwahkan Islam, kemudian meraih dukungan umat, termasuk para pemimpin qabilah. Al-Khaththath menambahkan, jika umat dan orang-orang yang memiliki kekuatan serta pengaruh di masyarakat mendukung perjuangan penegakkan syariah dan Khilafah maka perubahan adalah sebuah keniscayaan. Siapapun, kecuali Allah, tidak akan mampu menahan keinginan umat, termasuk militer, karena tentara dan para penjaga sistem kufur juga manusia yang memiliki perasaan, apalagi mereka juga banyak yang beragama Islam, tegasnya.

Al-Khaththath menambahkan, tercerahkannya penduduk Yatsrib (Madinah) dengan dakwah Islam sehingga kondusif bagi ditegakkannya dawlah (negara) berawal dari dukungan 2 orang pemuka (tokoh) Bani Abd al-Asyhal, yakni Saad bin Muadz dan Usaid bin Hudhair, setelah didakwahi oleh Mushab bin Umair. Oleh karena itu, sebelum tegaknya Daulah di Madinah, menurut al-Khaththath, tidak ada aktivitas fisik (militer) yang dilakukan Rasulullah, walaupun pengikut Rasul menginginkannya. Yang ada hanya aktivitas pemikiran dan politik, di antaranya meraih dukungan para tokoh sebagai simpul umat.

Walhasil, fokus Hizbut Tahrir saat ini adalah bagaimana caranya agar dapat meraih dukungan umat, termasuk tokoh sebagai simpul umat, yang siap memperjuangkan tegaknya syariah dan Khilafah Islamiyah, karena selain sesuai dengan contoh Rasul, juga begitulah realitasnya perubahan masyarakat itu terjadi. Wallâhu a‘lam. [Kantor Humas HTI Jabar]

 

Seminar Peduli Lingkungan “Save Our World from Global Warming”

Alhamdulillah, Seminar Peduli Lingkungan yang bertemakan, “Save Our World from Global Warming: Kontribusi Anak Negeri Menuju Indonesia Mandiri” sebagai terobosan baru dari Generasi Peduli Lingkungan (GPL) telah berhasil diselenggarakan pada hari Ahad, 20 Januari 2008 bertempat di Ruang Mahoni Gedung S2 Manajemen dan Bisnis IPB, Gunung Gede.

Seminar ini berhasil merebut simpati ± 200 peserta yang terdiri dari kalangan mahasiswa D3, S1, S2, dosen serta pemerhati lingkungan. Acara dimulai pukul 08.15 sampai dengan 16.30 WIB dan dibuka oleh Asisten Sosial Ekonomi Pemkot Bogor Ir. H. Indra M Roesli, MM.

Seminar dibagi menjadi dua sesi. Sesi pertama seminar disampaikan oleh Drs. Haneda Sri Mulyanto, MAS  (Staf Kementerian Lingkungan Hidup) dan Farid Wadjdi, SIP selaku pengamat Hubungan Internasional. Kedua pembicara sepakat bahwa isu pemanasan global erat kaitannya dengan isu politik global. Lebih jauh, Farid Wadjdi memaparkan bahwa di balik pro dan kontra global warming terdapat kepentingan politik dan ekonomi sejumlah negara maju terhadap negara berkembang melalui perdagangan karbon. Dengan memberikan sejumlah dana, negara maju dengan seenaknya menyuruh negara berkembang untuk menetralisir emisi CO2 yang mereka keluarkan akibat industri dan pola hidup mereka yang boros dalam pemakaian energi. Hal ini merupakan bukti atas kegagalan tatanan kehidupan yang dibangun atas dasar sistem Kapitalisme, dimana keputusan politik mengabdi pada pemilik modal. Oleh karena itu, diperlukan negara yang mandiri dan berpengaruh untuk melawan arogansi Amerika. Negara mandiri dan berpengaruh hanya bisa diwujudkan dengan negara yang berideologi. Indonesia dengan segala kekayaan sumber dayanya berpotensi untuk menjadi negara mandiri, kalau saja Indonesia menjadikan ideologi Islam sebagai asas negaranya.

Sesi kedua seminar, Dr. Ing. Fahmi Amhar  menjelaskan peran alih teknologi  dalam mengatasi pemanasan global, dan Indonesia secara mandiri berpotensi untuk mengembangkannya.

Adapun Fadhli Yafas, S.Hut. menjelaskan kondisi hutan Indonesia pada saat ini yang rusak akibat kebijakan Pemerintah yang menyerahkan hutan pada HPH. Padahal hutan merupakan potensi Indonesia, ketika pengelolaannya dilakukan oleh Pemerintah sendiri. []

 

Ahmadiyah antara Persoalan Akidah dan Politik

Persoalan aliran sesat Ahmadiyah di negeri ini tak hanya menyangkut masalah akidah, namun juga politik. Karena itu, wajar jika masalah ini tak kunjung selesai. Demikian yang terungkap dari diskusi Forum Kajian Stragis Kota Bogor (FKSK) yang diselenggarakan oleh DPD Hizbut Tahrir Indonesia Kota Bogor, Ahad (17/2) lalu bertema, “Ahmadiyah antara Persoalan Akidah dan Siyasah.”

Pada diskusi ini hadir sebagai pembicara KH Shiddiq al-Jawi (Aktivis Hizbut Tahrir Indonesia), Ahmad Michdan SH (Ketua Tim Pengacara Muslim) dan HM Amin Djamaluddin (Ketua Lembaga Pengkajian dan Penelitian Islam).

Acara yang diselenggarakan di Hotel Pangranggo ini dipadati oleh ratusan jamaah dari berbagai ormas, di antaranya sejumlah tokoh Bogor seperti KH Abbas Aula Lc (MUI Bogor), Drs Fachrudin Soekarno (Koordinator Komunitas Muslim Bogor), Fawzi Sutopo (Anggota DPRD kota Bogor) dan lainnya.  [Humas HTI DPD Bogor]

 

Sharing “Keluarga Syar’ie”

MPS (Muslimah Peduli Syariah) pada tanggal 14 Februari 2008 mengadakan acara  Sharing “Keluarga Syar’ie”. Acara tersebut diselenggarakan atas kerjasama dengan IKMCW (Ikatan Keluarga Muslim Citra Wisata) Medan Johor dan didukung oleh Ikatan Keluarga Abang Beca Ar-Rozak.

Acara yang diisi oleh Ust. Dwi Henri Cahyono (Hizbut Tahrir Indonesia) dihadiri kurang lebih 100 peserta yang terdiri dari berbagai elemen yang berbeda latar belakang. Acara ini dibuka oleh Ketua MPS Ibu H. Ronni Rezkitta Siregar sekaligus sebagai momen pengenalan MPS kepada masyarakat. [Fitri Laela/Medan]

 

Training Misi Sang JAWARA

Tanggal 17 Februari 2008, Lembaga Dakwah Sekolah (LDS) Hizbut Tahrir Indonesia mengadakan training Misi Sang JAWARA dengan trainer Ust. Gus Uwik. Acara yang berlangsung mulai pukul 08.30 hingga 17.00 WIB mendapat sambutan yang hangat dari pelajar dan dewan guru Pembina se-Kota Bogor. Tak kurang dari 200 peserta pelajar putra-putri dari 10 sekolah yang tersebar di Kota Bogor mengikuti training tersebut ditambah guru pembinanya dengan penuh antusias.

Training yang diliput juga oleh Koran daerah Radar Bogor ini memberikan motivasi dan penyadaran, bahwa untuk menjadi sang JAWARA sejati haruslah mempunyai cita-cita HIDUP MULIA dan MATI BAHAGIA. Untuk menggapai cita-cita tersebut haruslah mempunyai kadar ketakwaan kepada Allah Swt. yang kokoh, mampu muhasabah diri setiap saat untuk perbaikan diri, merevolusi konsepsi yang menjadi landasan dalam gerak dari bukan berdasarkan Islam menjadi berdasarkan Islam serta mempunyai tekad yang kuat untuk memajukan Islam. [LDS]

 

DPRD dan Pemda Sumsel Menolak Hasil RUPS dan Liberalisasi PLN

Tanggal 14 Februari 2008, 3000 massa yang tergabung dalam MASSAL (Masyarakat Sumatera Selatan Anti Liberalisasi)—yang merupakan kumpulan dari DPD Serikat Pekerja PLN WS2JB, DPD SP PLN SBS, HTI Palembang, HTI Sumsel, MUI Sumsel, SPR, BPMP, HP3SS, PISS, GMSS, PMPB, KOMPAK, SCW, ARPDK, Proda, FKMI, BEM Polsri, BEM Stisipol dan F2R—memenuhi Jalan A Rivai Palembang, mengajak seluruh masyarakat Sumatera Selatan untuk menolak hasil RUPS (Rapat Umum Pemegang Saham  Luar Biasa PLN tanggal 8 Januari 2008. Mereka mengatakan bahwa hasil RUPS tersebut tidak berpihak kepada rakyat dan merupakan skenario Kapitalisme global yang ingin menguasai PLN dan seluruh kekayaan alam negeri ini, termasuk listrik. Hal ini selaras dengan Letter of Intens (LOI) antara Indonesia dan IMF poin 20 yang ditandatangani oleh Mantan Presiden Soeharto tahun 1998.

Koordinator Lapangan Aksi, Sumadi, menuntut agar DPRD dan Pemprov Sumsel satu suara dengan mereka untuk menolak hasil RUPS PLN. Lebih lanjut beliau, yang juga sebagai DPP Serikat Pekerja PLN ini, mengatakan bahwa jika Pemerintah dan Dewan tidak menolak hasil RUPS tersebut maka Pemerintah telah turut andil dalam mencekik leher rakyat akibat harga listrik berlipat-lipat.

Ketua DPD SP PLN WS2JB Riza Fauzi SH menambahkan, “Kalau keputusan RUPS diterapkan akan terjadi kenaikan tarif dasar listrik (TDL), maka kami seluruh masyarakat Sumsel dan Kalimantan sebagai produsen batubara sepakat memboikot pengiriman batubara ke Jawa,” demikian pungkasnya.

Adapun Ust. Wahyu Sarjono SPi dari Hizbut Tahrir Kota Palembang dalam orasinya mengatakan, bahwa semua kemelut yang terjadi di negeri ini, termasuk PLN, adalah buah dari penerapan ideologi kapitalis. Untuk itu, sudah saatnya kaum Muslim kembali pada syariah Islam dalam mengatur seluruh aspek kehidupan. [Humas HTI Sumsel]

 

Para Tokoh Antusias Ikuti Daurah

Bagi sebagian orang, libur Imlek (07/02) digunakan untuk belanja dan hura-hura, tetapi tidak dengan warga Gede Bage dan Kompleks Gading Regency, Bandung. Mereka memanfaatkan waktu untuk menghadiri Dauroh Dirosah Islam yang kedua kalinya. Hadir dalam daurah tersebut 35 peserta yang berasal dari para ketua dan pengurus DKM di kawasan Gedebage Bandung; juga hadir KH Gaos (Ketua MUI Kec. Arcamanik), H. Daud (Pensiunan Bank Indonesia), dan tokoh senior Gedebage lainnya.

Daurah yang diselenggarakan di Masjid Komplek Gading Regensi tersebut, diisi dengan presentasi yang menarik dari pengurus dan aktifis HTI Kota Bandung seperti Ust. Erq Perkasa dari DPD II Kota Bandung, yang juga Dosen ITB, Ust. Ir. Hasan Abdul Razak, M.Si., yang juga Ketua Lajnah Tsaqafiyah HTI Jabar, Ir. Mukti Ali Nasrullah, yang menjabat sebagai Direktur Produksi PT. Kraft Jawa Barat, dan Ust. Syauqiy Al-Hajj, S.Si., Guru SMU Krida Nusantara. Acara yang berakhir pukul 15:30 tersebut ditutup dengan doa oleh KH Daom. [Kantor Humas HTI Jabar]

 

Bendung Wabah Valentine’s Day

Dalam rangka membendung wabah Valentine’s Day di kalangan remaja, Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) Cirebon bekerjasama dengan Islamic Centre Kota Cirebon mengadakan acara Talk Show Remaja dengan tema, “Valentine’s Day, Penghancur Generasi”.

Acara yang digelar Minggu (10/2) dan bertempat di Gedung Islamic Centre Kota Cirebon dibuka oleh Effendi Suganda, Kepala Bagian Kurikulum Dinas Pendidikan Kota Cirebon. Acara yang diikuti tidak kurang dari 500 pelajar dan remaja putri yang memadati ruang Islamic Centre ini menampilkan dua narasumber, yakni Nafisah FB dari Jakarta dan Fatimah Salma dari Cirebon. Dalam paparannya, Nafisah FB, yang juga seorang script writer film remaja menuturkan sejarah Valentine’s Day (VD) yang dirayakan setiap tangal 14 Februari ternyata berasal dari tradisi Kekaisaran Romawi Kuno. “Sudah jelas, VD bukan berasal dari Islam, dan sudah jelas pula bahwa Islam melarang umatnya untuk ikut-ikutan perayaan umat lain,” terang Nafisah.  [Humas HTI Cirebon]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*