Dakwah fardiyah (individual) tidak dapat dipisahkan dengan dakwah berjamaah. Justru dakwah fardiyah harus memperkuat dakwah berjamaah. Sebab, dakwah fardiyah yang terlepas dari dakwah berjamaah tidak akan menghantarkan pada keberhasilan dakwah yang memang membutuhkan aktivitas berjamaah. Apalagi kalau dakwah ditujukan untuk melanjutkan kehidupan Islam dengan menegakkan Daulah al-Khilafah, dakwah berjamaah mutlak dibutuhkan.
Berdasarkan kaidah ushul, “Mâ lâ yatimmu al-wâjibu illâ bihi fahuwa wâjib[un],” dalam arti kewajiban menegakkan Daulah Khilafah tidak akan sempurna tanpa dakwah berjamaah, maka dakwah berjamaah itu wajib. Wajarlah Imam Ali ra mengatakan bahwa kejahatan yang terorganiasasi akan mengalahkan kebaikan yang tidak terorganisasi.
Bagaimana agar dakwah fardiyah bisa memperkuat dakwah berjamaah? Dakwah fardiyah haruslah memiliki visi dan misi yang sejalan dengan dakwah berjamaah. Dakwah fardiyah juga dilakukan dalam rangka merealisasikan amalan-amalan wajib dakwah berjamaah.
Beberapa aktivitas dakwah fardiyah yang sinergis dengan dakwah berjamaah adalah, kontak-kontak individu, yang akan berguna mengubah pemikiran seseorang sehingga ia akan bergabung dalam aktivitas dakwah berjamaah. Hal penting yang dilakukan adalah mengajak dia berpikir tentang keimanan dan persoalan-persoalan umat. Dengan itu, akan muncul kesadaran dalam dirinya untuk menyelesaikan permasalahan umat atas dasar keimanan.
Dakwah fardiyah seperti ini bisa dimulai dari orang-orang terdekat dari kita, seperti orangtua, anak, saudara kerabat dekat, sahabat, dan tetangga dekat kita. Selanjutnya kontak-kontak individu ini dapat dilanjutkan juga pada tokoh-tokoh masyarakat yang berpengaruh di sekitar kita agar mereka mendukung dakwah.
Keberhasilan dakwah fardiyah ini juga ditentukan oleh kualitas kepribadian seorang pengemban dakwah. Bagaimana kedekatannya pada Allah Swt., ketakutannya pada azab Allah baik dikala sendiri maupun di tempat ramai, cintanya pada aktivitas Rasulullah saw. dan para Sahabat ra. sehingga kerinduan yang sangat mendalam selalu berkumpul di dadanya untuk segera bertemu mereka di surga. Semua ini akan membuat pengaruh yang luar biasa ketika berdakwah. Ia akan menjadi contoh dan teladan dalam masyarakat tanpa rekayasa perilaku yang dibuat-buat (munafik). Ia akan menjadi pribadi yang santun, ramah dan peka terhadap permasalahan tetangganya, apalagi di sisi keluarganya. Ia akan selalu terjaga dalam setiap keadaan anak-anaknya yang akan ia jadikan generasi penerus sekualitas para Sahabat Rasulullah saw. yang amat ia cintai. [Ummu Salamah; Ibu Rumah Tangga, Tinggal di Perum Rancaekek Kencana