“Di masa (kehilafahan) Ma’mun fakultas kedokteran di
Laporan yang menganalisa kondisi pendidikan di dunia muslim oleh Bank Dunia berakhir Februari lalu. Kesimpulan studi tersebut menyatakan bahwa pendidikan di Afrika Utara dan Timur Tengah tertinggal jauh dibawah daerah regional lainnya. Apabila hendak menjawab permasalahan pengangguran maka reformasi pendidakan sudah sangat diperlukan. Lebih jauh lagi laporan tersebut menyebut bahwa tingkat pengangguran di dunia Arab adalah 14%, angka yang cukup tinggi di dunia, kecuali sub sahara
Pejabat senior Bank Dunia, Marwan Muasher yang juga terlibat dalam penulisan laporan tersebut menyebutkan bahwa reformasi sistem pendidikan juga terkait erat dengan pengembangan ekonomi, terutama di daerah yang jumlah penduduk usia muda sangat tinggi. “Dunia Arab ini adalah daerah yang 60% penduduknya berusia dibawah 30 tahun . Tidak kurang dari 100 juta lading pekerjaan harus diciptakan dalam jangka waktu 10-15 tahun ke depan di dunia arab ini, Kalau kita ingin ciptakan pekerjaan baru, maka harus dimulai dengan reformasi pendidikan,’ begitu jelasnya.
Laporan lain yang diterbitkan di bulan Januari oleh Organisasi Pendidikan Budaya dan Sains Liga Arab yang berbasis di Tunisia menyebutkan bahwa 30% dari sekitar 300 juta orang di Dunia Arab masih buta huruf.
Saat ini dunia muslim memang tidak memberikan kontribusi bermakna di bidang teknologi. Hingga kini situasi tidak membaik dan penuh anarki akibat penguasa-penguasanya, yang mewarisi tampuk pimpinan seumur hidup, tidak memberikan perhatian yang serius terhadap kebutuhan pendidikan rakyatnya sehingga cengkeraman kemiskinan pun semakin merajalela.
Laporan tersebut juga menyebutkan bahwa hanya 5% dari GDP dan 20% dari anggaran pemerintah dikeluarkan untuk kepentingan pendidikan selama 40 tahun terakhir. Beberapa kemajuan namapak terjadi di negeri-negeri Teluk dan Mesir, dimana anak-anak diwajibkan untuk masuk sekolah dan diberikan kesempatan untuk melanjutkan pendidikan formalnya. Maka hasil pembelajaran pun nampak di negeri-negeri tersebut.
Namun secara keseluruhan, penambahan jumlah sumber daya manusia (SDM) belum dioptimalkan. Pengangguran masih tinggi dikalangan lulusan baru, sementara penyerapan tenaga kerja yang berpendidikan masih tergantung kepada pemerintah saja. Maka bisa dimengerti bahwa usaha pertumbuhan SDM dan ekonomi, distribusi penghasilan, dan pengurangan kemiskinan terjalin secara lemah.
Disini tampaklah bahwa penguasa muslim sudah bangkrut intelektualitasnya, hilang visinya terhadap dunia muslim, dan menerapkan kebijakan yang justru menambah tumpukan masalah.
Keluarga kerajaan
Di belahan dunia Barat, kurikulum pendidikan dibangun dengan nilai-nilai sekuler. Bagi Inggris dan Amerika Serikat khususnya, jatuh bangun peradabannya tergantung dari keberadaan rakyat yang memiliki kompetensi tinggi dan keahlian handal untuk bisa mewujudkan tujuan dan kebijakan dalam dan luar negeri yang didasarkan nilai-nilai yang mereka emban.
Sebenarnya catatan sejarah menunjukkan bahwa dunia muslim pernah berkontribusi terhadap ilmu dan teknologi yang luar biasa. Adalah kekhilafahn Abbasiyah yang pertama kalinya memformalkan pendidikan di dunia muslim yang menjadi cikal bakal masa keemasan Islam, yang ditandai dengan kemajuan pesat di bidang ilmiah.
Pusat pemerintahan kekhilafahan adalah surga bagi ilmuwan, penyair, dokter, dan filosof. Pembelajaran and pendidikan maju pesat tanpa ada pembedaan ras, agama, suku, dan warna kulit.
Masjid pun menjadi fondasi institusi pendidikan di era kekhilafahan. Akan tetapi karena volume program pendidikan meningkat pesat, tumbuhlah Madrasah –yang mirip dengan
Semakin banyaknya madrasah, lahirlah Jami’a (universitas). Buku Guinness Book of World Record mencatat University of Al-Karouine (jami’at al Qarawiyyin) di Fez, Maroko, sebagai universitas tertua di dunia yang berdiri di tahun 859 [1]. Setelah itu Al Azhar berdiri di Kairo, Mesir, di abad 10 yang menawarkan beberapa jurusan akademis termasuk program paska sarjana.
Format pendidikan di dunia muslim inipun akhirnya ditiru di Eropa, yang tampak dari kesamaan beberapa istilah akademik. Chair di sistem pendidikan eropa berarti Kursi dari bahasa Arab yang bermakna tempat dimana dosen duduk dan mengajar.
Gelar doctoral di bahasa Latin juga berarti ‘sertifikat kompetensi untuk mengajar’ diterjemahkan langsung dari bahasa Arab Ijazah at Tadris. Untuk meraih gelar ini, pelajar harus berguru dan menyelesaikan suatau masalah dengan memberikan fatwa. Fatwa tersebut harus bisa ia pertahankan di depan para dosen senior lainnya.
Bahkan, model upacara kelulusan pun sangat mirip dengan upacara akademis yang terjadi di dunia muslim. Jubah yang dikenakan disebut Jubbatul Faqih, dan diberikan bersamaan dengan pemberian ijazah.
Kekhilafahan juga membangun rumah sakit umum (untuk menggantikan kuil penyembuhan atau kuil peristirahatan), rumah sakit jiwa, perpustakaan umum, universitas, dan pusat observasi astronomi negara sebagai pusat penelitian (padahal saat itu pusat observasi biasanya dimiliki oleh milik pribadi di masa sebelumnya).
Sir John Bagot Glubb menulis,” Di masa (kehilafahan) Ma’mun fakultas kedokteran di
Di samping madrasah yang berkecimpung di kedokteran, lahir madrasah di bidang hukum. Beberapa kalangan bahkan menduga bahwa ‘fakultas hukum yang dikenal sebagai Inns of Court di Inggris” adalah turunan dari Madrasah yang mendalami Hukum dan Peradilan Islam [2].
Dasar sistem pendidikan Islam adalah untuk membentuk masyarakat dengan Islam sehingga mereka yakin dengan kebenarannya dan mampu mengembannya ke seluruh penjuru dunia. Muslim di masa lalu belajar dan mendalami nilai Islam dengan kesadaran yang tinggi dan visi yang jelas. Pengetahuan yang mereka dapatkan meluaskan pandangan mereka, membangun persepsi, memperkaya mental, dan menjadikan mereka sebagai guru bagi manusia lainnya.
Kesimpulannya, muslim di masa lalu menjadikan islam sebagai motivator utama dalam mengembangkan kehidupannya. Ini yang menjadikan mereka sebagai peradaban adidaya yang diperhitungkan di masanya dan menyumbangkan khazanah pengetahuan di berbagai bidang ilmu dan pendidikan. Satu-satunya langkah ke depan yang harus ditempuh, tidak lain adalah untuk belajar dari sejarah dan memahami apa-apa yang generasi awal umat islam terdahulu pahami, yaitu keberhasilan di dunia dan akhirat hanya bisa terjadi dengan Islam. (Rusydan : sumber : www.khilafah.com
[2] Makdisi, John A. (June 1999), “The Islamic Origins of the Common Law”,
Ana setuju, sejarah memang membuktikan itu semua. Syari’at islampun menempatkan pendidikan sebagai suatu kuajiban. Bila ini dipahami sebagai suatu kuajiban otomatis semua yang berperan untuk memajukannya kena kuajiban ini. Pemerinyah semestinya mengelola kekayaan milik umat seperti hutan, air dan barang tambang hasilnya diantaranya untuk pendidikan. Memang hanya sistem khilafah yang konsen dengan pendidikan. Sistem sekuler seperti sekarang, yang berpendidikan hanya yang kaya. Anak tukang bubur ayam sulit meraih pendidikan tinggi. Kembali ke Khilafah Booo!
Kontribusi Islam terhadap perkembangan dan kemajuan sains dan teknologi di masa lalu begitu nyata. Fakta itu jelas tertulis dengan tinta emas dalam sejarah gemilang tersebut.
Buku “The Great Muslim Scientist” karya Heri Sucipto yang diterbitkan Grafindo Khazanah Ilmu menyingkap sepak terjang penemuan 22 ilmuwan muslim paling tersohor. Penemuan di berbagai bidang disiplin keilmuan, terutama bidang sains dan teknologi, yang hingga kini terus menjadi rujukan tepenting, termasuk referensi utama para ilmuwan modern dan Barat.
Mantan Presiden Amerika Serikat, Richard Nixon, dalam buku terakhirnya, America, Chalenge in One Superworld mengatakan secara jujur, bahwa Barat “owe so much” (berutang banyak kepada Islam) ketika mereka mengalami Renaissance. Mereka berdiri di atas pundak Islam untuk bangkit dalam ilmu dan teknologi.
Buku ini pasti bermanfaat bagi sebanyak mungkin umat manusia, khususnya bagi mereka yang mencintai ilmu pengetahuan sebagai sumber pencerahan spiritual dan intelektual.
Heri mengungkapkan, ada beberapa pertimbangan dalam penulisan bukunya ini.
Pertama,untuk membuktikan bahwa ternyata banyak ilmuwan muslim, jauh sebelum para ilmuwan Barat modern menemukan satu teori atau ilmu pengetahuan tertentu, telah menemukannya. Bahkan tak jarang karya para ilmuwan muslim ini kemudian di plagiat oleh Barat yang lalu diklaim sebagai karya mereka.
Kedua, untuk meluruskan sejarah penemuan sains dan teknologi yang banyak merugikan dan memojokkan umat Islam.
Ketiga, menunjukkan kebesaran Illahi Rabbi bahwa segala yang diciptakan Nya, bila kita renungkan ternyata membawa hikmah besar dalam kehidupan sehari-hari. Keempat, menjelaskan kepada dunia, bahwa penemuan para ilmuwan muslim sekaligus menunjukkan kebesaran dan citra Islam itu sendiri.
Dengan terbitnya buku ini, diharapkan generasi muslim mendatang dapat meneladani dan mengambil hikmah betapa perjuangan puluhan tahun para ilmuwan muslim untuk menciptakan atau menemukan satu teori, membutuhkan kerja keras pantang menyerah. Bukankah kerja keras yang menuntut pencerahan dan pemberdayaan akal itu juga bagian dari ibadah kita kepada Sang Khalik?
Yang membedakan antara pendidikan Islam dengan sekuler yakni tak adanya dikotomi pendidikan seperti halnya yang terjadi dalam sistem sekuler. Sehingga pencapaian ilmu pengetahuan dan teknologi pun merupakan sebuah keberhasilan yang cemerlang dengan dorongan keimanan. Meskipun kecemerlangan tsb memang terjadi di masa lalu, akan tetapi sekarang pun menuju ke sana.
Orang pintar…pakai syariah!
=================================
INDONESIA GOES TO KHILAFAH
Lebih tajam di http://rizkisaputro.wordpress.com/2008/03/04/pendidikan-di-dunia-islam-jauh-terbelakang/
dan
http://rizkisaputro.wordpress.com/2008/03/10/sumbangsih-islam-terhadap-bidang-pertanian-dan-bidang-bidang-lainnya/
saya sangat setuju dengan apa yg telah di sampaikan di atas,sy sbgai org awam sangat membutuhkan info yg membatu km, untuk bisa membuat kami punya pengetahun yg cukup… mari kita bagkit bersama2 untuk menegakan keadilan,demi kejayaan islam dan dan untuk menyelamatkan umat… amiin… selamat berjuang!!