HTI

Dunia Islam (Al Waie)

Nasib Umat Islam di Belanda

“Muslim yang tinggal di Belanda harus menyobek setengah dari al-Quran, Jika Muhammad tinggal di sini (Belanda) sekarang, aku akan menyuruhnya keluar dari Belanda dengan belenggu.” [Geert Wildert, Pemimpin Freedom Party Belanda].

Belanda secara tradisional dikenal sebagai negara yang paling liberal di Eropa. Sekarang, negara itu menjadi pusat kampanye yang penuh kedengkian untuk menghina Islam dan kemuliaan al-Quran. Belanda dan negara-negara Barat lain mengklaim sebagai negara yang menjunjung tinggi persamaan (equality) dan keadilan (justice). Namun, nilai-nilai itu tidak berlaku bagi kaum Muslim. Penyiksaan, penculikan, dan penahanan tanpa bukti banyak menimpa umat Islam  atas nama perang melawan terorisme.

Perjuangan umat Islam untuk membebaskan negerinya dari penjajahan pun dituduh sebagai tindakan ilegal dan dicap terorisme. Sering Konvensi Genewa dan hukum internasional tidak berlaku kalau berkaitan dengan umat Islam. Barat cenderung diam menyaksikan bagaimana AS melakukan waterboarding dengan cara menenggelamkan tertuduh di air, yang sesungguhnya bertentangan dengan Konvensi Genewa.

Di Belanda, Geert Wildert, anggota Parlemen Belanda dan Pimpinan Partai Kebebasan Belanda, ngotot akan tetap memutar film yang menghina al-Quran dan Rasululllah saw. Wilder mengatakan, al-Quran adalah buku fasistis, yang menyebarkan kebencian dan kekerasan. Dia juga menyerukan agar al-Quran dilarang, sebagaimana dilarangnya Mein Kampf, buku Hitler. “Muslim yang tinggal di Belanda harus menyobek setengah dari al-Quran, Jika Muhammad tinggal di sini (Belanda) sekarang, aku akan menyuruhnya keluar dari Belanda dengan belenggu,” hina Wilder yang dimuat di surat kabar De Pers, Selasa (13/2/2008).

Lebih lanjut Wilders mengatakan bahwa Islam itu berbahaya dan membawa misi kekerasan terhadap masyarakat. Ia juga menegaskan, kalau saja Nabi Muhammad saw. masih hidup, niscaya ia akan dicap sebagai ekstremis dan harus diusir dari Belanda karena akan dianggap sebagai sumber tindak terorisme.

Di bagian lain komentarnya, Wilders mengatakan, Islam adalah bahaya terbesar yang akan mengancam Belanda dan kemanusiaan. “Jika jalan-jalan di Belanda maka tidak akan terasa ini di negara Belanda,” ujar Wilders terkait dengan pemandangan di Belanda akhir-akhir ini tatkala  banyak ditemui Muslimah berjilbab, Muslim yang berjenggot dan menara-menara masjid yang bermunculan di Negeri Kincir Angin itu.

Wilders bukanlah anggota parlemen Belanda pertama yang menyerang Islam. Beberapa tahun yang lalu, pendahulunya Ayaan Hirsi Ali, mencari popularitas dan jabatan politik dengan menghina Islam. Politisi Belanda kelahiran Somalia ini mengecam Islam sebagai agama terbelakang dan merendahkan wanita. Dia juga menuduh Rasulullah saw. sebagai orang yang sesat karena menikahi Aisyah ra. yang masih kanak-kanak. Tidak kalah keji, dia menuduh Rasulullah saw itu pervers (mempunyai kelainan seksual).

Ironisnya, dengan mengklaim dirinya sebagai mantan Muslimah, dia kemudian dianggap pakar tentang Islam, terutama tentang pandangan Islam terhadap perempuan. Dia juga diberikan ruang sebagai ahli Islam di lingkaran akademis, menerbitkan buku, dan menulis sebuah cerita untuk film menghina Islam yang berjudul, “Submission”. Dalam film itu dia menuduh al-Quran mendorong kekacauan dan pemerkosaan terhadap seluruh anggota keluarga. Film yang bertujuan menghina Islam  ini menayangkan seorang Muslimah yang shalat, tetapi berpakaian tembus mata dan di tubuhnya tertulis ayat-ayat al-Quran. Gara-gara film ini, sutradaranya Theo Van Gogh, dibunuh oleh Muhammad Buyeri yang tidak rela agamanya dihina.

Ketika tiba di Belanda tahun 1992, Hirsi mengaku lari dari perkawinan paksa saat Somalia dikoyak perang. Dia kemudian mendapat simpati dan memberikan kredibilitas bagi kebohongannya tentang Islam, seakan-akan dia mengalami langsung sebagai wanita yang ditindas oleh Islam. Kebohongannya pun terbongkar. Dalam sebuh program televisi Belanda, anggota keluarga Hirsi mengatakan mereka tidak mengetahui adanya kawin paksa tersebut. Bahkan Hirsi sebenarnya bukan tinggal di Somalia, tetapi hidup nyaman di Kenya selama 12 tahun.

Meskipun terbukti berbohong dengan pengalamannya, Hirsi masih dianggap memiliki otoritas oleh Barat untuk berbicara tentang Islam.

Pemerintah Belanda pernah mencoba mengegolkan rancangan undang-undang yang melarang penggunaan niqab (cadar) di tempat umum. Meskipun RUU ini gagal, Wilder kembali berusaha mengkampanyekan larangan bercadar ini. Wilder menambah daftar panjang lain hal-hal yang perlu dilarang untuk Muslim, termasuk al-Quran, niqab dan kewarganegaraan Belanda untuk Muslim.

Umat Islam memang memiliki pengalaman buruk dengan negara Belanda. Selama lebih kurang 350 tahun negara ini menjajah negeri Islam Indonesia. Sejarah mencatat perlakuan tidak berprikemanusiaan yang dilakukan oleh Belanda, mulai dari tanam paksa, kerja paksa, sampai pembunuhan masal.

Pengalaman yang sama pernah dirasakan Muslim Bosnia. Pemerintah Belanda pada Desember 2006 telah memberikan penghargaan kepada pasukan Perdamaian PBB asal Belanda yang telah menyerahkan Srebrenica kepada Serbia selama Perang Bosnia tahun 1992-1995. Serbia kemudian melakukan pembantaian massal pada bulan Juli 1995 setelah Belanda menyerahkan kota besar itu kepada serbia. Lebih 8000 Muslim terbunuh. Dalam sebuah video tampak Jenderal Mladic tersenyum memberikan hadiah kepada panglima perang Belanda Col Tom Karreman.

Penghinaan terhadap Islam seperti ini terus berulang dan sudah sejak lama terjadi. Hanya Khilafahlah yang akan mampu menghentikan mulut kotor mereka sehingga benteng Islam tetap terjaga dan dilindungi oleh tentara Khilafah. Karena itu, tidak seorang musuh pun akan berani mendekati bangunan Islam, apalagi memanjatnya.

Sejarah Khilafah jelas telah menunjukkan hal itu. Bukti pemeliharaan Khilafah terhadap Islam dan kaum Muslim nyata sekali, bukan hanya terhadap orang yang menghina Islam dan Nabi Islam, Nabi Muhammad saw., bahkan terhadap penghinaan pada sesuatu yang lebih ringan dari itu. Ada kisah seorang wanita yang dihina oleh orang Yahudi di pasar mereka pada zaman Rasulullah saw., lalu mereka diperangi dan diusir (dari Madinah). Ada kisah seorang wanita yang dihina oleh orang Romawi sehingga Khalifah langsung memimpin sendiri pasukan untuk memberi orang-orang Romawi pelajaran hingga terjadilah penaklukan kota Amuriyah.

Mereka yang berupaya menyerang makam Rasulullah saw. pada masa Khilafah Abbasiyah, yaitu ketika Nuruddin Zanki menjabat sebagai wali (gubernur) Syam pada tahun 557 H, dan atas sepengetahuan Khalifah, Nuruddin pun bertolak ke Madinah untuk menangkap dan membunuh mereka, yakni orang-orang Nasrani yang menyerang makam Nabi saw., sebagai bentuk pembelaan kepada Rasulullah saw. Saat itu mereka, orang-orang Nasrani itu, telah menggali lorong dari sebuah rumah yang berada di dekat masjid Rasulullah saw., untuk bisa mencapai makam Beliau.

Bahkan saat dalam kondisi lemah sekalipun, Khilafah tetap menjaga Islam dan kaum Muslim. Khilafah tetap mampu menghembuskan ketakutan dalam hati kaum kafir penjajah. Bernard Shaw menyebutkan dalam memoarnya, bahwa pada tahun 1913 M, yaitu pada zaman Khilafah Utsmaniyah sudah lemah, dia dilarang mengeluarkan kisah yang berisi penghinaan kepada Rasulullah saw. Lord Chamberlin melarangnya karena takut terhadap reaksi duta besar Daulah Khilafah Utsmaniyah di London.

Sesungguhnya hanya Khilâfah ’alâ minhaj an-nubuwwah yang akan melindungi kehormatan Islam dan kaum Muslim. [Farid Wadjdi]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*