HTI

Opini (Al Waie)

Mandiri Dan Percaya Diri: Modal Utama Kebangkitan

Seabad sudah tonggak cita-cita bangsa ditancapkan dan panji-panji kebangkitan dikibarkan. Namun, nyatanya realitas hari ini tidak sesuai dengan harapan. Pelbagai krisis dan bencana silih berganti menyapa Indonesia tidak henti-hentinya seolah enggan beranjak dari bumi Indonesia. Apakah gerangan yang menyebabkan ini terjadi? Padahal kita semua tahu bahwa Indonesia adalah negara besar dengan penduduk yang banyak pula? Ironis memang.

Kebangkitan bangsa yang dimanifestasikan seabad silam oleh para perintis bangsa masih jauh panggang dari api. Yang ada adalah kebangkrutan bangsa karena banyaknya komprador-komprador asing dan antek-antek kapitalis yang menggerogoti kekayaan bumi Indonesia. Hutan dijarah, tanah digali. Hasilnya diangkut ke luar negeri. Inilah realitas kebangkrutan bangsa hari ini. Para elit berpesta-pora. Rakyatnya menderita. Bangsa Indonesia telah lama mengidap penyakit akut tidak mandiri dan tidak percaya diri. Semua selalu bergantung kepada asing, yang pada akhirnya rakyat jualah yang ditimpa seribu kemalangan.

Seorang futurolog Islam Indonesia dari ITB, Armahedi Mahzar dalam bukunya, Revolusi Integralisme Islam, pernah menyatakan terdapat tiga bentuk penjajahan: penjajahan gaya pertama yang menggunakan senjata untuk menduduki wilayah wilayah fisik pada era kebudayaan lisan dan tulisan; penjajahan gaya kedua yang menggunakan ekonomi dan ideologi untuk menguasai perilaku dan kesadaran manusia dalam era kebudayaan cetak; penjajahan bentuk ketiga yang menggunakan imagologi untuk menguasai bawah sadar jiwa manusia-manusia yang hendak dijajahnya dalam era kebudayaan elektronik.

Penjajahan bentuk pertama adalah penjajahan gaya klasik yang telah lama hilang dari Nusantara ini. Tak ada lagi kekuasaan fisik. Penjajahan yang ada pada hari ini adalah bentuk kedua dan ketiga. Sebagian penghuni negeri ini tidak menyadari bahwa representasi dan hegemoni asing telah lama bercokol di sini lewat perpanjangan tangan birokrasi dan peran negara yang tidak pro rakyat tetapi pro elit dan para konglomerat yang kerap mengganggu arus kas APBN yang harusnya untuk rakyat malah dikorupsi dan dibawa kabur ke mancanegara. Negara telah berulang-ulang melakukan kesalahan. Barangkali ini bukan kesalahan melainkan ketololan. Negara pun enjoy saja memperlakukan mereka.

Sistem ekonomi bangsa kita hari ini adalah sistem ekonomi kapitalis yang menihilkan peran rakyat sebagai subyek-obyek perekonomian negara. Ekonomi kerakyatan telah lama hilang. Negara yang seharusnya mengayomi rakyatnya malah mengabdi dan menghamba kepada bangsa asing lewat lembaga lembaga donor yang sebetulnya vampir berdarah dingin semisal IMF, negara-negara G7, Bank Dunia, dan lain lain. Tidak ada kemandiran dan rasa percaya diri tinggi untuk “mengusir” asing dari dalam negeri. Hal ini bukan berarti bahwa kita mesti xenophobia tetapi mencoba meminimalisasikan peran asing di Nusantara karena bagaimanapun kekayaan negeri ini adalah hak bagi para penghuninya.

Kemandirian dan percaya diri yang disandarkan pada Islam adalah modal dasar bagi kita untuk bangkit dari keterpurukan. Islam mengajarkan bahwa perubahan bisa terjadi kalau kita mau mengubah dengan tangan dan kekuatan kita sendiri. Muhammad Rasulullah saw. pun mengubah bangsa Arab dari yang tadinya biadab menjadi beradab adalah karena mentalitas mandiri, percaya diri, dan kerja keras yang akhirnya bisa mengantarkan Islam sebagai penguasa imperium di barat dan timur. Insya Alla,h cita-cita itu akan terwujud jika umat Islam negeri ini dan negeri-negeri lain bersatu di bawah naungan Daulah Khilafah Islamiyah. Wallahu a’lam. [Asep Imaduddin; Guru SMA Muhammadiyah Subang]

3 comments

  1. MUHAMMAD SHOFWAN

    Perlu diketahui bahwa kalau kita tengok ke belakagn (Bukunya Fauza AN tentang Serikat Islam ) dalam sejarah Indonesia pada tahun 1905 telah berdiri organisasi Serikat Dagang Islam yang kemudian berubah menjadi Serikat Islam. Organisasi tersebut di dirikan oleh HOS Cokrominoto, AM Sangaji dari Indonesia Timur dan tokoh -tokoh Islam lain dari pulau sumatera dan pulau-pulau lainnya. Berdasarkan cuplikan sejarah itu apakah masih dapat dikatakan bahwa kebangkitan nasional itu terjadi pada tahun 1908 yang katanya di canangkan oleh organisasi Boedi Utomo, padahal telah membubarkan diri pada tahun 1935 dan pendirinya hanya orang jawa untuk kepentingan orang jawa dan ,madura saja. Nah,untuk umat Islam bukan bangkit tapi murnikan aqidah, tingkatkan ibadah dan mulyakan akhlaq serta galang ukhuwah diatas landasan KHILAFAH ISLAM. Kalau mau menjadi baldatun thoyibatun wa robbnun ghofur TIDAK ADA PILIHAN SYSTEM APAPUN KECUALI MEENEGAKAN SYARIAT ISLAM. WA BILLAHI TAUFIQ WAL HIDAYAH WASSALAMU ALAIKUM WR.WB WA ALLAHU A’LAAM BI SHAWAB.

  2. assalamu`alaikum.wr.wb….
    perkenalkan saya Abin, saya seorang pelajar SMK, saya boleh minta tolong tidak, saya ingin meminta materi atau keteranagan tentang serikat islam, misalnya, tentang asal usul atau awal berdirinyaserikat dagang islam, atau mungkin hasil-hasil perjuanagan serikat islam,
    jikabisa tolong kirimkan ke alamat e-mail saya:
    videstars@yahoo.co.id
    Terimakasih…

  3. assalamu`alaikum.wr.wb….
    perkenalkan saya Abin, saya seorang pelajar SMK, saya boleh minta tolong tidak, saya ingin meminta materi atau keteranagan tentang serikat islam, misalnya, tentang asal usul atau awal berdirinyaserikat dagang islam, atau mungkin hasil-hasil perjuanagan serikat islam,
    jikabisa tolong kirimkan ke alamat e-mail saya:
    videstars@yahoo.co.id
    Terimakasih…

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*