Terkait dengan fenomena ‘perlawanan’ Bu Menkes dengan bukunya ‘Saatnya Dunia Berubah’, bagaimana pandangan Bapak?
Menurut saya, apa yang dilakukan oleh Bu Menkes adalah sebuah hal yang baru, yang tidak pernah (setahu saya) dilakukan oleh pejabat-pejabat setingkat menteri sebelumnya. Kita berharap, semakin banyak saja, pejabat yang punya nyali dalam menyuarakan kebenaran.
Apakah bisa dikatakan bahwa bidang kesehatan Indonesia saat ini dalam intervensi asing?
Ya. Ini sebenarnya kan hanya fenomena gunung es dan sebenarnya hanya salah satu sektor saja. Sebenarnya semua sektor sudah dikuasai oleh asing. Modus operandi sama, yaitu dengan ‘berpura-pura’ memberikan imbalan bantuan, tetapi mereka mendapatkan hal-hal yang lebih besar manfaatnya secara ekonomi. Untuk kasus H5N1 ini, ada main strategi dari pihak AS atau negara-negara kapitalis ini. Itu modus standarnya.
Dalam soal ini, saya bisa katakan ada beberapa dokumen yang diproduksi oleh lembaga yang bernama Rand Corporations yang meneliti respon-respon yang dilakukan oleh Indonesia, terutama terhadap apa yang dilakukan oleh Menteri Kesehatan yang dianggap membahayakan politik dagang AS. Itu segera dianalisis dan segera diselidiki untuk kemudian dengan secepatnya dibuat counter strategy.
Contohnya seperti apa?
Misalnya dalam soal Menteri Kesehatan yang menolak pengiriman virus flu burung ini, tiba-tiba kita diserbu dengan isu-isu yang sangat mengkhawatirkan. Misalnya, flu burung itu kan belum bisa menular antar manusia. Namun, dari segi pemberitaan opini, flu burung sudah bisa menular dari manusia ke manusia. Ini sebenarnya pernyataan pejabat WHO. Jadi, kita bisa mengetahui bahwa permainan mereka salah satunya menggunakan media massa. Kedua, menggunakan orang Indonesia sendiri untuk melakukan counter yang seakan-akan apa yang dilakukan oleh Bu Menteri Kesehatan itu adalah membahayakan keselamatan publik di Indonesia.
Apakah ada grand design yang dimainkan oleh asing agar Indonesia semakin sengsara?
Secara faktual bisa kita perhatikan. Setiap ada kebijakan yang kita kritik dan bertentangan dengan kepentingan asing, itu pasti ada orang-orang Indonesia sendiri yang menjadi juru bicara pihak Barat. Dalam isu terorisme, banyak sekali orang-orang yang mengaku ‘cendekiawan Muslim’ yang menjadi juru bicara Barat. Dalam soal ekonomi banyak sekali kita lihat, orang-orang yang bergelar ekonom yang gelarnya doktor yang justru mengkampanyekan bahwa ekonomi harus terbuka dan pro pasar bebas. Banyak sekali dalam bidang politik orang yang mengkampanyekan soal demokrasi. Nah dalam kesehatan juga begitu. Kita bisa memperhatikan, banyak sekali dokter-dokter dan tenaga medis yang lebih berpihak kepada pabrik obat. Rakyat kecil tidak terlayani. Nah, karena itu, para dokter akhirnya hanya memikirkan, keuntungan apa yang bisa didapatkan jika berhasil menjualkan obat-obat yang disodorkan oleh pabrik-pabrik obat tersebut. Nah inilah yang terjadi.
Fenomena Ibu Menkes seperti ‘bola liar’ yang diharapkan bisa menjadi batu pemantik bagi yang lain. Namun, setelah isu ini mencuat, seolah-olah dengan segera ‘amblas’ lagi. Bagaimana Bapak melihat fenomena ini?
Ya…ini kan tergantung kepada kebutuhan opini apa yang akan di goal kan. Misalnya untuk membuat panik masyarakat. Cukup saja bahwa flu burung ini menjadi penyakit yang berbahaya yang bisa menular antar manusia. Dengan demikian kacau kondisinya sehingga ada perasaan bahwa Pemerintah dalam hal ini Menteri Kesehatan tidak bisa bekerja dan kemudian bahwa Pemerintah segera harus mengimpor obat anti flu burung. Itu yang dikehendaki sebetulnya. Nah, kalau obat anti flu burung sudah di impor ya… isunya pasti berhenti dengan sendirinya. Jadi, akan sangat tergantung apakah agendanya sudah dicapai atau belum yang menentukan isu itu terus bergulir atau tidak. []
Read it…
beneeer juga kateee lhoo
maju terus mang untuk kebenaran
kebenaran hanya milik Allah SWT