Assalâmu‘alaikum wa rahmatullâhi wa barakâtuh. Pembaca yang budiman, selama ideologi Kapitalisme eksis dan diemban oleh negara-negara Barat saat ini, khususnya oleh AS sebagai pengemban utamanya, selama itu pula penjajahan tidak akan benar-benar hilang dari muka bumi. Pasalnya, penjajahan merupakan metode baku negara-negara kapitalis untuk meraih berbagai kepentingannya. Jika sebelum Perang Dunia II penjajahan lebih bersifat fisik dengan mengandalkan intervensi militer, pasca Perang Dunia II penjajahan lebih bersifat non-militer.
Memang, saat ini, AS khususnya, mulai menggunakan kembali cara-cara militer untuk menjajah negara-negara lain, misalnya di Irak dan Afganistan. Namun demikian, penjajahan non-militer tetaplah dominan saat ini. Yang paling kentara adalah penjajahan lewat jalur politik dan ekonomi. Instrumen penjajahan secara politik, misalnya, adalah dengan menjadikan demokrasi dan HAM sebagai alat penekan atas suatu negara. Yang paling mutakhir, Barat dan AS menggunakan isu terorisme untuk mengintervensi negeri-negeri Muslim. Adapun penjajahan secara ekonomi berjalan antara lain melalui instrumen lembaga-lembaga internasional seperti IMF, Bank Dunia dan WTO. Digunakan pula mekanisme pasar bebas, utang luar negeri dll.
Yang lebih parah, negara-negara kapitalis seperti AS ternyata juga melakukan penjajahan atas negara lain di bidang kesehatan. Inilah yang mungkin baru secara sadar diketahui, terutama oleh bangsa Indonesia, khususnya setelah mencuatnya kasus di seputar terbitnya buku Menteri Kesehatan yang berjudul Saatnya Dunia Berubah, Tangan Tuhan di Balik Virus Flu Burung. Buku ini secara vulgar menelanjangi penjajahan AS di bidang kesehatan atas negara-negara Dunia Ketiga, khususnya melalui mekanisme pengiriman sampel virus yang kemudian ternyata dijadikan bahan untuk membuat vaksin oleh perusahaan-perusahaan AS. Tragisnya, WHO terlibat di dalamnya.
Pertanyaannya, mengapa semua ini bisa terjadi? Bagaimana sesungguhnya fakta penjajahan AS di bidang kesehatan ini? Apa pula dampaknya bagi negara-negara Dunia Ketiga seperti Indonesia? Bagaimana pula kita bisa meng-counter-nya? Itulah di antara persoalan utama yang dibahas dalam al-wa’ie edisi kali ini.
Semoga kita makin ‘melek politik’ sehingga kita semakin menyadari betapa pentingnya setiap upaya untuk menentang ideologi Kapitalisme sebagai biang kehancuran dunia sekaligus betapa urgennya kita mengatur dunia ini dengan ideologi alternatif. Itulah Islam sebagai rahmatan lil ‘alamin. Selamat membaca!
Wassalâmu‘alaikum wa rahmatullâhi wa barakâtuh.