Ada satu analogi yang bagus yang disampaikan oleh Ketua Umum DPP-FPI, Habib Rizieq Shihab, di Ciomas Permai pada Tablig Akbar komplek tersebut pada hari Ahad, 11 Mei 2008. Analogi itu tentang gerombolan pemalsu agama Islam yang bernama Ahmadiyah. Saya, yang ikut hadir dan sudah berbicara sebelumnya tentang pesan-pesan Allah SWT dan Rasul-Nya berkaitan dengan penjagaan akidah dan bahaya murtad dan pemurtadan, mengikuti kata demi kata orasi Habib yang tajam, bernas, penuh irama, dan sangat komunikatif. Terus-terang, setiap kali mengikuti orasi atau ceramah Habib yang terkenal sebagai “singa panggung” papan atas di Jabotabek ini ada kenikmatan tersendiri.
Beliau menganalogikan gerombolan Ahmadiyah itu laksana orang yang berpakaian pakaian polisi lengkap dengan atribut dan kepangkatan lalu mengatur-atur di tengah jalan, padahal dia bukan polisi. “Ditangkap enggak?” tanya Habib.
Jamaah, termasuk di dalamnya Pak Camat, Pak Kapolsek, dan Pak Danramil, kompak menjawab, “Ditangkaaap!!!
Sekali lagi Habib bertanya kepada hadirin, “Digebukin nggak sama polisi yang asli?”
Sambut para hadirin, “Digebukiiin!!!
“Bonyok!!!” tambah Habib yang diiringi tawa hadirin dan tepuk tangan.
Beliau melanjutkan, “Kalau polisi palsu ditangkap, kalau polisi palsu digebuki sampai bonyok, Saudara, kenapa Islam palsu tidak ditangkap, Saudara?” Lalu Habib menjawab sendiri pertanyaannya dengan irama lagu wajib, “Itulah Indonesia…”
Habib menutup ceramahnya dengan mengatakan, bahwa kita umat Islam menunggu SKB Pelarangan Ahmadiyah supaya Bapak-bapak polisi memiliki payung hukum untuk menangkap para pengurus Ahmadiyah. Kita, umat Islam, akan mewujudkan kondisi yang kondusif, tidak akan melakukan tindakan fisik, tetapi justru akan mendakwahi para pengikut Ahmadiyah agar kembali ke jalan yang benar (ruju’ ila al-haqq). “Tapi kalau SKB tidak kunjung keluar, Ahmadiyah tidak dilarang, bahkan dilegalkan, saya tanggung jawab dunia-akhirat, kita perangi Ahmadiyah, Saudara-saudara!” tegas Habib.
Memang, posisi umat Islam pada hari ini masih menunggu SKB yang akan dikeluarkan Pemerintah, walau masih ditunda-tunda terus. Bahkan ketika hendak menyampaikan orasi pada Tablig Akbar dan Konferensi Pers FUI membongkar Kebohongan Ahmadiyah di Masjid Al-Barkah Asy-Syafi’iyyah Jakarta pada pagi harinya (11/5), saya ditelepon oleh salah seorang petinggi MUI Pusat yang memberikan bocoran bahwa, SKB yang akan dikeluarkan oleh Pemerintah tidak menyebut Ahmadiyah sesat, tidak ada kata pelarangan. Sungguh, umat sangat khawatir jika SKB yang dikeluarkan itu ‘banci’!
Semakin lama Pemerintah menunda pelarangan Ahmadiyah, tentu masalah akan semakin lebar dan bukan tidak mungkin korban semakin banyak. Kasus Parakan Salak, misalnya, terlepas dari berbagai keanehan yang ada pada warga Ahmadiyah saat diwawancarai wartawan di lokasi kejadian dan berbagai kemungkinan adanya konspirasi, tentu merupakan ekses dari penundaan tersebut.
Demikian pula munculnya person-person dan kelompok pembela aliran sesat Ahmadiyah. Sebut saja Pastur Beny Susetyo yang ikut-ikutan membela Ahmadiyah. Tentu ini mengusik. Kalau diterus-teruskan bisa memanaskan dan meledakkan hubungan Islam-Kristen di sini. Padahal selama ini umat Islam masih menahan diri dalam berbagai kasus kristenisasi yang tentu dalam perspektif umat Islam adalah pemurtadan. Karena itu, dalam berbagai kesempatan Habib Rizieq memperingatkan Romo Beny agar tidak ikut campur dalam urusan Amadiyah, karena ini urusan umat Islam.
Saya jadi teringat pernyataan Ketua MK Jimly Asshiddiqiy tatkala menerima delegasi FUI ke kantornya, bahwa apakah bisa dibenarkan oleh orang Kristen sekte manapun kalau ada satu sekte Kristen yang mengaku nabinya adalah Nabi Muhammad. Anggota MK yang Kristen bisa menerima argumen Jimly. Saya sendiri sering menyampaikan kepada orang yang berargumentasi dengan mengatasnamakan HAM alias kebebasan beragama, apakah bisa dibenarkan oleh orang Kristen kalau ada sekte baru yang mengaku bahwa tuhan mereka tidak cukup tiga, perlu ditambah dua lagi. Tentu mereka tidak bisa menerima. Pertanyaannya, ada apa sampai Romo tersebut ikut cuap-cuap soal Amadiyah?
Ada juga “kyai” yang sok tahu tentang Ahmadiyah dan membela mereka “ala jahlin” dengan mengatakan bahwa tidak ada masalah dengan Ahmadiyah; kitab Tadzkirah itu bukan kitab suci, tetapi semacam tafsir dari ulama. Tentu saja “kyai” seperti itu tidak layak menamakan dirinya kyai dan memimpin pondok pesantren. Tentu kita bertanya-tanya tentang Kyai yang sangat ceroboh tersebut, apakah dia belum pernah membuka kitab Tadzkirah halaman 1 yang menyatakan bahwa Tadzkirah adalah wahyun muqaddas (wahyu yang suci); halaman 493 yang menyatakan Mirza sebagai rasul; halaman 195 yang menyatakan Mirza menyatu dan menjadi Allah itu sendiri; halaman 197 yang menyatakan Mirza menciptakan langit dan bumi; halaman 748 yang menyatakan bahwa orang-orang yang tidak mengikuti Mirza Ghulam Ahmad adalah kafir dan boleh dibunuh kapan saja dan dimana saja?! Tentu orang yang masih waras akalnya akan menyatakan bahwa kitab Tadzkirah yang diyakini oleh gerombolan Ahmadiyah sebagai kitab suci mereka maupun oleh mereka yang menganggap bahwa itu adalah pengalaman ruhani, adalah kitab yang berbahaya, sesat dan menyesatkan sehingga harus dilarang beredar. Jadi kyai macam apa yang dibawa oleh jubir Ahmadiyah, Syamsir Ali, ke DPR, MK, bahkan ke Masjid Istiqlal, markas MUI Pusat?!
Oleh karena itu, tepatlah dalam Tablig Akbar “Membongkar Kepalsuan Amadiyah” di Asy-Syafi’iyyah (9/5) Habib Rizieq menyerukan agar umat Islam menarik anak-anak mereka dari pondok-pondok pesantren para kyai palsu, yakni para kyai pembela Ahmadiyah.
Belum lagi sang pembela utama Ahmadiyah, anggota Wantimpres Adnan Buyung Nasution yang dalam usahanya menjegal SKB sampai bersikap kasar melakukan penghinaan kepada Ketua MUI KH Makruf Amien dalam wawancaranya dengan BBC (7/5). Tentu kita semua, umat Islam, marah kepada Adnan Buyung yang sangat tidak tahu diri itu, tidak paham soal agama Islam, sok tahu dan over acting membela Ahmadiyah!
Ya, umat menunggu SKB bahkan Keppres untuk pembubaran Ahmadiyah. Sebab, pembubaran Ahmadiyah bagi umat Islam adalah harga mati! Wallahu’alam! []
Jelaslah sudah pemerintah ini dibawah siapa? Presiden jauh lebih takut kepada Buyung daripada kepada Allah, Presiden Plendas-plendus. gak jelas! Tak layak dijadikan pemimpin. Selamat tinggal Yudoyono!! nyesel karo sampean. Terus berjuang untuk Khilafah, tak ada gunanya demokrasi. Apaannnnn…
Saya bangga dan salut thd Hizbut Tahrir Indonesia. Pertama atas keteguhannya meniti jalan dakwah tanpa kekerasan. Kedua untuk ketegasannya dalam amar ma’ruf nahiy munkar. Dan ketiga, kebijakannya dalam menyikapi masalah FPI dan penangkapan Habib Rizieq Shihab.
Di saat parpol Islam peserta pemilu terkesan malu2 dan setengah hati, bahkan terkesan mengambil jarak dengan FPI, Hizbut Tahrir membuktikan bahwa ialah sahabat sejati dalam duka.
Mengingatkan saya saat pro-kontra poligami merebak dan menyudutkan Aa Gym, Hizbut Tahrir dgn tegas muncul di media2 massa baik cetak maupun televisi menyatakan kemubahannya dan malah mengunjungi Aa Gym.
***terharu mode on…….
sekilas file:
http://corpusalienum.multiply.com/reviews/item/38/Habib_Rizieg_dipenjara_Aa_Gym_soal_Poligami_dan_teman_SEJATI_dalam_SUSAHDUKA
udah mendingan kita jangan milih lagi sby….