Suasana kondusif dalam perpolitikan sejak Orde Baru runtuh sepertinya telah memunculkan banyak ‘politisi dadakan’ yang kebetulan berasal dari kalangan Islam. Namun, kondisi umat secara umum malah semakin jauh dari kemakmuran dan kesejahteraan. Para politisi itu sibuk memikirkan urusan sendiri. Boro-boro memikirkan kemakmuran dan kesejahteraan masyarakatnya, mereka lebih sibuk memutar otak agar modal awal yang habis untuk sosialisasi politik mereka bisa kembali ketika kekuasaan mereka pegang. Korupsi-kolusi-nepotisme hingga kebijakan yang tidak-bijak dalam menjalankan pemerintahan cukup menjadi bukti bahwa mereka sebetulnya adalah ‘politisi busuk’ sejati. Sungguh buruk, apalagi karena mereka mengaku diri mereka sebagai muslim.
Tidak semua Muslim politisi demikian adanya. Masih ada di antara mereka yang ikhlas bahwa tujuan mereka adalah benar-benar untuk mengurusi masyarakat dalam rangka mencapai kesejahteraan dan kemakmuran. Namun, fakta juga membuktikan bahwa keikhlasan saja tidaklah cukup. Hanya bermodalkan keikhlasan sama berbahayanya dengan orang yang beribadah tanpa ilmu. Yang terjadi kemudian, Muslim politisi yang ikhlas tetapi tidak paham ‘politik yang sesungguhnya’ ini bisa-bisa tidak ada bedanya dengan politisi busuk karena saking kompromistisnya dengan keadaan.
Lantas bagaimanakah politisi yang benar-benar sejati itu? Pertama: politik bukanlah melulu kekuasaan. Lebih dari itu politik adalah upaya untuk mengurusi segala kebutuhan umat. Konsekuensi pertanggungjawabannya tidak saja kepada orang yang dipimpin, tetapi kepada Allah SWT. Karena itu, seorang Muslim tidak akan sembarangan mengikrarkan diri sebagai orang yang sanggup memikul amanah politik rakyat.
Kedua: niat ikhlas yang diikuti dengan cara-cara yang benar. Oleh karena itu, Muslim politisi harus mengikuti aturan Allah SWT dalam semua aspek kehidupannya. Yang diikuti bukan kedaulatan di tangan rakyat seperti yang selama ini dijargonkan demokrasi, melainkan kedaulatan di tangan syariah sebagaimana tuntunan Islam.
Ketiga: politisi sejati harus menyadari bahwa ia adalah bagian dari umat. Upaya untuk mencapai kehidupan yang makmur dan sejahtera ini harus dipahami sebagai tujuan bersama. Menjadi tugas para politisi untuk menumbuhkan kesadaran itu di dalam diri masyarakat sehingga terbentuk hubungan timbal-balik yang nyata dalam bentuk kontrol masyarakat terhadap pemerintah. Politisi sejati haruslah orang yang peka dengan keadaan masyarakatnya sekaligus kapabel dalam bidangnya sehingga ia solutif terhadap persoalan yang terjadi. Hal ini tidak bisa diraih kecuali dengan penguasaan ilmu pengetahuan dan tsaqafah Islam yang mendalam serta kesediaannya terjun ke masyarakat setiap saat.
Jelas sekali, memang tidak mudah menjadi politisi sejati. Politisi sejati haruslah seorang Muslim yang tangguh dan mampu menjadi problem solver bagi orang-orang di sekitarnya. Politisi sejati tidak lain adalah mereka yang selalu berusaha agar kehidupan berjalan selaras dengan tuntunan Islam karena hanya dengan Islam sajalah kehidupan yang makmur dan sejahtera dapat tercapai. [Endah Nur Rohmi; Asrama Putri Darmaga, Komplek Perumahan Dosen IPB Darmaga Bogor]