HTI

Opini (Al Waie)

Makna Hakiki Isra Mikraj

Umat Islam selalu memperingati peristiwa Isra’ Mikraj setahun sekali, tepatnya setiap bulan Rojab. Sudah berulang-ulang diadakan peringatan Isra’ Mikraj, tak terhitung jumlahnya. Namun, peringatan ini kebanyakan hanya ritual dan rutinitas semata. Mayoritas mubalig yang diminta menyampaikan ceramah hikmah Isra’ Mikraj hanya mengurai sejarah dan keajaiban-keajaibannya serta dibumbui dongeng-dongeng yang tidak jelas sumbernya. Akhirnya, yang terjadi setelah peringatan Isra’ Mikraj, bisa dikatakan tidak ada pengaruh dan perubahan sama sekali.

Menyikapi hal di atas, dan agar tidak terulang lagi, sudah saatnyalah umat Islam mengungkap makna hakiki Isra’ Mikraj yang selama ini jarang diungkap, dipahami dan diambil hikmah yang terkandung di dalamnya oleh umat Islam.

Pertama: isyarat kepemimpinan Rasulullah saw., dalam Isra’ Mikraj terdapat suatu peristiwa yang memberikan isyarat adanya perubahan peta politik dan kepemimpinan, serta jenis dan sifat kepemimpinan Rasulullah saw. Kalau kita memperhatikan uraian sirah, ternyata Rasulullah saw. dalam peristiwa Isra’, Rasul tidak langsung dari Masjidil Haram di Makkah menuju Masjidil al-Aqsha di Baitul Maqdis al-Quds (Yerusalem), tetapi melewati Yatsrib (Madinah), Madyan Thursina di Mesir, Balthlehem. Dari paparan tersebut, dapat dilihat adanya isyarat kepemimpinan dan kekuasaan Rasulullah saw. dan umat Islam melampui daerah yang disinggahi Rasul dan itu terbukti, bahkan melebihi daerah tersebut.

Kedua, isyarat kepemimpinan yang sesuai dengan fitrah manusia. Hal ini bisa dilihat ketika Rasul ditawari Jibril ketika sampai di Baitul Maqdis, yaitu dua gelas minuman yang berisi susu dan khamar. Rasul pun memilih susu. Ketika Rasul memilih susu, Jibril memberi komentar bahwa Rasul mendapat petunjuk untuk memilih yang sesuai dengan fitrahnya. Ini tidak lain mengabarkan kita bahwa agama Islam yang dibawa Rosul sesuai dengan fitrah manusia sepanjang masa.

Ketiga, isyarat kepemimpinan untuk seluruh umat manusia, hal ini bisa dipahami dari peristiwa ketika Rasul berada di Masjidil Aqsha, atas kehendak Allah Swt., seluruh nabi mulai Adam a.s hingga Isa a.s dihidupkan. Beliau empat berbicara dengan mereka. Di masjid ini Rasulullah menjadi imam shalat jamaah khusus dengan makmum para nabi (Adz Dzahabi, Sirah Nabawiyah, hlm.154). Rasul menjadi imam shalat para nabi yang memimpin umat manusia dengan zaman yang berbeda-beda, suku yang berbeda-beda dan warna kulit yang berbeda-beda pula.

Oleh karena itu, melalui peringatan Isra’ Mikraj ini kita harus mengambil hikmah dan makna yang sesungguhnya yaitu sudah saatnyalah kita mengidam-idamkan dan memiliki kepemimpinan yang dicontohkan Nabi Muhammad saw. Sudah saatnyalah Islam memimpin dunia. Amin. Semoga segera terwujud. Wallahu a’lam bi ash-shawab. [M. Arifin; Penyiar Radio Mitra 97 FM Malang]

One comment

  1. Sudah saatnya kita menerapkan islam secara kafah! jadikan shalat sebagai cerminan hidup kita sehari-hari. shalat tidak hanya terlihat di masjid, langgar, mushala tapi terpancar di setiap tempat mulai di meja kerja, di sawah, di pasar dan di gedung-gedung pencakar langit. Jangan sampai kita hanya bisa shalat secara formal tapi tidak membekas dalam kehidupan nyata.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*