Tokoh Purworejo: HTI, Jadilah Fasilitator
Persaudaraan kaum Muslim, khususnya di Purworejo, tampak begitu akrab. Hal ini tergambar dengan jelas dalam acara ‘Sambung Rasa Umat Islam” yang diselenggarakan Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) Daerah Purworejo pada hari ahad, 29 Juni 2008 dengan hadirnya tokoh-tokoh umat, di antaranya; Ir Sayogo Yulianto, MM (Dosen Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Tokoh Muhammadiyah Purworejo), KH Muslih (Pengasuh Ponpes Al-Islah Kebumen, Tokoh NU), KH Daud Muchlash (Tokoh NU Kec. Gebang), dan beberapa tokoh dari berbagai pondok pesantren dan ormas-ormas Islam se-Purworejo dan Kebumen.
Acara yang mengambil tema “Merajut Ukhuwah Untuk Persatuan Umat” ini diselenggarakan di Gedung Pertemuan Rumah Makan ‘Ragil’, Purworejo dengan pembicara Ust. Aris Nasuha, MT (DPD I HTI Daerah Istimewa Yogyakarta).
Dalam kesempatan tersebut KH Muslih menggambarkan bahwa umat Islam diharuskan seperti sebuah tim sepakbola sehingga bisa saling mengisi dan kompak dalam menghadapi sebuah permasalahan.
Adapun Drs. Pujiono meminta HTI untuk menjadi fasilitator keberagaman elemen-elemen di tubuh kaum Muslim untuk menuju tegaknya syariah dan Khilafah di masa depan. [Humas HTI Purworejo]
Ulama Sulsel: Bentengi Akidah Umat
Pemerintah harus segera mengeluarkan Keppres pembubaran Jamaah Ahmadiyah Indonesia (JAI) dan menyatakan ajaran Ahmadiyah terlarang di seluruh Indonesia. Demikian tuntutan ulama-ulama Sulawesi Selatan yang tergabung dalam Forum Umat Islam (FUI) Sulawesi Selatan kepada Pemerintah dalam Tablig Akbar Umat Islam Sulsel.
FUI juga menyerukan agar umat Islam berperan aktif menyuarakan tuntutan pembubaran Ahmadiyah, mengawasi kegiatan-kegiatan Ahmadiyah dan organisasi JAI, serta melaporkan pelanggaran dan penyimpangan mereka kepada yang berwajib.
Acara yang diikuti oleh ribuan umat Islam ini diselenggarakan di Masjid Al-Markas al-Islami Jendral Muhammad Yusuf, pada hari Jumat, 1 Rajab 1429 Hijriah, bertepatan tanggal 4 juli 2008.
Acara yang mengangkat tema “Kuatkan Ukhuwah, Bentengi Aqidah Ummat dari Penodaan Agama” menampilkan para orator dari pimpinan ormas Islam Sulawesi Selatan, di antaranya; Drs. H. Patabai Pabokori (KPPSI Sulsel) KH. Farid Wadjdie (DDI Sulsel), KH. Dr. Mustamin Arsyad, MA (DPW NU Sulsel), KH Baharuddin Pagim (Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sulsel), Ust. Zaitun Rasmin, Lc (Ketua umum DPP Wahdah Islamiyah), dan Ust. Hasanuddin Rasyid (Humas DPD I HTI Sulsel).
Acara diakhiri dengan penandatanganan surat dukungan menuntut pembubaran Ahmadiyah dari utusan ormas-ormas Islam. []
Tritura Sumatera Selatan kepada Presiden SBY
Selasa, 1 Juli 2008 Presiden SBY berkunjung ke Sumatera Selatan. Dalam rangka itu, tokoh masyarakat, ulama, habaib, asatidz, tokoh politik, mahasiswa, dll yang tergabung dari berbagai ormas di Sumsel mengadakan pertemuan di kantor FU3SS Sumsel pada hari senin (30 Juni 2008). Pertemuan yang dihadiri oleh wartawan cetak dan tv ini menghasilkan surat terbuka kepada presiden SBY yang disampaikan melalui Gubernur Sumsel dan Kapolda Sumsel. Isinya adalah Tri (Tiga) Tuntutan Rakyat Sumatera Selatan Kepada Presiden RI, yaitu: (1) Bubarkan dan Larang Ahmadiyah, baik ajarannya maupun secara organisasi (secara total) di Indonesia dengan Keputusan Presiden; (2) Sejahterakan Rakyat dengan menurunkan harga BBM, karena kenaikan harga minyak dunia merupakan rekayasa Amerika dan sekutunya untuk memiskinkan Negara berkembang; (3) Tolak Intervensi Asing di Indonesia dengan menghentikan Perjanjian NAMRU-2, karena digunakan sebagai pintu masuk intervensi dalam segala bidang. []
Sisdiknas Tak Berpihak Kepada Masyarakat
Kondisi sistem pendidikan Nasional di nilai tidak berpihak pada khalayak. Demikian ungkap Drs. Dede Yusuf S, M.Pd, salah satu pemateri pada seminar pendidikan yang bertajuk, “Menggagas Sistem Pendidikan Islam; Sebagai Solusi Alternatif Sistem Pendidikan Nasional Menuju Indonesia Lebih Baik,” yang diselenggarakan oleh Hizbut Tahrir Indonesia Garut, pada hari ahad, 29 Juni 2008.
Masih menurut Drs Dede Y, Pemerintah terkesan kurang peduli dengan sistem pendidikan. Biaya pendidikan semakin membumbung tinggi. Akibatnya, rakyat jelata yang sebetulnya ingin agar anaknya bisa mengenyam pendidikan yang lebih tinggi dan berkualiatas hanya bisa gigit jari.
Acara yang merupakan kerjasama HTI Garut dengan AKBID-YPSDMI Garut ini diikuti kurang lebih seratusan peserta, baik ikhwan maupun akhwat. Para pembicara yang hadir adalah Arim Nasim, SE, M.Si,Ak, (DPD I HTI Jawa Barat dan dosen UPI Bandung), Hadi Sucipto, SE, Msi (pemerhati pendidikan dan dosen UNISBA Bandung), Drs. Dede Yusuf S,M.Pd (Dinas Pendidikan), dan Drs.Nana Setialeksana (keynote speaker, pemerhati SISDIKNAS dan dosen UNSIL Tasikmalaya).
Dalam seminar ini mengemuka opini, bahwa solusi praktis untuk menuju sistem pendidikan nasional supaya lebih baik, tidak ada jalan lain, harus kembali pada sistem pendidikan yang berlandaskan Islam. Itu semua hanya bisa dicapai dengan diterapkannya syariah Islam dalam sebuah institusi Islam pula. [Kantor Humas DPD II HTI Garut]
KH Ahmad Baradja, Tokoh Al-Irsyad Jawa Barat: Ayo Kita Bersatu, Dipimpin Hizbut Tahrir!
Pernyataan sekaligus seruan tersebut diungkapkan KH Ahmad Baradja, salah seorang tokoh senior Al-Irsyad Jawa Barat pada FKS ke-16 pada hari Ahad (29/06) di kediaman Ibu Hj. Fathimah Avalpo, Jl. Hegarmanah 10, Bandung. Acara yang bertema, “Membongkar Konspirasi di Balik Peristiwa Monas,” tersebut menghadirkan 3 orang narasumber, yakni Prof. Dr. H. Didi Turmudzi, Rektor Unpas Bandung, KH Rafany Achyar, Sekum MUI Jawa Barat dan Farid Wadjdi, dari DPP HTI.
KH Rafany Achyar mengungkapkan, bahwa Peristiwa Monas (01/06) jelas karena kelompok liberal yang sangat provokatif, terutama dalam kasus Ahmadiyah, baik sebelum kejadian atau pada saat terjadinya Insiden Monas. Pemberitaan di media pun cenderung memihak AKKBB dan memojokkan Laskar Islam, utamanya FPI. Menurut beliau pasti, ada pihak yang mengambil keuntungan dari kejadian tersebut, terutama yang melakukan adu domba sesama elemen umat Islam, yang sangat terlihat adalah adu domba antar warga NU dengan FPI. Beliau menduga kuat adanya konspirasi asing di balik peristiwa tersebut
Farid Wadjdi menjelaskan tentang apa yang seharusnya dilakukan ummat Islam. Menurut Farid, umat Islam harus memiliki kejelasan visi dan misi agar memiliki kesamaan persepsi. Di antaranya, beliau menjelaskan inti problematika utama umat Islam, yakni adanya dominasi ideologi Kapitalisme dan tidak diterapkannya Islam dalam kehidupan. Beliau juga menjelaskan bahwa solusi yang harus diusung oleh umat Islam adalah syariah Islam, bukan yang lain. [Humas DPD HTI Jabar]
Deklarasi DKU-FUI
Para ulama, habaib, dan tokoh umat yang yang berkumpul di Pondok Pesantren Darunajah, Kamis kemarin (26/6) mendeklarasikan terbentuknya Dewan Kesatuan Ulama (Haiah Ittihadul al Ulama’) Forum Umat Islam (DKU-FUI). Dewan Kesatuan Ulama FUI ini dibentuk untuk mewujudkan aliansi sinergis antar berbagai komponen umat. Deklarasi Darunnajah tentang DKU- FUI itu dibacakan oleh ketua Umum DPP Al-Ittihadiyah sekaligus ketua MUI, Brigjen (Purn) KH Nazri Adlani di sela-sela Pertemuan Besar Ulama, Habaib, dan Tokoh Umat se-Indonesia.
Pertemuan itu diselenggarakan selama dua hari dari 25-26 Juni 2008. Sekitar 200 ulama, habaib dan tokoh umat dari berbagai daerah di seluruh Indonesia hadir dalam pertemuan tersebut.
“Dewan Kesatuan Ulama Forum Umat Islam ini berfungsi untuk melakukan: Tashfiyatu al-afkar al Islamiyyah (pemurnian pemikiran Islam), Tansiqu al-harakat al Islamiyyah (koordinasi antargerakan Islam), Ad-Difa’u wa himayatu ad-dakwah al Islamiyyah (Pembelaan dan perlindungan dakwah Islam) dan Ishdar al-hululu asy-syar’iyyah li masyakili hayati al-ummah al-islamiyah (mengeluarkan solusi-solusi terhadap problematika umat Islam),” terang KH Nazri Adlani. []
Menkes Jadi ‘Singa Galak’ untuk Namru
Menteri Kesehatan Siti Fadillah Supari sudah tidak akan kompromi lagi terhadap keberadaan laboratorium medis milik Angkatan Laut Amerika Serikat (Naval Medical Research Unit-2/Namru-2), laboratorium yang berada di jantung Ibukota itu selama puluhan tahun disinyalir menjalankan kegiatan intelijen dengan kedok penelitian medis.
“Saya sudah merasa jadi singa dan galak mengenai Namru-2. Dengan terungkapnya kasus sejak tahun 1979, saya rasa sudah cukup tugas saya sebagai singa ada keterbatasannya. Karena itu, masyarakat diminta dukungannya. Apakah kita mau terus membiarkan orang lain berada di dalam rumah kita? Kalau dia pembantu kita jelas kita tahu, tapi ini sudah gak jelas, “ ujarnya dalam diskusi bertajuk “Namru-2 Lab Tentara AS Di Jantung Jakarta”, di Gedung YTKI, Jakarta, Senin (23/6).
Siti Fadillah mengaku, khawatir dengan riset-riset Namru yang dinilai membahayakan, karena Namru-2 adalah laboratorium yang meneliti virus-virus infeksi yang ganas yang bukan hanya untuk Indonesia saja, tetapi untuk wilayah Asia. []
Ismail Yusanto: Apakah Pemerintah Mencintai Rakyat?
“Pemerintah telah menaikkan BBM. Apakah Pemerintah mencintai rakyat?, Pemerintah masih membiarkan prostitusi dan perjudian. Apakah Pemerintah masih mencintai rakyat?” Begitulah beberapa pertanyaan retoris yang disampaikan Ustad HM Ismail Yusanto, MM dalam acara Temu Ulama, Umaro, dan Umat Peduli Syariah pada Ahad (15/06) di Gedung PUSDIKLAT PT Krakatau Steel (KS).
Tampak sekitar seratus orang lebih mengisi tempat duduk yang disediakan. Di antara tokoh yang hadir adalah Raden Gunawan (Sekretaris PT KS), Ustad Hikmatullah Jamud, Msi (Dosen STEI Al-Khairiyah), Wakil Ketua DPD Golkar Cilegon Fakih Usman, Rusdi, SSi (Dosen UNTIRTA), Ir. Safrol Makmur (MUI), Nurprapto (GPMI), KH. Sayuri, M. Iqbal (Ketua Majelis Transparansi Cilegon), Ketua Paguyuban Lurah Se-Cilegon Juhadi M. Syukur, Ujang Iing (Camat Citangkil), Edi S (Camat Purwakarta), pondok pesantren, dan ormas/orpol lainnya.
Pada sesi tanya-jawab, banyak peserta yang mencoba menanyakan beberapa hal terkait tugas HTI dan juga umat untuk menuntaskan krisis multidimensi yang masih menjerat Indonesia secara umum. Selanjutnya, Ismail Yusanto memaparkan misi pemimpin menurut Islam di antaranya adalah membuat kebijakan untuk dapat memelihara: keturunan, akal, kehormatan, jiwa, harta, agama, keamanan dan negara. [HTI Cilegon-Banten]