Saat ini mayoritas negeri-negeri Islam merasa sudah merdeka, dalam arti, lepas dari penjajahan dan cengkeraman asing dan bisa menentukan nasib sendiri. Faktanya, tidak ada satu pun negeri Islam yang dapat lepas dari cengkeraman asing. Ternyata asing hanya mengubah gaya penjajahannya dari penjajahan secara fisik ke penjajahan secara non fisik. Lolos dari mulut harimau, masuk ke mulut buaya. Itulah gambaran kaum Muslim sekarang.
Tren penjajahan gaya baru ini memang sengaja dirancang oleh kaum kafir penjajah. Strategi ini untuk memudahkan misi mereka mengeruk keuntungan dari negeri-negeri Islam yang notabene sangat kaya. Dengan gaya ini mereka tidak akan mendapatkan perlawanan secara fisik dari kaum Muslim. Bahkan sebaliknya, kaum Muslim begitu memuja mereka sampai ke titik yang sangat berlebihan. Cengkeraman awal mereka adalah dengan mengklaim diri sebagai negara penolong/donor bagi negeri Islam yang telah hancur akibat penjajahan, walau sebenarnya penjajahan yang ada sebagai akibat dari ulah mereka sendiri. Jadi, memang kemerdekaan yang diraih oleh negeri Islam adalah sebuah “hadiah” dari kaum penjajah untuk memuluskan langkah mereka.
Sejarah membuktikan, Inggris sengaja mengobarkan semangat nasionalisme dan patriotisme ke tengah kaum Muslim agar memisahkan diri dari Khilafah untuk selanjutnya dimangsa olehnya. Inggris (sekutu) sengaja mencabik-cabik wilayah Khilafah Ustmani menjadi negeri yang kecil-kecil.
Di era penjajahan gaya baru ini, semakin lama peran asing semakin terasa. Setidaknya ini dapat dilihat dari beberapa aspek. Pertama: aspek ekonomi; dengan berkedok lembaga-lembaga keuangan dunia seperti IMF dan Bank Dunia. Kita pun telah paham bahwa AS berada di balik lembaga keuangan dunia tersebut. Walhasil, AS dengan mudah mengatur seluruh kebijakan ekonomi negeri-negeri Islam agar sesuai arahannya, seperti privatisasi BUMN dan kenaikan harga BBM.
Kedua: aspek politik. Dengan jargon war on terorisme, AS seenaknya saja mencap suatu negara sebagai poros setan. Bahkan yang lebih parah, kalau ada pemimpin negeri Islam yang tidak ikut arahan maka siap-siap untuk digulingkan.
Ketiga: aspek sosial. Dengan jargon HAM dan kebebasan, AS mendukung dengan dukungan penuh LSM-LSM yang anti syariah Islam. LSM ini mengkampanyekan ide-ide kebebasan dengan sangat berlebihan. Pornografi, pornoaksi, kaum lesbian dan homoseks didukung mati-matian. Sebagai contoh adalah kesesatan Ahmadiyah. AS membela habis-habisan Ahmadiyah melalui LSM-LSM komprador.
Dengan demikian, pada hakikatnya negeri-negeri Islam hanya meraih kemerdekaan semu. Karena nyatanya kita masih terjajah dalam segala aspek kehidupan. Layakkah kita memperingatinya setiap tahun?
Untuk itu, sudah saatnya kaum Muslim sadar akan hal ini dan bangkit untuk meraih kemerdekaan yang hakiki. Dengan memperjuangkan penerapan syariah dan penegakan Khilafah. Hanya dengan Khilafah kaum Muslim dan negeri-negeri Islam dapat lepas dari cengkeraman asing. [Azri Adhani; Pengusaha; Simalingkar-Tuntungan, Medan]