HTI

Opini (Al Waie)

Kebohongan Di Balik War On Terrorism

Saat ini semua orang telah sadar bahwa perang melawan terorisme (war on terorisme) yang dikomando oleh GW Bush dan sekutunya adalah untuk memerangi Islam. Kalau selama ini yang didengung-dengungkan adalah dalam rangka memburu penghancur Gedung Kembar pada tanggal 11 September 2001 yang lalu, itu adalah sebuah kebohongan besar. Perang war on terorisme lebih layak disebut tumbal dan modal bagi Barat kafir untuk berhadapan langsung secara fisik dan licik dengan Dunia Islam yang akan menggantikan sistim Kapitalis-sekular yang diusung oleh AS. Ini adalah proyek raksasa AS abad milenium.

AS dan sekutunya tidak segan-segan melakukan rekayasa dan kebohongan untuk melicinkan proyeknya. Sebagai misal, setiap kali ada kejadian yang katanya aksi terorisme, selalu timbul UU atau aturan lain yang ujungnya menjerat kaum Muslim. Di Australia, di London bahkan di negeri-negeri kaum Muslim sendiri keluar UU yang menyulitkan kaum Muslim dan Islam. Di Indonesia sendiri pasca bom Bali 12 Oktober 2002 muncul Perpu No 1 dan 2 tahun 2002 tentang pemberantasan tindak terorisme, yang kemudian ditetapkan menjadi UU No 15 dan 16 tahun 2003. Intinya untuk memusuhi Islam.

Metode ini sangat ampuh. Itulah sebabnya mengapa kata “teroris” dipelihara oleh AS dan sekutunya jangan sampai sirna. Ketika orang hampir lupa, dimunculkanlah lagi ‘kasus’ terorisme, baik dengan adanya ledakan bom atau ditangkapnya ‘segerombol’ orang lengkap dengan ‘bukti-bukti’ bomnya. ‘Tokoh’-nyapun tetap dipelihara agar drama ini tidak selesai. Oleh karena itu, tidak aneh jika ada ‘tokoh’ yang sengaja ‘dilepas’ dari ‘pengawalan’ agar dunia selalu waspada terhadap aksi teroris karena tokohnya masih gentayangan; seperti Oemar al-Farouk di Afghanistan yang lolos dari pengawalan super ketat tentara Amerika; juga Azhari dan Nurdin M. Top yang licin dari pengejaran walau akhirnya dapat dibunuh; termasuk yang terakhir Mas Slamet Kastari yang pincang, yang katanya ’kabur’ dari penjara di Singapura yang super ketat pengamanannya.

Namun, dengan semakin terungkapnya kebohongan war on terrorism, kaum Muslim semakin teguh memperjuangkan Islam sebagai “way of life” (jalan hidup). Bahkan banyak orang dari non-Muslim yang justru tertarik dan akhirnya masuk Islam setelah mereka mengetahui kebenaran Islam setelah selama ini ditutup-tutupi oleh pemerintah mereka melalui kebohongan-kebohongan yang ada. Kita sebagai orang beriman tetap yakin dengan janji Allah: Mereka merencanakan makar dengan sungguh-sungguh dan Kami pun merencanakannya pula, sedangkan mereka tidak menyadari (QS 27: 50). [Abu Ibrahim; Australia]

One comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*