Terorisme adalah isu internasional. Isu ini muncul dari Amerika Serikat. AS saat ini mereka adalah penguasa dunia. Karena itu, wajar jika AS ingin berkuasa selamanya. Untuk itu, harus ada penjagaan ideologi agar tetap eksis dimata dunia sehingga upaya untuk mencegah kemunculan kekuatan lain yang dianggap membahayakan kekuasaan merupakan suatu keharusan.
Isu terorisme lebih karena ketakutan Barat (AS) terhadap perkembangan Islam ideologis. Isu terorisme mulai gencar sesaat setelah terjadi Tragedi 11 Sepetember 2001. Peristiwanya membuka mata dunia bahwa teroris itu memang ada dan sangat berbahaya jika tidak ditangani dengan serius.
Sejak itu, semua negara Eropa mulai berada di belakang AS. Mereka menjadi pendukung setia untuk memerangi terorisme. Setiap negara oleh AS diwajibkan mendukung opini tersebut serta mengadopsi UU terorisme. Bila berani membelot, mereka akan berhadapan dengan AS. Aneh bukan?
Jika demikian, bukankah ada indikasi teroris itu adalah AS sendiri? AS menggunakan tekanan dan intimidasi terhadap setiap negara yang tidak mau mendukungnya. Walau sudah dilancarkan dengan sekuat tenaga, hasilnya pun tidak memuaskan, karena memang hanya ’akal-akalan’ AS semata. Banyak negara yang terbukti ’gagal’ menangani isu teroris itu, termasuk Indonesia. Inilah yang membuat AS gregetan sehingga wajar jika Indonesia tiba-tiba disebut sarang teroris. Inilah kelicikan AS. AS ingin semua negara, termasuk Indonesia, tunduk pada kebijakannya.
AS menggunakan standar ganda dalam mendefiniskan terorisme, yakni penggunaan kekerasan untuk melawan kepentingan-kepentingan sipil guna mewujudkan target-target politis. Jika terjadi kekerasan yang dilakukan oleh umat Islam, walau belum terbukti secara hukum, sudah dicap sebagai tindakan teroris. Sebaliknya, ketika Israel merampok kehormatan bangsa dan penduduk Palestina, ia tidak pernah disebut sebagai tindakan teroris. Demikian juga ketika AS menghancurkan Irak dengan membabi buta. AS tidak dikatakan sebagai negara teroris. Bukankah ini suatu kebohongan? Jelas, ini suatu ketidakadilan!
Untuk itu kita umat Islam harus lebih cerdas mengalisis fakta yang terjadi. Siapa sebenarnya yang patut dicap teroris? Naif sekali jika kita masih berpikir AS adalah pahlawan. Sudah jelas war on terrorism ini hanyalah alat untuk membendung kebangkitan Islam. Ironisnya, penguasa Muslim di dunia ini lebih memihak AS si gembong teroris. Ingatlah pesan Allah dalam firman-Nya: Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kalian hingga kalian mengikuti agama mereka. Wallahu a’lam bi ash-shawab. [Rita Handayani S.S; Bandar Lampung]