Pemimpin Bermartabat Bukan Pengusung Kapitalisme
Siapa pun calon presiden yang mengusung sistem Kapitalisme-sekular bukanlah pemimpin yang bermartabat. Demikian ditegaskan Ketua Lajnah I’lamiyah DPP Hizbut Tahrir Indonesia Farid Wadji saat berbicara dalam acara Dialog Publik “Konfigurasi Politik 2009, Mencari Presiden yang Bermartabat” di Gedung PBNU, Kramat Raya, Jakarta, Rabu (27/08).
Acara ini digelar oleh Ikatan Pelajar Nahdhatul Ulama (IPNU) bekerjasama dengan Freedom Institute. Hadir dalam Dialog Publik ini para pembicara di antaranya Direktur Freedom Institute Rizal Malarangeng, Ketua DPP PKB Ahmad Niam Salim, Direktur Strategic Institute Chotibul Umam Wiranum dan Perwakilan dari DPP Hizbut Tahrir Indonesia Farid Wadji.
Menurut Farid, seorang pemimpin yang bermartabat akan muncul kalau dia mengusung nilai-nilai yang bermartabat.
“Sistem apa yang tidak bermartabat, ya sistem kapitalisme sekular. Siapa pun calon presiden yang mengusung sistem Kapitalisme sekular tidak bisa dikatakan presiden bermartabat,” katanya di hadapan peserta yang kebanyakan dihadiri anak muda dari Ikatan Pelajar Nahdhatul Ulama ini.
Menurutnya, kebijakan-kebijakan dalam sistem Kapitalisme merupakan perselingkuhan para kapitalis dengan para politisi. Hasilnya, tentu saja lebih memihak kepada para pemilik modal. Kepemimpinan Kapitalisme juga telah melahirkan coorporation state. Di Indonesia, misalnya, lahir undang-undang pesanan asing seperti UU Migas dan UU Penanaman Modal.
“Seperti UU Penanaman Modal yang tidak memisahkan investor asing dan lokal. Bahkan dengan UU ini, asing bisa mendapatkan hak guna sepanjang 95 tahun, padahal di zaman VOC saja maksimal 75 tahun,” jelas Farid.
“Karena itu menurut Hizbut Tahrir Indonesia, solusi ke depan negeri ini hanya dengan syariah Islam. Syariah Islam mewajibkan negara agar pendidikan dan kesehatan gratis. Syariah Islam juga, dalam penjagaan kekayaan alam, tidak membolehkan pengusaannya kepada swasta/asing karena kalau seperti itu hanya akan menyulitkan rakyat,” katanya disambut takbir dan tepuk tangan para peserta. []
Delegasi HTI: TNI Perlu Mewaspadai LSM-LSM Komprador AS
TNI perlu mewapadai LSM-LSM komprador AS dan sekutunya dalam upaya mereka memisahkan Papua dari Indonesia. Demikian himbauan yang disampaikan oleh delegasi DPD I HTI Soloraya (Ustadz Fadholi, M. Sholahuddin dan Ustadz Faisol) saat bersilahturahmi ke Korem Warastratama Solo pada hari Selasa, tanggal 26 Agustus 2008.
Kujungan tersebut dalam rangka ta’aruf (saling mengenal) dan menyampaikan pernyataan sikap dan maklumat politik terkait surat 40 anggota Kongres AS kepada Presiden SBY. Delegasi HTI juga menyampaikan konsep bagaimana upaya menyejahterakan rakyat Papua khususnya dan rakyat Indonesia pada umumnya dalam perspektif syariah.
Apa yang disampaikan oleh delegasi mendapat apresiasi baik. Para pejabat Korem menyampaikan bahwa tugas anggota TNI adalah membela NKRI dan bersifat menunggu serta menaati perintah pimpinan.
Dalam kesempatan ini, antar delegasi HTI dan Korem sepakat bahwa masalah Papua perlu disikapi dengan cermat. Cegah disintegrasi, sejahterakan rakyat Papua khususnya dan seluruh elemen rakyat Indonesia (termasuk anggota TNI) pada umumnya. [Humas HTI Soloraya]
Sumsel Larang Ahmadiyah
Langkah Gubernur Sumatra Selatan (Sumsel) menerbitkan surat keputusan (SK) yang melarang aliran sesat jemaat Ahmadiyah di wilayahnya kini menimbulkan polemik di Jakarta. Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) meminta Gubernur Sumsel tegar terhadap tekanan dan jangan mundur dari keputusan tersebut, bahkan gubernur lain patut menirunya.
“Langkah yang diambil Gubernur Sumsel sudah tepat. Justru akan mengundang permasalahan jika memang benar Pemerintah berencana akan membatalkan atau menganulir SK Gubernur tersebut,” kata Ismail Yusanto, Jurubicara HTI, di Jakarta, Rabu (3/9).Ia menilai, SK Gubernur Sumsel semata-mata mengakomodasi aspirasi masyarakatnya dan mendasarkan pada diktum bahwa keberadaan Ahmadiyah telah mengganggu ketertiban umum.
HTI berharap Pemerintah tidak berupaya membatalkan atau menghalangi-halangi langkah tersebut. “Justru seharusnya Pemerintah pusat memberikan dukungan penuh,” tegas Yusanto.
Republika edisi 2 September lalu memberitakan, Pemerintah Provinsi Sumsel akhirnya bersikap tegas terhadap Ahmadiyah. Gubernur Sumsel, Mahyuddin NS, menerbitkan SK No 563/KPTS/Ban. Kebangpol & Linmas/2008 yang melarang aktivitas jemaat Ahmadiyah di daerahnya.
SK ini dibacakan di hadapan Kapolda Sumsel, Irjen Ito Sumardi; Kepala Kejaksaan Tinggi, Armansyah; Pangdam II Sriwijaya, Mayjen TNI Moch Sochib; Kepala Kantor Wilayah Depag, Mal’an Abdullah; dan Wakil Ketua DPRD Sumsel, Ellianudin HB. []
Sekolah Gratis Memiliki Landasan Hukum
Sekolah gratis. Tema ini menjadi perdebatan hangat dalam acara Forum Rembug Warga Kota Banjarmasin pada Sabtu, (23/08/08) yang diadakan oleh Dewan Pimpinan Daerah II Hizbut Tahrir Indonesia Kota Banjarmasin. Tema ini dipandang menarik didiskusikan apalagi pasca pidato tahunan Presiden SBY yang merencanakan adanya peningkatan anggaran pendidikan nasional hingga 20%. Selain itu di Banjarmasin beberapa pekan terakhir isu pendidikan gratis mengemuka di tengah banyaknya kepala sekolah dan ketua komite sekolah yang dipanggil kejaksaan karena melakukan pungutan terhadap penerimaan siswa baru tahun ajaran ini.
Menurut Prof. Wahyu MS, sekolah gratis tidak ditemukan undang-undangnya. Dalam penelitian beliau, wacana pendidikan gratis hanyalah jualan dari para calon pejabat di era Pilkada sekarang. Anehnya, ketika beliau bertanya kepada calon gubernur bagaimana menggratiskan pendidikan di daerahnya ternyata mereka tidak mengerti, bagaimana konsep pendidikan gratis itu.
Statemen berbeda dilontarkan oleh Norifansyah selaku PLH Kepala Dinas Pendidikan Kota Banjarmasin. “Sekolah gratis memiliki landasan hukum,” imbuhnya. “Yakni inpres no 1 tahun 1994 berisi tentang wajib belajar 9 tahun,” tambahnya lagi.
Menurutnya, dengan inpres ini Pemerintah harus menanggung semua biaya pendidikan, namun dalam kenyataannya tidak ada yang melaksanakan kecuali beberapa daerah.
Apa yang disampaikan oleh Norifansyah diperkuat oleh Ust.Ahsanul Huda, SPd. dari Hizbut Tahrir Indonesia kota Banjarmasin. Menurutnya, pendidikan bermutu memang berbiaya tinggi. Persoalannya, siapa yang akan membiayai biaya yang mahal itu. Menurut Ahsanul Huda, dalam syariah Islam pembiayaan pendidikan merupakan kewajiban negara. Sementara itu bagi pelajar, belajar merupakan dorongan takwa sehingga meski gratis rakyat memiliki motivasi tinggi untuk menuntut ilmu karena diwajibkan Allah. []
Semarak Tarhib Ramadhan 1429 H di Seluruh Pelosok Negeri
Marhaban ya Ramadhan. Bulan yang penuh berkah. Pada bulan ini seluruh rahmat, hidayah dan ampunan dari Allah terbuka lebar bagi siapa saja yang ingin mencarinya; pahala dilipatgandakan oleh Allah. Pada bulan ini terdapat malam yang jika manusia beribadah pada malam itu dihitung seperti mengerjakan ibadah pada bulan lain sebanyak 1000 bulan. Subhânallâh. Ini adalah wujud kasih sayang Allah pada hambanya.
Untuk itulah, kedatangan syahrul-mubârak ini perlu mendapat sambutan gembira dari penduduk bumi. Berangkat dari keinginan untuk menyambut bulan suci Ramadhan dan sebagai ajang untuk mengingatkan sesama saudara seiman tentang kedatangan bulan penuh berkah, Hizbut Tahrir Indonesia menggelar acara tarhib ramadhan serentak di seluruh Indonesia pada hari Sabtu (30/8). Tarhib yang diisi dengan berbagai macam acara, mulai dari pawai, kunjungan, presentasi, kajian-kajian dan masih banyak lagi kegiatan mengambil tema “Raih Taqwa, Tegakkan Syariah dan Khilafah sebagai Rahmat bagi Semua.”
Di Jawa Timur acara tarhib menyambut datangnya Bulan Ramadhan 1429 H menggelora di 26 kota Jawa Timur yang dilalui roadshow Kafilah Tarhib Ramadhan 1429 H Hizbut Tahrir DPD Jatim; dimulai dari 5 titik kota, Banyuwangi, Batu, Ngawi, Tuban dan Madura berlangsung mulai kamis (28/8) hingga Sabtu (30/8).
Untuk membangun ukhuwah islamiyah, selama perjalanan, Kafilah Tim Tarhib Ramadhan melakukan silaturahim dan menyerahkan cinderamata Ramadhan kepada para ulama dan pimpinan ponpes, pejabat pemerintah, mapolres di kabupaten/kota yang dilalui. Audiensi dan penyerahan cinderamata di antaranya dilakukan ke Jawa Pos, JTV, Depag Kota Surabaya, DPRD kota Surabaya, DPRD Jatim, Polda, Polwiltabes, Polres Surabaya Timur, Polres Surabaya Selatan, Polres Surabaya Utara.
Satu kafilah Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia melakukan konvoi Tarhib Ramadhan di sekitar Taman Apsari.
Selain audiensi, diadakan juga Tablig Akbar. Selain menghadirkan Syabab HTI kota Surabaya dan seluruh simpatisan juga hadir syabab HTI Madura yang telah menempuh roadshow Tarhib Ramadhan bersama Tim DPD HTI Jatim lebih dari 175 km. Di sepanjang jalan (roadshow) juga dibagikan rilis dan jadwal imsakiyah. Hadir pula massa dari Front Pembela Islam (FPI) dan Forum Madura Bersatu (Mabes).
Di Madura sendiri, Tarhib Ramadhan juga diawali dengan konvoi. Setelah menempuh jarak lebih dari 53 km, kafilah Tim Tarhib Ramadhan menjelang Dhuhur sampai di Pamekasan untuk melaksanakan shalat Jumat di Masjid Asy-Syuhada’ Pamekasan. Selepas shalat Jumat, sebelum meneruskan perjalanan kafilah ini melakukan blow up Buletin Al-Islam, dipimpin langsung ketua DPD HTI Pamekasan Ust. M Faruq.
Perjalanan tim terdiri dari 1 Mobil Tim DPD HTI Jatim dan 24 motor dari Pamekasan menuju Kab Sampang. Mereka diberangkatkan dari stadion R. Soenarto Hadiwidjojo Pamekasan oleh Polres Sumenep, Lettu Dwi Herianto dan mendapatkan pengawalan hingga batas kota Pamekasan.
Perjalanan Tim Tarhib Ramadhan menuju kota Sampang dikomando oleh Ketua DPD HTI Sampang, Ust Afnan. Semangat dan keceriaan seluruh tim Tarhib menyusuri jalan di sepanjang Pantai Talang Siring dan Pantai Camplong Sampang.
Tim DPD Jatim melakukan silaturahim ke KH Atoulloh Bushiri. Ust. Khoiri Sulaiman menyampaikan agenda Tarhib Ramadhan 1429 H, salah satunya untuk menjalin silaturahmi dengan ulama, pejabat pemerintah sekaligus untuk meminta dukungan terhadap dakwah Hizbut Tahrir.
“Saya berterima kasih atas silaturahmi ini, akhirnya saya jadi terpanggil,” ungkap KH. Atoulloh Bushiri setelah mendengar penjelasan tersebut.
Di Banyuwangi Road show Konvoi Tarhib Ramadhan 1429 H, Kafilah Umar Bin Khaththab dimulai dari Kota Banyuwangi, Kamis (28/08/08). Acara ini diikuti oleh beberapa ormas Islam di Kabupaten Banyuwangi seperti Hizbut Tahrir Indonesia (HTI), Front Pembela Islam (FPI), Hidayatullah, Muhammadiyah, Al-Irsyad, Partai Bulan Bintang (PBB), Partai Kebangkitan Nasional Ulama (PKNU), dan beberapa elemen umat islam lainnya. Mereka diterima oleh Ketua Komisi A DPRD II Kabupaten Banyuwangi, KH. Drs. Choiri Zein (Fraksi FKB) yang didampingi oleh Didik Haryanto (Fraksi FPDIP).
Kafilah beraudiensi dengan wakil rakyat ini sekitar 30 menit. Dalam sambutannya, Pimpinan Kafilah Umar Bin Khaththab, Ust. Aslam, menyerukan kepada wakil rakyat agar menjadikan momentum Ramadhan sebagai bulan untuk memaksimalkan pengamalan syariah sebagai modal pencapaian dan peningkatan ketaqwaan guna meraih Rahmat Allah Swt.
Di Banjarmasin penyambutan datangnya bulan Ramadhan berlangsung dengan gembira oleh umat Islam. Acara tarhib di awali di depan Masjid Raya Sabilal Muhtadin. Tarhib yang diikuti beragam kalangan ini dibuka dengan tablig akbar di panggung di tepian Sungai Martapura yang membelah kota Banjarmasin. Teriakan takbir terus bersahutan. Dengan penuh semangat peserta mengibarkan ar-raya dan al-liwa serta poster dan spanduk yang berisi nasihat baik kepada penguasa, politisi maupun masyarakat agar menjadikan Ramadhan kali ini sebagai momen perbaikan dan tidak berlalu sia-sia.
Tarhib juga berlangsung di Cilacap. Acara yang dipusatkan di alun-alun mampu menarik perhatian masyarakat. Hizbut Tahrir Indonesia Daerah Kabupaten Cilacap mengajak masyarakat untuk bersama-sama melakukan pawai menyambut kedatangan bulan Ramadhan. Sebelum rombongan mengawali Pawai Menyambut Ramadhan 1429 Hijriyah sore itu, Ust. H. Sudiyanto, AS, S.Ag. seorang tokoh mubalig kota Cilacap menyampaikan tausiyahnya kepada para peserta pawai. Selain itu Ust. Faruq Rasyid dan Ust. M. Zahid Farhan secara bergantian juga memberikan orasi, mengajak kepada masyarakat untuk menyambut kedatangan bulan Ramadhan 1429 Hijriyah ini dengan menjadikan bulan suci ini sebagai momentum untuk sungguh-sungguh taat kepada Allah melalui pelaksanaan syariah Islam, baik dalam kehidupan pribadi, kehidupan keluarga dan kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
Di Malang dalam rangka menyambut kedatangan Bulan mulia Ramadan dilakukan konvoi dari Stadion Gajayana Malang. Salah satu orator, Ust Mus’ab Abdurrahman, menyampaikan pesan pada umat. Beliau antara lain menyerukan agar Ramadhan dijadikan sebagai momentum untuk penerapan syariah Islam secara kâffah, karena hanya syariatlah yang akan menyelamatkan bangsa Indonesia dari kehancuran.
Di Medan ratusan Simpatisan Hizbut Tahrir Indonesia menggelar konvoi damai menyusuri jalan-jalan utama di Medan. Para peserta menyerukan kepada masyarakat agar menjadikan bulan puasa sebagai momentum untuk perbaikan moral. Selain mengajak masyarakat untuk memperbaiki diri, juga mendesak pemerintah menutup semua tempat yang bisa digunakan sebagai tempat maksiat.
Di Bogor, ribuan massa Hizbut Tahrir Indonesia Kota Bogor memanjangi jalan Juanda dari depan Gedung LIPI menuju ke Tugu Kujang, Kota Bogor. Mereka mulai berkumpul di depan Gedung LIPI sebelum melakukan pawai ke arah Pasar Bogor hingga Tugu Kujang. KH. M. Al-Khaththath berkesempatan untuk menyampai-kan amanat Ramadhan kepada para peserta pawai. Ia antara lain mengingatkan, “Syariat Islam itu buatan Allah. Umat Islam wajib menerapkannya. Di bulan penuh berkah ini, para Sahabat, mereka tidak tidur, mereka berjibaku berjuang di jalan Allah. Untuk itu, kita tetap berjuang menegakkan syariah Islam, karena Islam itu rahmat untuk semua manusia.”
Di Bandung, Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) Jabar menggelar karnaval dengan aksi longmarch menelusuri jalan protokol di Kota Bandung. Humas HTI Jabar, Luthfi Affandi mengatakan acara ini merupakan rangkaian kegiatan untuk menyambut datangnya bulan puasa. Selain karnaval, perwakilan massa HTI Jabar melakukan orasi dan tausyiah.
“Kami ingin mengingatkan warga Muslim di Bandung untuk menyiapkan diri sebaik mungkin menghadapi bulan penuh berkah ini,” jelasnya.
Doa salawat serta teriakan takbir menyertai perjalanan mereka. []
Be Excellent Moslem Student
“Tolong, jadikan acara ini sebagai acara rutin, karena sangat membantu sekali guna menyambut masa depan.” Begitu tanggapan salah satu peserta training “Be Excellent Moslem Student” yang diselenggarakan Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) sektor Universitas Islam Indonesia, Rabu (27/8) di Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta.
Tanggapan senada juga dilontarkan oleh mayoritas peserta lainnya. Training yang dipandu Hidayat, SEI, aktivis Hizbut Tahrir Indonesia Daerah Yogyakarta ini berhasil memotivasi peserta agar meningkatkan percaya diri. Para peserta siap mengubah diri meraih hidup sukses.
Dalam training ini peserta mendapatkan materi tentang perubahan berupa pikiran negatif yang menyebabkan manusia tidak mampu berubah dan lingkungan sekitar yang menghambat potensi diri sesungguhnya. Selanjutnya peserta di tuntun untuk berani mencoba dan tidak takut gagal. Setiap menghadapi masalah selalu mengawali dengan keyakinan “Pasti Bisa”. []
Habib Umar Muthohar: Waspada Aliran Sesat maupun Aliran Sesaat!
HTI-Press. Ulama senior di wilayah Semarang, Habib Umar Muthohar meminta masyarakat untuk selalu mewaspadai aliran-aliran yang akhir-akhir ini marak, “Baik aliran sesat ataupun aliran sesaat,” katanya.
Hal tersebut ditegaskan beliau dalam memberikan tausiyah dalam acara Pawai Tarhib Ramadhan 1429 H yang diadakan oleh Hizbut Tahrir Indonesia Semarang, Sabtu (30/08/08). Pawai yang digelar dalam rangka menyambut Ramadhan tersebut bergerak mulai dari depan Balai Kota menuju Masjid Baiturrahman Simpang Lima Semarang. Massa yang hadir terdiri dari beberapa elemen masyarakat seperti dari Muhammadiyah, SMA Islam Sultan Agung, Pesantren al Ishlah Meteseh, Pesantren Ahlisunah Wal Jama’ah (ASWAJA) Gunung Pati, Pesantren Hidayatullah dan beberapa dari TPQ/TPA ikut memeriahkan tarbib tersebut. Acara juga dimeriahkan dengan rebana, parade bedug dan kesenian musik dari bambo.
Hadir sebagai orator selain Habib Umar Muthohar selaku wakil ‘ulama, juga perwakilan dari HTI Jateng Ust. Ainul Yaqin dan beberapa perwakilan dari lingkungan mahasiswa, ormas muhammadiyah dan dari Lembaga Dakwah Kampus di Semarang. [LI/HTI Semarang]
Diskusi Ramadhan HTI: Golput Cermin Kegagalan Partai Politik
Maraknya golput (golongan putih) yang menjadi pemenang dalam berbagai pilkada belakangan ini dengan prosentase yang sangat signifikan, antara 30–50 persen, merupakan indikasi kegagalan partai politik dalam meraih hati masyarakat. Demikian hasil pembahasan dalam Diskusi Ramadhan dan bedah Majalah Al-Waie yang dilaksanakan oleh Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) DPD II Kota Bogor di Pusat Pengembangan Islam Bogor (PPIB) pada hari Sabtu siang, tanggal 6 September 2008.
Yahya Abdurrahman (Redaktur Senior Majalah Al-Wa’ie) mengatakan banyaknya partai saat ini yang lebih menjadi entitas politik yang berorientasi kekuasaan dan keuntungan materi ketimbang mengurusi urusan rakyat disinyalir akan membuat rakyat semakin apatis mengikuti hajatan pilkada. Sementara itu, Boni Shallehuddin (DPD HTI Kota Bogor) mengatakan Islam justru belasan abad yang lampau, yaitu di dalam al-Quran, sudah memberikan gambaran mengenai wajibnya keberadaan ekelompok umat yang mengemban tugas menyerukan Islam serta melakukan amar makruf nahi mungkar. “Itulah seharusnya yang menjadi tugas utama partai politik saat ini,” tegasnya [LI/HTI Bogor]
Ulama Kota Bandung Bicara Syariah dan Khilafah
HTI-Press. “Mengapa harus Syariah dan Khilafah? Jawabannya karena akidah kita mengharuskan untuk taat. Muslim sejati adalah yang ketika diseru, sami’na wa atha’na.” Demikian muqaddimah yang disampaikan Jubir Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) Muhammad Ismail Yusanto, saat presentasi di hadapan para ulama kota Bandung dalam Daurah Ulama dan Kiai Kota Bandung yang diselenggarakan DPD II HTI kota Bandung di Aula ICMI Orwil Jabar jalan Cikutra No. 276, Sabtu (23/08).
Acara yang dihadiri tidak kurang dari 80 orang ulama dan kiai dari berbagai latar belakang tersebut mengambil tema “Optimalisasi Peran Ulama dan Kiai untuk Tegaknya Syariah dan Khilafah”. Para ulama secara umum sepakat perlunya kembali pada syariah dengan tegaknya Khilafah. Hal itu terlihat dari quesioner yang mereka isi dan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan. Pada sesi diskusi, peserta memberikan apresiasi yang positif atas acara daurah tersebut. Mereka sangat berharap kepada HTI untuk terus berjuangan menegakkan syariah di Indonesia [LI/HTI Bandung]