Pemilu 2009 sudah semakin dekat. Ada 38 parpol yang dipastikan akan bertarung untuk memperebutkan kursi legeslatif ditambah 6 partai lokal. Genderang perang pun sudah mulai ditabuh. Partai-partai sudah mulai berkampanye ria untuk memperkenalkan lambang dan nomor keikutsertaannya dipemilu 2009. Terlalu dininya jadwal mulai kampanye dinilai oleh sebagian pengamat sebagai bentuk antisipasi karena semakin banyaknya masyarakat yang antipati terhadap hajatan ini. Langkah ini setidaknya didasari beberapa Pilkada yang telah berlangsung dengan tingkat partisipasi yang rendah.
Lagu lama dimainkan kembali. Semua partai mendekati masyarakat. Sejuta janji dan seabrek slogan bermunculan, bahkan ada yang berani bersumpah untuk mensejahterakan rakyat. Sebenarnya semua parpol memainkan lagu yang sama, yaitu demokrasi yang opurtunistik; hanya untuk kepentingan sesaat. Pada hakikatnya, walau warna partai berbeda-beda namun sejatinya sama, termasuk yang mengaku partai Islam. Jika ada yang menyerukan syariah Islam, sayangnya cenderung kabur alias tidak jelas. Syariah Islam seperti apa yang diinginkan? Bagaimana mewujudkannya? Jangan-jangan ini hanya untuk menyambut kepentingan pasar saja. Memang realitas menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia semakin merindukan kembali diterapkannya Islam. Hal ini didukung dengan banyaknya survey yang menyatakan tingginya keinginan masyarakat untuk menerapkan syariah Islam.
Dari bursa pertarungan, sebenarnya kita dapat melihat dengan jelas tidak ada satu pun petarung yang mencirikan partai berideologi Islam. Partai berideologi Islam, paling tidak, dicirikan oleh 4 indikator. Pertama: memiliki ide dasar (fikrah) Islam yang jelas dan gamblang tanpa tercemari dengan ide-ide di luar Islam. Kenyataannya, banyak partai yang masih mengadopsi demokrasi, HAM, pluralisme, sinkretisme, sekularisme dan lain-lain.
Kedua: memiliki metode perjuangan (tharîqah) yang jelas dalam mengarungi pertarungan di tengah-tengah masyarakat. Fikrah dan tharîqah harus digenggam erat oleh partai tanpa kenal kompromi walaupun dihadapkan pada tawaran bertubi-tubi yang menggiurkan. Inilah yang dicontohkan oleh Rasulullah saw. Beliau menolak tawaran kompromi kafir quraisy dengan berucap tegas. “Wahai paman, demi Allah, senadainya matahari diletakkan di tangan kananku dan rembulan di tangan kiriku agar aku meninggalkan perkara (dakwah) ini. Aku tidak kan meninggalkannya hingga agama ini tegak atau aku mati karena (membela jalan)-Nya.”
Ketiga: partai harus diemban oleh orang-orang yang mengerti betul baik fikrah maupun tharîqah yang diemban.
Keempat: ikatan yang dimiliki oleh anggota-anggota adalah ikatan yang kuat dan benar sehingga mereka tidak mudah pecah.
Hanya partai yang berideologi Islam seperti inilah yang bakal mampu menjawab tantangan zaman dan mampu membuat perubahan di tengah masyarakat, dari masyarakat yang tidak Islami menjadi masyarakat islami. Partai inilah yang akan mampu menerapkan syariah Islam dan menegakkan Khilafah Rasyidah ‘ala manhaj nubuwwah. [Etafa Yayik Patranirmala; Ibu rumah tangga, tinggal di Medan]
hanya partai yang memperjuangkan penegakan syariah7 khilafah lah yang akan bisa merubah masyarakat