John Mc Cain Siap Memimpin Perang
Calon presiden dari partai Republik John Mc Cain, seperti pendahulunya, siap memimpin perang. Jelas sudah target perang AS selama ini adalah kaum Muslim dan negeri-negeri Islam. Bush menyatakan, Mc Cain siap pimpin perang. “Untuk melindungi Amerika, kita harus tetap melancarkan serangan, menghentikan serangan sebelum semua itu terjadi, dan tak menunggu diserang lagi. Orang yang kita perlukan adalah John McCain,” kata Bush, menurut kutipan dari pernyataan Presiden yang telah disiapkan dan disiarkan oleh Gedung Putih. (Kompas.com, 3/9/08).
Teroris AS Bunuh Warga Sipil Pakistan di Awal Ramadhan
Baru juga beberapa hari Presiden Bush menyampaikan pesan Ramadhan kepada umat Muslim, pasukan AS di Afganistan menembaki sedikitnya 15 orang, termasuk anak-anak dan wanita di wilayah Waziristan Selatan, Pakistan. Atas nama “war on terrorism”, AS dan sekutunya kembali menunjukkan kebrutalan dan kebiadaban pasukan mereka; menempatkan mereka sebagai teroris teratas di dunia.
Serangan yang melibatkan sejumlah helikopter ini terjadi di Desa Angor Adda, Waziristan Selatan, sebuah daerah di Pakistan yang warganya menginginkan pelaksanaan syariah Islam. Sudah semakin nyata, pasukan NATO di bawah pimpinan AS adalah teroris sejati. []
Rice Rangkul Sang Tiran Gaddafi, Ungkap Nilai-nilai Barat yang Sesungguhnya
Kunjungan Menlu AS Condoleezza Rice untuk bertemu Gaddafi merupakan penghargaan baginya karena keputusannya untuk ikut serta dalam perang Amerika untuk melawan Islam, yang sering disebut Perang Melawan Teror. Hubungan ini sekaligus menunjukkan pemerintahan Barat selalu siap memberikan dukungan kepada para tiran yang paling dibenci asal saja mereka bisa memberikan penawaran.
Rice mengatakan, “Hal yang sangat baik bahwa Amerika dan Libya sedang membangun jalan kedepan.”
Sebelumnya, sang Tiran Libya itu telah berkomentar mengenai Rice, “Saya sangat mencintainya. Saya mengaguminya dan saya bangga dengannya.”
Amerika dan Libya diharapkan menanda tangani perjanjian perdagangan dan investasi. Mereka juga sedang melakukan negosiasi atas sebuah memorandum nota kesepahaman militer untuk memerangi ‘terorisme’.
Mengomentari kunjungan Rice, Taji Mustafa, perwakilan media Hizbut-Tahrir Inggris, mengatakan, “Apabila Gaddafi mengepalai sebuah rezim yang menyiksa, menindas dan membunuh rakyatnya, maka Condoleezza Rice, seperti Perdana Menteri Inggris sebelumnya, menyambut dengan hangat sang penjagal dari Tripoli itu. Pemerintah Amerika dan Inggris sering mempromosikan ‘kebebasan’, demokrasi dan HAM yang sangat kontras dengan kenyataan hubungan mereka dengan para tiran yang paling menindas dan paling dibenci. Tidak ada retorika apapun yang mampu menyembunyikan fakta bahwa negara-negara kapitalis itu berkawan akrab dengan para tiran itu. Bagi mereka, mengorbankan nyawa rakyat yang tidak berdosa adalah sebuah ‘kejahatan yang diperlukan’ apabila hal itu berkaitan dengan cara memperoleh akses ke sumber-sumber alam dunia atau pelaksanaan “perang melawan teror.”
“Sebenarnya pemerintah Amerika dan rezim brutal Gaddafi memiliki banyak kesamaan berkaitan dengan perlakuan terhadap kaum Muslim. Penyiksaan, penahanan dan pembunuhan tanpa persidangan telah lama menjadi bagian dari pemerintahan brutal Gaddafi. Abu Ghraib, pembunuhan ribuan orang di Irak dan Afganistan dan Guantanamo pada saat ini adalah bagian dari catatan brutal pemerintah Amerika.”
“Kebanyakan rakyat di wilayah itu melihat kembalinya sistem pemerintahan Islam (Khilafah) di Dunia Islam sebagai cara untuk membebaskan mereka dari eksploitasi, penindasan, kediktatoran dan penyiksaan. Khilafah adalah satu-satunya harapan mereka untuk melawan Kapitalisme tiran global dan berlanjutnya hubungan yang mesra antara pemerintahan Barat dan para diktator brutal yang berusaha untuk menolak otoritas politik mereka untuk menerapkan sistem ini, suatu hubungan yang, tidak terelakkan, tentu saja akan gagal.” [HTB, 5/9/2008]
Presiden Pakistan Zardari: Kami Berdiri Berdampingan dengan Amerika, Inggris
Dengan terpilihnya Asif Zardari sebagai presiden pada pemilu baru-baru ini, rakyat Pakistan sekali lagi melihat kembalinya para politisi demokrat yang sama, yang menghancurkan negara itu sebelum berkuasanya diktator yang menyengsarakan rakyat, Jenderal Musharraf. Walaupun terjadi pergantian wajah pemimpin, pengabdian kepada kekuatan-kekuatan Barat adalah suatu hal yang tetap pada situasi politik masa kini di Pakistan.
Mengomentari terpilihnya Zardari, Taji Mustafa, Perwakilan Media Hizbut Tahrir Inggris, mengatakan, “Pada saat rakyat sedang menderita karena meningkatnya harga makanan dan bahan bakar serta peningkatan intervensi militer Amerika untuk melakukan pembunuhan kaum Muslim di wilayah Pakistan—yang hakikatnya adalah sebuah perang yang tidak diumumkan—Zardari, seperti Musharraf yang memerintah sebelumnya, telah berjanji untuk menjadi pelayan setia atas pemerintah Amerika dan perang yang dilakukannya melawan Islam, walaupun ada penentangan yang luar biasa di dalam negeri.
Hingga pada hari Kamis kemarin, dia mengatakan kepada Washington Post, “ami berdiri berdampingan dengan Amerika, Inggris…Perang yang sedang kita lakukan adalah perang kami.”
“Kedekatan hubungan Zardari dengan Zalmy Khalizdad yang merupakan tokoh sentral penjajahan Amerika atas Irak dan Afganistan menunjukkan hubungan penjajahan Amerika atas Pakistan.”
Permasalahan yang dihadapi Pakistan adalah akibat dari penyelesaian yang gagal oleh kaum kapitalis selama beberapa dekade, kegagalan demokrasi dan kediktatoran, campur tangan Inggris dan Amerika dan tidak adanya pemimpin yang kompeten dan tulus.”
“Hanya politik yang berlandaskan pada persatuan dan Islamlah, yakni Khilafah, yang dapat menyelesaikana permasalahan yang sedang dihadapi Pakistan dan Dunia Islam. Daulah Khilafah akan membebaskan Dunia Islam dari Kolonialisme Barat dan melakukan tindakan politik yang bebas dari penghambaaan kepada Washington atau London, dengan mempertahakan wilayah perbatasanya dan menjaga urusan umat.” [HTB, 6 /9/2008]
Jerman Anggap Islamis Sebagai Ancaman, Sebuah Investigasi Melawan Hizbut Tahrir
HTI-Press. Islam diangap mengancam Jerman. Kejaksaan Hamburg telah menginvestigasi sebuah partai politik Islam internasional Hizbut Tahrir di wilayah Jerman seperti dilaporkan Flensburg Online, Rabu (03/09/08).
Walaupun dilarang menggelar kegiatan publik, anggota gerakan ini di negeri tersebut aktif untuk merekrut warga Jerman berjuang menegakkan Khilafah Islamiyah. Menteri Dalam Negeri Federal telah melarang partai ini pada tahun 2003. Tiga tahun kemudian Kejaksaan Administratif Federal mendukung keputusan itu. Organisasi ini bertujuan untuk mendirikan Khilafah, sebuah negara yang dilandaskan pada agama.
Target utama kelompok ini adalah para pelajar laki-laki yang masih muda. Organisasi ini dianggap menentang integrasi dan berkonstribusi untuk memecah masyarakat. Tuduhan ini sama persis seperti tuduhan Menteri Transportasi Jim Fitzpatrick di Inggris yang menuduh kegiatan Konferensi Hizbut Tahrir memecah-belah. Taji Mustafa, perwakilan media gerakan di London saat itu mengatakan, “Sulit untuk dimengerti bagaimana sebuah konferensi yang mendiskusikan masa depan politik dunia Muslim dan menyajikan serangkaian solusi dikatakan memecah-belah.”
Beberapa waktu lalu, Hizbut Tahrir menantang Kejaksaan Berlin dalam debat dan menunjukkan tuduhan kelirunya terhadap gerakan ini. Shaker Assem, Jurubicara Hizbut Tahrir di Jerman beberapa waktu lalu mengatakan, “Pemerintah Jerman lebih memilih menumbangkan prinsipnya sendiri dengan melarang sebuah kelompok partai dan melarang pemikirannya ketimbang melibatkan diri dalam debat atau secara intelektual menantangnya. Seperti pekan terakhir lalu, penguasa Jerman melanjutkan kebijakannya melecehkan, menangkap, dan mengintimidasi keanggotaan kami.”[Syabab.com]
Damai dengan Israel, Legitimasi Penjajahan atas Palestina
Presiden Suriah, Bashar Assad, membuka pintu perdamaian dengan Israel. “Hari ini ini kami hanya bisa mengatakan bahwa kami telah membuka pintu perdamaian, “ kata Assad. (Eramuslim, 04/09/08).
Harist Abu Ulya, Ketua Lajnah Siyasiyah HTI mengecam perdamain ini. Menurutnya, damai artinya melegitimasi penjajahan dan pencaplokan Palestina di bawah Yahudi Israel. Hukumnya haram. “Untuk bangsa biadab Israel, jawabannya cuma dengan jihad dan bersatunya umat di bawah Khilafah ‘ala minhaj an-Nubuwah,” tegasnya [HTI Press]
Cina Larang Umat Muslim Shalat Tarawih
Sebagian besar umat Islam di dunia menyambut Ramadhan dengan sukacita dan menghidupkan malam Ramadhan dengan shalat Tarawih. Namun, itu berbeda dengan masyarakat Muslim Cina di Xinjiang. Pemerintah Cina melarang Muslim Uighur melaksanakan ibadah shalat Tarawih secara berjamaah, karena khawatir akan menimbulkan ketegangan dan merusak keharmonisan hubungan sosial.
Di beberapa daerah di Xinjiang, Pemerintah lokal juga melarang wanita Muslimah memakai cadar dan para laki-laki Muslim menggenakan kain sorban. Memasang iklan atau pengumuman-pengumuman mengenai bulan suci Ramadhan di tempat-tempat publik juga ikut dilarang di beberapa daerah di Xinjiang, termasuk mengedarkan rekaman video, menyiarkan rekaman al-Quran dengan loudspeaker. Penggunaan beduk atau drum khusus dalam festival menyambut Ramadhan juga ikut dilarang.
Muslim Uighur adalah kelompok minoritas di wilayah Xinjiang China bagian barat daya. Jumlah mereka sekitar 8 juta jiwa. Sejak tahun 1955, Xinjiang memiliki otonomi sendiri [Suara-islam.com, 7/9/08]
AS Sumbang Georgia 1 Miliar US Dollar
Dukungan AS terhadap Georgia semakin terungkap. Pemerintah AS mengumumkan pengalokasian dana bantuan sebesar 1 miliar US dollar untuk membantu rekonstruksi pembangunan di Georgia yang hancur akibat perang dengan Rusia. Menlu AS Condoleeza Rice menyebutkan bantuan tersebut dikhususkan untuk membiayai pembangunan rumah-rumah penduduk yang hancur dan infratruktur Georgia. Namun, AS menegaskan bantuan itu bukan untuk kepentingan militer.
Selain AS, IMF juga menyatakan akan memberikan kredit bantuan dengan plafon sebesar 750 juta USD [Suara-islam.com, 4/9/08]