Pengantar:
Syaikh Abu Abdillah al-Kurdi adalah seorang professor syariah pada salah satu universitas di Irak. Beliau menjadi aktivis Hizbut Tahrir sejak 20 tahun lalu. Syaikh Abu Abdillah memegang banyak ijazah akademis dalam bidang keislaman dan juga ijazah tradisional. Berikut ini merupakan wawancara dengan beliau pada Ahad, 15 Sya’ban 1429H lalu.
Bisakah Anda memberikan sedikit gambaran tentang aktivitas untuk mengembalikan Khilafah di Irak?
Penduduk Irak adalah masyarakat yang mengerti tentang aspek politik. Pada awal kedatangan penjajah ke Arab, penduduk di sini melawan dan menentang kedatangan mereka. Ini sangat jelas diketahui dan didokumentasi-kan sebagai revolusi abad ke-20.
Para penjajah itu telah mencengkeram masyarakat. Sebelum kejatuhan rezim Saddam, satu konferensi telah diadakan di Irak membicarakan tentang masa depan Irak. Konferensi ini telah mengumpulkan berbagai kalangan berpengaruh dan kaum intelektual yang peduli terhadap masa depan Irak. Semua golongan, termasuk Syiah dan Sunni, menyatakan bahwa masa depan Irak adalah penerapan hukum-hukum Allah Swt.; kecuali segelintir orang dari kalangan sekular yang menjadi agen kaum kafir Barat.
Semakin hari, kegiatan penjajah menjadi lamban, dan menuju ke arah kegagalan, karena mereka tidak mempunyai agen yang berhasil meyakinkan umat tentang demokrasi dan kebebasan.
Dalam situasi pendudukan begini, apakah pihak pemerintah mengancam dan merusak aktivitas pendirian Khilafah?
Seperti yang saya katakan tadi, seluruh penduduk Irak berbicara tentang penerapan hukum syariah. Hizbut Tahrir memainkan peranan yang amat besar dalam menanamkan dan memupuk pemikiran ini di tengah-tengah umat. Kami juga mempunyai dua kantor di Baghdad. Pasukan keamanan Amerika pernah dan sering merusak kantor dan harta benda kami. Mereka, bahkan sebelumnya, pernah mengebom kantor kami dan ada juga syabab yang dibunuh di kantor kami.
Namun, pada hari ini, aktivitas kami semakin berlipat ganda dan tidak akan bisa dihentikan dengan penangkapan terhadap beberapa orang syabab. Seruan-seruan kami untuk mengembalikan Khilafah terus tersebar.
Ada sebagian orang yang mengatakan, bahwa perjuangan ke arah Khilafah hanya dilakukan oleh segelintir kecil orang saja. Apakah ada golongan yang berjuang untuk menegakkan Khilafah?
Pertama-tama, harus dipahami satu hal. Pemikiran tentang Khilafah ini bukanlah pemikiran Hizbut Tahrir saja, tetapi ia adalah ide yang disepakati oleh para ulama pada masa lampau dan pada zaman sekarang. Tidak ada seorang pun yang menafikan eksistensinya kecuali ‘Asam, seorang pengikut Mutazilah, dan yang terkini Ali Abdul Raziq dari al-Azhar, Mesir. Isu ini adalah isu kesatuan umat, dan HT mengikuti jalan ini.
Apakah Anda mempunya ulama yang berjuang untuk menegakkan Khilafah di Irak?
Ulama pertama yang layak dikenang adalah Syaikh Abdul Aziz al-Badri. Beliau telah dibunuh oleh rezim Baats. Beliau adalah seorang syabab (aktivis) Hizbut Tahrir. Banyak lagi ulama dan syabab yang berjuang untuk menegakkan kembali Khilafah.
Banyak ulama dan syabab yang berjuang demi tegaknya Khilafah telah dibunuh oleh rezim Irak. Apakah Anda mengenali syabab-syabab ini?
Saddam Hussein adalah seorang pemimpin diktator. Dia memerintah dengan sangat kejam dan menerapkan sistem sosialis kepada rakyat. Dia meyakini semangat Nasionalisme Arab dan menyatukan mereka di bawah panji-panji nasionalisme. Dia telah membunuh banyak ulama yang berjuang untuk menegakkan kembali Khilafah, seperti yang saya kemukakan tadi. Di antara yang paling awal adalah Syaikh Abdul Aziz al-Badri—semoga Allah merahmatinya, Syaikh Mohammad Baqir al-Sadr dan seorang syaikh yang telah mendidik saya di dalam Hizbut Tahrir, atau yang dikenal sebagai Anwar al-Mousuli. Beliau telah dibunuh pada tahun 1990.
Dari apa yang kami ketahui, terdapat konflik yang berkepanjangan antara Syiah dan Sunni. Benarkah ini terjadi?
Kelompok Syiah dan Sunni serta bangsa Arab dan non-Arab telah hidup tenang bersama ketika zaman Kekhilafahan dulu hingga agen penjajah Inggris mulai menyusup di tengah-tengah umat dan meracuni pemikiran mereka. Salah seorang yang paling terkenal dan juga menulis buku adalah Hempher. Dia menulis dalam sebuah bukunya, bahwa tujuan mereka adalah untuk memecah-belah umat tetapi mereka tidak berhasil, dan tanah ini masih bersatu sejak Hari Revolusi abad ke-20 hingga hari ini. Kemudian setelah kejatuhan rezim Saddam, datanglah negara penjajah baru, yaitu Amerika, yang dibantu oleh agen-agen mereka dari kalangan Kurdis, Arab dan juga non-Arab. Mereka berusaha menghasut umat dan sekali lagi mereka gagal. Allah SWT berfirman (yang artinya): Mereka memikirkan tipudaya dan Allah menggagalkan tipudaya itu. Allahlah sebaik-baik pembalas tipudaya (QS al-Anfal [8]: 30). []
Mereka memikirkan tipudaya dan Allah menggagalkan tipudaya itu. Allahlah sebaik-baik pembalas tipudaya (QS al-Anfal [8]: 30).
Maha Besar ALLAH dengan segala FirmanNYA.
Memang untuk sementara semua pemikiran barat yang kelihatannya Absurd itu masih sangat menggoda pada orang-orang Islam yang tidak mengerti tentang Kebesaran Allah dan kemuliaan yang ada pada agamanya Islam,bahkan para pemimpin negara mana saja yang mengaku dirinya beragama Islam,dia tak mampu menggunakan kekuasaan yang ada padanya untuk menegakkan kebenaran dari ALLAH yang di Amanahkan padanya,karena menganggap telah berada pada puncak kepemimpinan suatu negara ( Umat )maka sifat sombong dalam diri tak lagi terkontrol,Mengganggap semua hasil yang di capai adalah berkat kemampuan sendiri ( Sistim barat ) maka tak lagi membawa sesuatu urusan itu kepada minta petunjuk dari ALLAH, komunikasinya dengan Sang maha Pengusa yang Hakiki terputus, sinyal-sinyal peringatan yang dipancarkan dari Yang Maha raja dari semua raja atau yang Maha presiden dari segala presiden tak lagi mampu ia terima, karena sedikit demi sedikit tanpa di sadari sinyal di alihkan pada sinyal yang di pancarkan oleh taguth.
Maka terlenalah ia oleh godaan syetan dan kesenangan duniawi yang absurd tapi sangat menipu,NauzubILLAHI min Zalik.