Jepang Ingatkan Dunia Masuki Resesi Global

HTI-Press. Bank sentral Jepang, Bank of Japan (BOJ), mengingatkan bahwa dunia diambang resesi menyusul krisis keuangan internasional yang semakin memburuk dan pertumbuhan ekonomi global yang kian melambat, sekaligus menyerukan dilakukannya kerja sama penanganan yang kongkrit.

Demikian pernyataan Gubernur BOJ Masaaki Shirakawa seperti dikutip media massa Jepang di Tokyo, Selasa (14/10), mengenai hasil pertemuannya selama mengikuti pertemuan IMF dan Bank Dunia di Washington pekan lalu.

Ia menekankan pentingnya pemantauan dan kerjasama global yang intensif mengingat krisis keuangan kini sudah mulai merasuki negara-negara yang sedang bertumbuh ekonominya. Namun demikian ia menyebutkan juga tekad dan upaya-upaya yang ditempuh bank-bank sentral G7 dan negara di dunia lainnya guna menstabilkan sistem keuangan internasional secepatnya, baik melalui joint intervention atapun berbagai paket kebijakan ekonomi lainnya di masing-masing negara.

Sementara itu, Jepang sendiri selain berfokus ke bursa juga ke sektor perbankan dengan mempertimbangkan menerapkan kebijakan perlindungan penuh kepada para deposan dari kehilangan uangnya sesegera mungkin. Penjaminan pemerintah itu diperlukan untuk mengantisipasi kebangkrutan bank yang merugikan nasabahnya.

Hal itu dikemukakan PM Jepang Taro Aso usai menerima laporan dari Menkeu Shoichi Nakagawa mengenai hasil-hasil pertemuan para pimpinan keuangan negara-negara G7 bersama IMF dan Bank Dunia di Washington.

Nasabah yang memiliki simpanan/deposito hingga 10 juta yen akan mendapat jaminan perlindungan pemerintah.

Yamato Jepang, Korban Terbaru Krisis Keuangan

Beberapa waktu lalu, perusahaan Yamato Life Asuransi Jiwa di Tokyo mengumumkan kebangkrutan yang menjadi perusahaan Jepang pertama yang menyatakan kebangkrutan karena kerugian terkait dengan krisis keuangan global.

Yamato merupakan perusahaan Jepang menyatakan kebangkrutan sejak tahun 2001 dan memiliki 170 ribu pelanggan kontrak dengan perusahan sampai 31 Maret dengan nilai aset perusahaan sejumlah 283,1 miliyar yen (2,8 miliyar dolar) serta memperkerjakan 1011 karyawan.

Para ahli tidak mengesampingkan kebangkrutan dari perusahaan lain di Jepang. Namun, Menteri Ekonomi Kaoru Lossano menyampaikan penolakkannya atas ketakutan bahwa jatuhnya Yamato berdampak negatif pada perekonomian Jepang. (nl/mediaindonesia/timeturk)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*