Kronologi Pembekuan Bank Indover

HTI-Press. Anak usaha Bank Indonesia di Amsterdam Belanda, Bank Indover sempat memiliki kinerja yang bagus sebelum akhirnya dibekukan bank sentral Belanda. Bank Indover seperti bank di kawasan Eropa dan AS akhirnya ikut terkena dampak krisis keuangan global yang dipicu masalah di AS.

Berikut kronologi pembekuan Indover seperti disampaikan manajemen Indover dalam rapat tertutup dengan Komisi XI DPR, Selasa (22/11/2008).

Pada bulan Agustus 2008, Indover masih mencetak laba sebesar 2,0 juta euro, dengan rasio CAR pilar I sebesar 18,43 persen, rata-rata peningkatan net interest income 44,35 persen, rata-rata peningkatan aset 2 persen per bulan, rata-rata peningkatan pinjaman perusahaan sebesar 1,9 persen per bulan.

Bulan September, kondisi pasar keuangan mulai terguncang ditandai terus merosotnya harga surat-surat berharga.

Kondisi ini menyebabkan bank peserta repo mulai mengurangi fasilitasnya dengan Indover, karena kualitas surat berharga yang dijaminkan menurun.

Kedua money market di pasar Eropa semakin langka karena semua bank melakukan penahanan likuditas untuk keperluan intern dan nasabahnya sendiri.

Likuiditas Indover mulai memperlihatkan penurunan tapi masih dapat ditanggulangi.

Pada tanggal 14 September 2008, terjadilah bangkrutnya Lehman Brothers di AS. Kejadian ini sungguh membuat kaget dan tidak disangka oleh semua pelaku pasar keuangan internasional

Kejatuhan Lehman Brother ini merembet ke bank investasi lainnya, seperti Morgan Stanley, Merrill Lynch dan perusahaan asuransi AIG. Sementara kasus-kasus besar sebelumnya di AS juga belum terselesaikan seperti Fannie Mae and Freddie Mac. Pemerintah AS mulai mencari solusi agar ekonomi tidak depresi dan akhirnya paket bailout sebesar US$ 700 miliar.

Dampak dari kejadian semua ini sangat luar biasa yaitu antara lain:

  1. Semua bank menahan likuiditasnya sehingga menyebabkan likuiditas di money market sangat langka,
  2. Bank peserta repo di Eropa mulai memutuskan fasilitasnya sehingga menambah kekeringan likuditas di pasar keuangan
  3. Bank tidak lagi mau mengucurkan kredit baru
  4. Bank mulai menghitung kerugian akibat jatuhnya harga surat berharga
  5. Bank-bank mulai mengalami kerugian yang sangat besar sehingga ekuitinya menurun, dan kemudian harga sahamnya di pasar modal anjlok
  6. Krisis keuangan mulai merembet ke perbankan di semua kawasan, seperti AS, Eropa dan Asia,

Keadaan pasar keuangan seperti sangat berpengaruh pada kondisi likuiditas Indover yakni :

  1. Bank-bank repo mulai tidak mau memperpanjang likuiditasnya,
  2. Bank-bank di Eropa mulai menutup fasilitas money market overnight
  3. Penjualan surat-surat berharga sangat sulit dilakukan karena selain harganya terlalu rendah juga banyak bank yang sudah tidak mau melakukan pembelian surat-surat berharga

Untuk mengantisipasi koondisi likuiditas yang semakin memburuk yang pada gilirannya akan membahayakan Indover, maka pada 19 September 2008 Indover mengajukan kepada BI agar BI dapat membuka money market dengan Indover untuk menutup segara kebutuhan likuditas Indover.

Namun permohonan ini ditolak karena BI tidak bisa melakukan hubungan money market dengan bank-bank yang ratingnya tidak memadai dan anak usaha seperti Indover.

Dalam kondisi likuiditas yang sangat sulit akhirnya Indover menerima fasilitas money market overnight dari perbankan di Indonesia yang masih memiliki kelebihan likuditas namun kondisi likuiditas di perbankan di Indonesia tidak dapat bertahan lama, mengingat krisis keuangan global sudah semakin menyebar dan dalam.

Pada tanggal 6 Oktober 2008, kondisi likuiditas Indover sangat krits karena likuiditas di perbankan Indonesia sangat kering, pada tanggal tersebut posisi likuiditas Indover yang tidak dapat ditutup mencapai US$ 92 juta (terdiri dari US$ 67,5 juta ditambah 18 juta euro).

Manajemen meminta agar BI sebagai pemegang saham memberi pemberitahuan atau acknowledgement mengenai kebutuhan bantuan darurat yang harus segera disampaikan kepada bank sentral Belanda (De Nederlandsche Bank/ DNB).

Surat permohonan tersebut harus sudah diterima oleh bank sentral Belanda pada pukul 17.00 waktu setempat.

Walapun manajemen sudah menandatangani, surat tersebut tidak diterima oleh Bank Sentral Belanda, karena BI tidak memberikan acknowledgement surat tersebut.

Bank Indonesia sebagai pemegang saham tidak dapat melakukan tambahan dana kepada Indover mengingat sesuai dengan pasal 77 Undang-undang No. 23 tahun 1999 sebagaimana telah diubah dengan No. 3 Tahun 2004 tentang Bank Indonesia, Bank Indonesia harus melakukan divestasi terhadap anak perusahaan, termasuk Indover.

Indover akhirnya mengalami default dalam pembayaran kewajiban sebesar US$ 92 juta. Bank Sentral Belanda selanjutnya memanggil manajemen dan komisaris untuk datang ke pengadilan Amsterdam.

Akhirnya pada tanggal 7 Oktober 2008, bank sentral Belanda menyatakan bahwa Pengadilan Belanda telah memutuskan untuk membekukan kegiatan operasional Indover Bank yang berkedudukan di Amsterdam.

detikFinance

2 comments

  1. Waduh….
    Sistem Kapitalisme emang rumit…
    Masih g pcaya jg?

  2. inilah wujud dari kerakusan dan ketamakan sistem ekonomi jahiliyah di “era modern”. Jika manusia ingin selamat maka jalan terakhir dan satu-satunya kembali menapaki sistem pasar sesuai sunnah rasul dan berpihak pada kepentingan hakiki manusia, Sistem eknomi Islam dengan pengaturan oleh Negara secara terkontrol. Insya Allah Islam akan membebaskan kita dari keterpurukan yang panjang ini. Wahai ummat apa lagi yang membutakan mata hati mu ?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*