Geliat syiar Islam akhir-akhir ini menunjukkan perkembangan yang menggembirakan. Hampir di tiap sudut tempat baik di masjid-masjid, sekolah maupun kampus-kampus, kajian dan diskusi-diskusi keislaman mulai marak. Belum lagi di bidang seni lagu yang dinyanyikan oleh band-band terkenal yang tidak sedikit menyentuh lirik-lirik religi, atau pun tayangan-tangan sinetron di telivisi yang mulai berbau religi; terlepas dari aspek komersialisasi yang memanfaatkan momen Ramadhan.
Riak-riak syiar keislaman tersebut, kalau kita simak, ternyata masih belum mampu menggerakkan umat untuk melakukan perubahan yang real. Masih melenggangnya kemaksiatan seperti kekerasan, prostitusi, korupsi, pencurian serta sistem kufur yang masih berjalan adalah sedikit bukti bahwa apa yang telah dilakukan selama ini masih belum menyentuh substansi permasalahan.
Ini adalah fakta sekaligus tantangan yang harus dijalani oleh para pengemban dakwah untuk mengubah visi dakwah agar umat dapat memiliki kesadaran yang benar tentang perubahan dan kebangkitan yang hakiki. Pengemban dakwah memiliki peranan yang penting untuk menyadarkan umat agar melakukan perubahan, tentunya dengan dakwah yang bisa menggerakkan menuju ke arah perubahan.
Pengemban dakwah bukan hanya sebagai penyeru untuk malakukan kebajikan, atau hanya memiliki sifat yang salih. Namun, lebih dari itu, pengemban dakwah juga harus bisa menjadi pemimpin umat dan memiliki karakter pengubah melalui pemahaman tentang Islam yang murni; bisa memisahkan dan membongkar pemikiran dan perilaku yang tidak islami agar menjadi trigger (pemicu) bagi umat untuk bergerak dan memacu diri melakukan perubahan sehingga perubahan yang dilakukan bersifat islahiyah (reformatif) dan inqilabiyah (revolusioner).
Namun, dakwah pun harus mempunyai beberapa kriteria agar mampu memberikan efek yang bisa menggerakkan dan mempunyai arah dan tujuan yang jelas (tidak mengambang) yang justru membuat umat semakin bingung dan hanya menjadikan Islam sebagai pengetahuan, bukan sebagai ‘bahan bakar’ untuk melakukan aktivitas.
Kriteria itu adalah: Pertama, muatan dakwah harus bersifat ideologis, konsisten dan total. Pernyataan Rasulullah Muhammad bahwa tiada tuhan selain Allah di tengah-tengah kaum musyrik yang mempunyai kenyakinan lain adalah ungkapan ideologis yang mempunyai efek yang jelas, tentunya dengan tujuan akhir kedaulatan Islam. Kedua, dakwah harus berbasis pada metodologi Rasulullah saw. sehingga mampu menggerakkan umat untuk melakukan perubahan, yang dimulai dengan pembentukan kader yang berkepribadian Islam melalui pembinaan yang intensif; selanjutnya dilakukan pembinaan umat untuk pembentukan pemahaman dan ide serta pemikiran islami yang kemudian akan membentuk kekuatan politik, melalui partai Islam ideologis yang bersifat global untuk bergerak menuntut perubahan menuju pembentukan masyarakat yang islami dalam naungan institusi Khilafah Islamiyah. [Herman Usman; Head of Representatif Indosat Palopo]
assalamualaikum,Wr.Wb
Seorang pemgemban Da’wah harus benar-benar menyiapkan metode Da’wahnya yang dapat melakukan perubahan pola pemikiran kaum muslimin terhadap keberadaan Allah dan bagaimana sistem syariat Islam mengatur semua segi kehidupan,maka dari itu seorang pengemban Da’wah harus siap dari segi ilmu dan fisik serta mental,bagi pengemban Da’wah semoga Allah SWT senantiasa memberikan kekuatan dan keistiqomahan dalam mengemban amanah Allah SWT yang sangat berat ini dan semoga kita senantiasa dapat menjaga dan memperkokoh ukhuwah islamiah kita Amiin.Laa Tahzan Innallaha Ma’ana…. wahai kaum muslimin tetap jaga ukhuwah islamiah kita untuk tegaknya khilafah…..Allahu Akbar…