HTI

Dunia Islam (Al Waie)

Barack Obama: Harapan Semu

Usai kampanye yang penuh dengan retorika dan janji politik tentang ‘harapan’ dan ‘perubahan’, Barack Obama kini menghadapi realita dari jabatan barunya dan kenyataan sistem Kapitalisme yang ia warisi dan perjuangkan selama ini.

 

Proses Perdamaian di Timur Tengah

Dalam dua tahun terakhir, Obama mengambil posisi untuk mendukung pemerintahan Israel garis keras dan membuat pernyataan yang sesungguhnya tidak banyak berbeda dari Bush. Satu-satunya kritik Obama terhadap Bush adalah kurang aktifnya pemerintahan Bush dalam proses perdamaian. Obama juga telah menyatakan bahwa ia akan tetap memberikan dukungan penuh terhadap hubungan AS-Israel, termasuk dalam bidang militer dan bantuan ekonomi. Ia juga akan terus mendukung kebijakan AS untuk mencapai solusi pembentukan ’dua negara’, dengan Yerusalem sebagai ibukota Israel.

 

Irak

Barack Obama menentang perang di Irak dan strategi penambahan pasukan serta pernah mengatakan bahwa tidak ada ‘solusi militer’. Obama mendukung penarikan mundur pasukan AS secara bertahap dalam tempo 16 bulan sejak ia akan memulai jabatannya. Namun, Obama juga menentang penarikan mundur secara total dan mendukung upaya reposisi kekuatan militer AS di Irak, yaitu dengan menarik pasukan dari daerah operasi militer menuju ke posisi pelatihan dan logistik, dengan catatan, ketika pasukan Irak sudah mampu mengalahkan kelompok milisi perlawanan.

Obama juga menentang adanya penentuan tanggal tertentu sebagai batas akhir penarikan pasukan AS. Sebab, ia masih membutuhkan keberadaan kekuatan militer di sana untuk mendukung pelaksanaan kebijakannya di Timur Tengah, yang memungkinkan adanya konfrontasi militer di Iran, Syria, dan Lebanon Selatan. Obama juga semakin menekankan bahwa sebagian besar kekuatan militer AS harus tetap siaga di tempat strategis seperti di Kuwait, kalau tidak di Irak itu sendiri.

 

Afganistan

Kritik Obama terhadap Bush adalah tindakan perang di Iraq yang justru mengalihkan perhatian dari perang sesungguhnya di Afghanistan dan Pakistan. Obama secara gamblang dan berulang mengatakan akan meningkatkan keterlibatan AS di Afganistan, menambah jumlah pasukan, memperluas daerah operasi militer, dan melancarkan serangan lintas batas secara sistematis.

Setelah perang berkobar 7 tahun yang lalu, Afganistan masih kacau-balau. AS akan berada di Afghanistan untuk beberapa tahun ke depan. Satu-satunya yang akan berubah di Afganistan adalah tujuannya. Semua indikasi menunjukkan bahwa militer AS dan kebijakan luar negerinya sudah meninggalkan tujuan Neokon AS untuk menghancurkan Taliban dan mensulapnya menjadi demokrasi.

Kebijakan AS untuk Afganistan kini sudah diambil-alih oleh para pakar yang lebih realistis. Prioritas mereka adalah membangun rezim agen di Kabul sehingga Afganistan tetap terkontrol dalam kepentingan AS serta mempertahankan aset strategis di Asia Tengah seperti sumber energi dan infrastruktur pembangunan jalur pipa minyak.

Opini lama akan diganti dengan opini baru bahwa Taliban akan dikembalikan dalam pemerintahan dan demokrasi akan dilupakan. Semua indikasi di Afganistan menunjukkan indikasi untuk berdamai dengan Taliban yang akan diikuti dengan tawaran-tawaran yang tidak bisa ditolak.

 

Pakistan

Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa Pakistan adalah kunci Teater Perang Amerika. Asif Ali Zardari, duda dari mendiang Benazir Bhutto, ketua dari PPP dan Presiden Pakistan telah mengambil risiko dengan memisahkan diri dari koalisi partai politik lain, dan menggantikan agen Amerika Pervez Musharraf. Akan tetapi, dengan banyaknya kebijakannya yang tidak populer dan berhadapan dengan perlawanan bersenjata, Zardari  tampaknya tidak mampu melaksanakan kehendak AS untuk mengontrol keamananan dan aktivitas terorisme di wilayah Pakistan yang berbatasan dengan Afganistan.

Bush akan meninggalkan jabatannya dan mewariskan kepada penerusnya Perang Melawan Teror yang kini juga melibatkan Pakistan. Pakistan secara cepat menjadi wilayah operasi militer AS.

Obama telah mengumumkan bahwa pemerintahannya akan memperluas ‘Perang Melawan Teror’ secara sistematis, mempergencar serangan darat dan udara secara besar-besaran di Pakistan serta menargetkan setiap desa dan kota yang diduga melindungi simpatisan perlawanan Afgan. Semua indikasi mengarah pada Pakistan yang akan menjadi ajang perang AS dalam ekspansi imperiumnya, yang diperlukan Obama untuk memenangkan perang regional ini.

 

Iran

Barack Obama telah menjelaskan kebijakannya terhadap Iran. Obama mendukung kebijakan multilateral terhadap Iran. Ia mendukung diplomasi personal yang agresif dan akan menemui para pemimpin Iran tanpa prasyarat.

AS telah menjaling kontak dengan kaum reformis di dalam jajaran pemerintahan Iran yang terus mendukung kepentingan AS di Iran, Afganistan dan Irak.  Di Irak, Tehran terus mendukung pemimpin SCIRI, Ayatollah Hakim dan Brigade Sadr, yang telah menjadi sekutu penting dalam rencana AS terhadap Irak Selatan. Di Afganistan, Iran menjalankan proyek rekonstruksi dan pelatihan di Kabul, Herat, dan Kandahar. Jalinan kontak ini penting bagi AS, karena kalau tidak, AS akan berada dalam posisi yang jauh lebih buruk dari apa yang terjadi sekarang.

Staf adminstrasi Bush yang berpikir realistis mulai berada di atas angin dan metode mereka dalam pendekatan multilateralisme dalam menghadapi program nuklir Iran lebih disukai, ketimbang unilateralisme (keputusan sepihak) dan campur tangan militer. Obama juga telah menyatakan untuk meneruskan pendekatan tersebut. Namun, ia juga tidak akan menafikan kemungkinan penggunaan aksi militer untuk menguasai ladang minyak dan gas bumi Iran apabila diperlukan.

Meski ancaman militerisme selalu datang dari pihak Neokonservatif, Obama berjanji akan menyerang Iran apabila Iran meneruskan program nuklirnya. Joseph Biden, sebagai Wapres Obama, menjabarkan detil kebijakan terhadap Iran yang akan memicu Obama untuk menanggapi Iran dengan kekuatan bersenjata.

Dengan Pemilu yang akan terjadi di Iran tahun depan 2009, Ahmadinejad akan mengalami kekalahan dari tantangan kalangan reformis akibat prestasi ekonomi yang buruk. Dengan bangkitnya kaum reformis, Iran dan AS akan menjalin hubungan yang lebih dekat, yang juga akan memicu semakin gencarnya teriakan genderang perang dari beberapa kalangan Washington.

 

Ekonomi

Obama akan mendapati situasi ekonomi AS layaknya pasien yang sedang sakit parah. Utang AS mencapai 10 triliun dolar, sedangkan utang konsumen sebesar 11,4 triliun dolar. Utang perusahaan AS juga berkisar pada 18,4 triliun sehingga total utang berjumlah 40 triliun. AS juga lebih banyak mengimpor ketimbang mengekspor sehingga defisit perdagangannya sebesar 1 triliun dolar. Krisis keuangan yang menimpa AS juga mengungkap ketergantungan AS terhadap Cina dan Jepang, sebagai pihak yang setia membeli jaminan obligasi AS dan mendanai utang AS.

Kebijakan Obama, apakah itu domestik atau luar negeri, akan sangat ditentukan oleh perjalanan krisis keuangan. Masa depan anggaran AS, yang tidak bisa Obama utak-utik lagi,  sudah diperuntukkan untuk menyelamat-kan AS dari krisis. Bush juga sudah mematok anggaran perang di Irak dan Afghanistan, dan Obama juga tidak akan punya wewenang untuk mengubahnya. Sungguh, AS telah membelanja-kan lebih dari apa yang sebenarnya ia miliki.

Dengan ekonomi AS yang memasuki resesi, konsumsi dan belanja AS akan jatuh yang akan menjadi mimpi buruk bagi Obama. Tanpa adanya peningkatan belanja konsumen, pemerintahan Obama harus menyediakan triliunan dolar untuk menstimulasi ekonomi AS.

 

Kesimpulan

Inti pandangan Obama bertolak belakang dengan doktrin yang Bush, yakini Obama mempercayai bahwa masalah dan tantangan yang AS hadapi pada abad ke-21 harus melalui pendekatan multilateral, bukan unilateral, karena ketika AS berjalan sendirian akan mengalami kegagalan.  Karena itu, AS akan bekerjasama dengan negara-negara lain dalam mencapai kepentingan nasionalnya.

Dengan melemahnya AS, ada kesempatan bagi umat Muslim di dunia untuk membebaskan dirinya dari kolonialisme. Inilah waktu bagi umat untuk meraih kembali haknya dalam memutuskan nasibnya sendiri dan mengganti pimpinan mereka yang selalu bergantung kepada AS, dan AS saat ini masih terlalu sibuk dalam mengurusi dirinya sendiri, apalagi masih harus melindungi boneka-bonekanya di luar negeri. [Adnan Khan, Hizbut Tahrir Inggris]

4 comments

  1. Pemaparan yg Sangat jelas sekali bagamana sharusnya bersikap.cukup khilafah jadi harapan.tp beda dng antek2 AS di INDO,Mereka tentu akan mengaburkan harapan umat dng digiring ke “AS yg baru”.AS yg ramah dng islam serta slogan2 menipu lainnya.mereka tdk henti2nya menipu umat hanya secuil dolar.moga ini menambah semangat kt tuk bjuang tanpa lelah mengharap ridho ALLAH.

  2. Sebuah kejelasan: Obama memang harapan semu. Hanya orang-orang yang tersilaukan saja yang menganggap bahwa ada ‘harapan’. Jikalau sebuah harapan tapi semu, buat apa harapan tersebut. Berharap pada OBAMA..??? Keliru BUNG…

  3. Qonita Matiin

    Asw. “Sesungguhnya kalian pasti akan mendapati orang-orang yang paling keras permusuhannya terhadap orang-orang yang beriman ialah orang-orang Yahudi & orang2 musyrik…” (TQS. AlMaidah(5):82
    Ini merupakan rumus pakem yg t’tulis dlm surat cintaNya (Alqur’an) bagi hamba-hambaNya untuk tetap waspada. Dan ini terbukti bahwa siapapun presidennya yang memimpin AS selama Mandat Kapitalisme masih dipakai kehancuran bagi dunia dan umat Islam khususnya.AS di bawah Obama sekalipun tetap mendukung penjajahanIsrael
    Waspada…Waspada….Waspadalah…Sdr&sdriq sesama muslim…Salut bg HT dg cahaya pemikiran yg diturunkan Allah SWT.AllahuAkbar..!!!!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*