Berdasarkan pengamatan nyata dalam beberapa kurun waktu terakhir semakin dirasakan bahwa budaya pop kapitalisme sudah meracuni seluruh urat nadi kehidupan umat. Hal ini bukanlah proses yang terjadi semalam tetapi merupakan akumulasi dalam ruang dan waktu yang sangat panjang sejak umat mengabaikan dan meninggalkan syariah Islam.
Dalam menghadapi budaya pop Kapitalisme, mau tidak mau, kita harus kembali memberikan apresiasi terhadap keagungan syariah Islam. Sejarah sebagai bukti empirik mencatat dan menjadi saksi berbagai mutiara dalam peradaban Islam. Mutiara ini terefleksi melalui proses panjang keagungan peradaban dengan sistem Khilafah Islamiyahnya. Khilafah Islamiyah di sini untuk menyebut sistem pemerintahan dalam Islam. Sistem ini menempatkan seluruh kaum Muslim hidup di bawah kepemimpinan umum seorang khalifah dengan menerapkan seluruh syariat Islam.
Bukti peradaban Islam ditandai dari kemampuannya memimpin dunia, dengan pengaruh geografis yang luas, meliputi tiga benua: Asia, Afrika dan Eropa. Di samping itu, berbagai kemajuan, kalau tidak dibilang sebagai ‘miracle’ (keajaiban), pernah tergores dengan tinta emas sejarah di berbagai sendi kehidupan: seperti pendidikan, penemuan dan penelitian ilmiah, pertumbuhan dan distribusi ekonomi, kesejahteraan dan pemerataan, keadilan dan supremasi hukum, clean and good governance, kepemimpinan yang adil dan perlindungan terhadap minoritas, serta kewibawaan negara sebagai ‘Universal Governances for Mondial’. Citra positif Islam yang tertera dalam lembar ilmiah sejarah ini tidak lepas dari keberhasilan penerapan syariah Islam di bawah Khilafah Islamiyah.
Banyak kalangan, baik Muslim maupun non-Muslim, mengakui keagungan sejarah peradaban ini. Salah seorang yang tidak bisa menyembunyikan impresinya adalah Caroline Fieorena. Ia adalah seorang tokoh bisnis Amerika yang juga CEO Hewlett-Packard Company. Pada tanggal 26 September 2001 di Minneapolis, Minnesota, ia menyampaikan pidato di hadapan para pemimpin bisnis Internasional. Ia menutup speech-nya dengan menyampaikan pujian dan sanjungan positif terhadap peradaban Islam. Tidak hanya itu, ia bahkan menyeru para peserta forum, kalangan elit bisnis yang baru saja terpukul dengan runtuhnya World Trade Center, agar mencontoh model kepemimpinan dalam Islam.
Keagungan syariah Islam, yang telah berhasil membangun dream civilization, tidak bisa dilepaskan dari kodratnya sebagai guidance dari Sang Pencipta. Allah Swt. telah menetapkan Islam sebagai rahmat bagi seluruh manusia. Ayat-ayat di dalam al-Quran menunjukkan bahwa Islam di-design sebagai anugrah dan rahmat bagi semua manusia. Rahmat Islam tidak bersifat ekslusif. Ia tidak hanya dirasakan oleh kaum Muslim, tetapi juga semua manusia yang berada di bawah naungan syariat. Maka dari itu, umat Islam memikul tanggung jawab menyebarkan agama ini ke seluruh penjuru dunia. Gambaran rahmat penerapan Islam bagi peradaban, dapat dipahami dari tujuan secara keseluruhan penerapan syariah dalam menjamin maslahat kehidupan manusia (maqâshid asy-syarî’ah).
Menjadi PR besar bagi para pengemban dakwah untuk mengusahakan mental building umat agar mereka mampu merekontruksi model peradaban Islam secara komprehensif dan syar’i. Apabila hal tersebut secara konsisten dan intensif dilakukan, ia akan mampu secara alamiah mengikis habis budaya pop Kapitalisme. [Ir. Danang Sumiharta, M.Sc.,MM.,M.Si.; Alumni S2 Ilmu Politik UGM dan Aktivis Islamic Community Empowerment]