Benarkah Amerika saat ini diambang keruntuhannya? Benarkah ini merupakan tanda-tanda kejatuhan ideologi Kapitalisme? Bagimana kerusakan dan kesengsaraan yang menimpa masyarakat Barat sendiri akibat mengagung-agungkan demokrasi dan kapitalis? Bagaimana pula peluang Islam dan umatnya dalam penegakan Khilafah?
Untuk menjawab beberapa pertanyaan di atas, Redaksi Al-Wa’ie (Gus Uwik), dibantu oleh Riza Aulia, mewawancarai secara eksklusif Taji Mustafa, Perwakilan Media dari Hizbut-Tahrir Inggris. Berikut petikannya.
Apakah benar saat ini Amerika berada di jurang kehancuran?
Amerika adalah sebuah negara dengan kekuatan ekonomi terbesar di dunia. Kekuatan militernya yang besar telah hadir di lebih dari 100 negara. Sistem politiknya memungkinkan negara itu melakukan sebuah pergantian pemimpin dengan lancar. Begitulah yang tampak di permukaan. Ia tidak tampak sebagai sebuah negara yang berada di jurang kehancurannya.
Adakah fakta Amerika semakin bobrok?
Setelah terjadinya Badai Katrina tahun 2005, dunia tiba-tiba melihat sebagian wilayah Amerika, yang penduduknya ternyata seperti tinggal di Dunia Ketiga. Di banyak negara Barat, ada kekhawatiran yang meningkat dalam hal kesehatan mental di antara penduduknya dan kehidupan keluarga menjadi hancur karena meningkatnya paham individualisme. Tidak ada dana talangan miliaran dolar bagi para penduduk tersebut.
Di samping itu, di bulan Oktober tahun lalu, Negara Bagian Nebraska di Amerika Serikat harus mengganti undang-undang kontroversial tentang suatu tempat aman yang membolehkan orangtua dan para pengasuhnya untuk menelantarkan anak yang menginjak usia 18 tahun tanpa bisa dituntut. Undang-undang itu diajukan pada bulan Juli untuk mencegah kaum muda ditelantarkan di tempat-tempat berbahaya. Akibat adanya undang-undang tersebut, banyak orang berdatangan dari negara-negara bagian Amerika yang lain, seperti dari Iowa dan Michigan, untuk membuang anak-anak mereka.
Amerika tidaklah sendiri ketika berurusan dengan masalah-masalah sosial. Di Inggris, sebuah laporan yang dibuat oleh jurnal bergengsi, Lancet Medical, pada bulan Desember 2008 menunjukkan bahwa satu dari sepuluh anak-anak menjadi korban perlakuan kasar.
Selain itu, militer Amerika, yang konon dikatakan memiliki kemampuan tidak terkalahkan, ternyata hanyalah sebuah khayalan belaka. Kehadiran militer mereka di segala penjuru dunia ternyata tidak mampu mengatasi ‘jihad’ kaum Muslim di Irak dan Afganistan; tidak mampu melawan invasi Rusia atas Georgia.
Apakah Amerika sedang menunggu detik-detik keruntuhannya?
Masalah-masalah ekonomi dalam beberapa bulan terakhir, seperti keruntuhan Lehman Brothers dan bank-bank besar lainnya serta mulainya resesi yang hebat, menunjukkan kelemahan sosial, ekonomi dan militer Amerika (dan negara-negara Barat lainnya). Keruntuhan ekonomi ini telah menjadikan Amerika lemah. Akibatnya, negara itu berada di tepi jurang masalah-masalah besar yang menyengsarakan.
Namun, masyarakat dunia masih belum dapat mengabaikan Kapitalisme dan tetap menonjolkan Amerika untuk perkiraan pada masa datang karena:
- Terpilihnya Barack Obama memberikan Amerika kesempatan untuk bersatu di belakang seorang pemimpin yang akan mencoba mencari jalan bagi Amerika untuk tampil lagi di pentas dunia sambil terus melakukan apa yang disebutnya sebagai perang melawan teror; sebuah perang melawan Islam.
- Amerika menggunakan banyak taktik, termasuk kenyataan bahwa dolar digunakan sebagai sebuah mata uang global, sehingga memungkinkan Amerika untuk memanipulasi ekonomi dunia bagi keuntungannya walaupun negeri itu mengalami defisit luar biasa.
- Kenyataan bahwa tidak ada negara lain yang menerapkan sebuah alternatif yang bisa berjalan selain dari model kapitalis. Sementara itu, sistem Khilafah Islam sebagai satu-satunya alternatif, tidak bisa dilihat oleh masyarakatnya karena tidak ada sebuah negeri Muslim yang menerapkan-nya. Jadi, kendatipun demikian, mereka akhirnya kembali lagi ke model kapitalis dan menyerukan dilakukannya reformasi sistem itu.
Bagaimana efek krisis finansial bagi masyarakat AS dan Barat?
Skala krisis ekonomi global saat ini benar-benar membuat guncang. Krisis ini bisa dibandingkan dengan depresi besar tahun 1930-an ketika jutaan orang kehilangan pekerjaan, kemiskinan menyebar, ekonomi memburuk dan perlu beberapa tahun untuk pulih. Beberapa pakar ekonomi saat ini memperkirakan bahwa resesi ini mungkin akan menjadi sebuah depresi. Sebuah bank raksasa seperti Lehman Bothers bangkrut. Ratusan miliar dolar dialirkan ke sistem perbankan agar bisa bertahan. Banyak bank yang dinasionalisasi di sebagian negara-negara yang awalnya percaya bahwa privatisasi adalah sebuah resep ekonomi mujarab. Nasionalisasi adalah langkah-langkah yang tidak terpikirkan dalam enam bulan lalu. Tindakan ini jelas berlawanan dengan konsep-konsep ekonomi kapitalis. Semua ini menunjukkan bahwa masalah-masalah itu benar-benar berskala besar.
Ini juga merupakan tragedi kemanusiaan karena ratusan ribu orang kehilangan rumah dan pekerjaan ketika perusahaan-perusahaan bangkrut. Individu-individu yang didorong untuk menginvestasikan uangnya di pasar uang saat ini melihat kehancuran nilai investasi mereka. Akibatnya, banyak orang khawatir, bagaimana mereka akan membiayai pensiun mereka. Hal ini pada akhirnya menyebabkan meningkatnya depresi mental, bunuh diri dan kejahatan.
Setiap minggu pemerintah (Amerika, Inggris, Prancis dan di seluruh dunia) mengeluarkan paket dana talangan bernilai miliaran dolar. Setelah beberapa minggu, banyak pemerintahan yang mengumumkan paket dana talangan bernilai miliaran dolar lagi karena yang sebelumnya tidak bisa berjalan. Siapa yang harus membayar semua ini? Masyarakatlah yang membayar lewat pajak.
Benarkah kemunduran Amerika/Barat adalah karena sistem Kapitalisme yang ‘self-destructive’?
Selama bertahun-tahun, Amerika mengklaim bahwa sistem kapitalisme dan demokrasi liberal adalah cara terbaik yang bisa memberikan kesejahteraan, pemerintahan yang stabil dan ekonomi yang memakmurkan; serta mampu menyelesaikan permasalahan sosial, ekonomi, politik dan masalah-masalah lain yang dihadapi masyarakat. Inggris dan Amerika melakukan lebih jauh lagi dengan mengekspor sistem ini, dengan laras bedil ke Irak, Afganistan dan di bagian Dunia Islam lainnya.
Kami yang tinggal di Barat dapat melihat kehancuran sosial dari tangan pertama. Meningkatnya kehancuran keluarga, tingkah laku yang anti-sosial, perzinaan, sikap tidak sopan kaum muda, anak-anak yang tidak mengetahui ayah mereka, dan banyak masalah-masalah lain yang saat ini dianggap sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari di Inggris. Ketika seorang sahabat Muslim dirawat di rumah sakit baru-baru ini, begitu banyak orang datang menjenguknya seperti yang disunahkan oleh Nabi Muhammad saw. Namun, malang benar, di bangsal rumah sakit yang sama beberapa pasien orang tua non-Muslim hampir tidak ada yang menjenguknya karena anak-anak mereka terlalu sibuk membiayai kehidupan mereka sendiri! Begitulah akibat dari paham individualisme.
Tadi Anda mengatakan bahwa AS dan Barat mengekspor sistem rusak ke negara-negara lain. Bisa dijelaskan lebih jauh?
Barat memiliki dua barang ekspor utama ke penjuru dunia: sistem demokrasi dan sistem ekonominya yang dianggap sebagai cara terbaik untuk menghasilkan dan mendistribusikan kekayaan. Sejak dilancarkan apa yang dinamanakan ‘perang melawan teror’, negara-negara Barat, yang merupakan benteng ‘kebebasan dan demokrasi’ melakukan penyiksaan di Abu Ghraib dan Guantanamo. Di Inggris orang dapat dihukum lewat bukti-bukti rahasia yang tidak bisa diketahui terdakwa, ditahan tanpa pengadilan. Dalam beberapa hal, demokrasi liberal dapat menjadi sebuah kekuatan penekan sebagaimana kediktatoran.
Krisis ekonomi luar biasa dalam beberapa bulan terakhir ini telah mencemarkan model ekonomi kapitalis sehingga banyak orang Barat yang menyerukan dilakukan reformasi atas sistem ini. Namun sayang, reformasi yang dilakukan tidaklah cukup untuk melakukan sebuah perubahan sistem yang memiliki kelemahan yang begitu nyata. Misal: sistem ini memungkinkan perusahaan-perusahaan swasta untuk memiliki harta milik umum, atau pasar uang dan perdagangan derivatif yang tidak lebih dari sebuah pertaruhan di meja judi.
Bagaimanakah Islam dan usaha-usaha untuk penegakkan Khilafah bisa mengambil kesempatan pada saat seperti ini?
Ketika Argentina mengalami penderitaan ekonomi luar biasa di akhir tahun 1990an, saya ingat seorang yang mengatakan bahwa dia ingin sebuah solusi, tidak masalah darimanapun dia berasal. Berarti bahwa banyak orang yang sedang mencari solusi, termasuk kaum Muslim.
Tantangan yang dihadapi oleh generasi-generasi Muslim terbesar, para Sahabat ra.—generasi-generasi yang telah menaklukkan penyembahan berhala, kekaisaran yang luas dan kaum penyerbu asing dalam banyak medan pertempuran—adalah bagaimana menjaga persatuan sambil tetap menyebarkan Islam yang tidak kenal henti dan tidak kenal waktu. Para pemimpin seperti Abu Bakar ra. dan Salahuddin mengetahui bahwa kaum Muslim harus tetap bersatu jika mereka ingin berhasil dan bisa menghadapi tantangan-tantangan dunia yang baru dan berbahaya. Strategi semacam itu harus tetap memerlukan keyakinan yang kuat, militer yang kuat dan rasa persatuan yang kuat. Negara Islam yang satu (Khilafah) akan mewarnai kejadian-kejadian di dunia tidak hanya melalui kekuatan militernya, tetapi melalui kekuatan ide-idenya dan kekuatan ekonominya, dengan menerapkan keadilan dan memperlakukan rakyatnya dengan adil tanpa memandang agama mereka.
Masalah-masalah saat ini jelas berbeda dari sebelumnya, walaupun bukan lebih ringan. Pendudukan militer atas Palestina, Afganistan dan Irak telah menjadi malapetaka. Masa depan umat dan peradaban kita sedang ditawan oleh kaum diktator dan tiran. Kekayaan ekonomi kita sedang diinvestasikan di rekening di bank-bank Swiss dan untuk menopang lembaga-lembaga Barat. Kita mengetahui bahwa umat ini tidak bisa dilindungi oleh sumber-sumber energi kita atau hanya dengan jumlah penduduk kita saja. Apa yang kita butuhkan adalah sebuah arah politik yang baru.
Keadaan kaum Muslim pada hari ini mungkin suram. Namun, tantangan-tantangan telah menguji keteguhan kita sebagai sebuah umat. Saat ini kita perlu strategi baru untuk sebuah dunia yang senantiasa berubah.
Bayangkanlah, untuk sejenak, apa yang kita dapat lakukan jika kita dapat bersatu di bawah satu Khilafah. Kita dapat menjadi sebuah kekuatan ekonomi superpower hanya jika kita punya kemauan politik. Kita dapat menggunakan sumber-sumber alam yang luas yang kita miliki (70% dari cadangan minyak dan 55% dari gas alam) untuk memberikan kehidupan lebih baik lagi bagi rakyat jelata (bukan hanya kelompok elit) dengan mendistribusikan lagi kekayaan, mengentaskan kemiskinan, mencegah penyakit dan memberikan investasi pada bidang kesehatan dan pendidikan. Kita akan dapat menghadapi akibat-akibat buruk dari melonjaknya harga makanan dan energi dengan membagikan pendapatan dari wilayah-wilayah kita yang makmur. Para petani Bangladesh, buruh Sudan, pedagang kecil Malaysia dan Indonesia, semuanya dapat berbagi dalam Dunia Islam atas cadangan minyak dan gas dan tidak hanya dimiliki oleh anak-anak para pangeran dan para sheik. Dengan menggabungkan sumber-sumber keuangan di Timur Tengah dengan tingginya tingkat tenaga kerja di Indonesia, Pakistan dan Mesir maka hal ini akan menghasilkan suatu kombinasi yang kuat.
Kita akan dapat menjadi kekuatan militer jika kita bersatu dan menggabungkan gudang senjata kita. Jika Israel tidak bisa mengalahkan Libanon tahun 2006 dan Amerika gagal untuk menang di Irak dan Afganistan, maka apa yang akan terjadi jika kaum Muslim menkombinasikan semua kemampuan militernya? Dengan gabungan kekuatan militer hampir 5 juta personel, kita akan dapat memukul mundur pendudukan atas Palestina, Irak dan Afganistan maupun memberikan keamanan atas diri kita sendiri dari serangan luar masa datang, apakah itu terjadi di Iran atau di Pakistan.
Sekali lagi, kita akan menjadi sebuah kekuatan raksasa di panggung internasional dengan menikmati pengaruh yang besar yang kontras dengan OKI (Organiasasi Konperensi Islam) yang impoten. Negara-negara lain harus berpikir dua kali sebelum bisa menghina kehormatan Nabi Muhammad saw. Jika kita bangkit bersama, kita akan menjadi negara dengan populasi terbesar di dunia, sekitar seperempatnya, yang terdapat pada beberapa wilayah-wilayah perairan strategis seperti Laut Kaspia, Kanal Suez, Selat Hormuz dan Bosphorus. Kita pun dapat menikmati beberapa wilayah pertanian paling subur yang Allah telah ridhai atas bumi ini. Kita akan dapat menghapus hutang dan membuangnya dalam keranjang sampah sejarah. Jika kita mengkombinasikan sumber-sumber keuangan kita dan cadangan mata uang kita yang bernilai triliunan dolar, kita dapat menghindari untuk meminjam dan menjadi budak IMF, Bank Dunia dan negara-negara Barat. Daripada dipakai untuk menopang bank-bank Barat di Wall Street, sumber alam kita dapat dipakai untuk investasi yang produktif di Dunia Islam.
Kita dapat memberikan sebuah alternatif untuk lembaga-lembaga yang dikontrol Barat seperti PBB dan WTO. Kita dapat memberikan kepemimpinan kita pada dunia berkembang dengan mengajukan lembaga-lembaga baru untuk menggantikan oraganisasi-organisasi yang usang dan imperilistik yang didirikan setelah PD II.
Kita dapat menyeru generasi yang baru untuk bangkit dan melayani kebutuhan Negara Islam atas ilmuwan, guru, dokter dan insinyur. Daripada membuang-buang uang untuk dibangunnya tempat-tempat hiburan, kita dapat menginvestasikannya pada pembangunan tempat penyulingan, pelabuhan, serat optik dan infrasuktur teknologi informasi. Daripada membeli milaran dolar untuk peralatan dari perusahaan-perusahaan Barat, kita dapat membuat industri dan teknologi kita sendiri yang baru dan sekali lagi memimpin dunia dalam bidang ilmu pengetahuan dan penemuan-penemuan.
Umat ini tinggal bekerja bersama untuk mendirikan kembali negara Khilafah di salah satu negeri Muslim sehingga negara-negara lain dapat menyatukan diri dengannya sesuai dengan berjalannya waktu. []
Biodata:
Taji Mustafa adalah seorang insinyur IT dan Perwakilan Media dari Hizbut-Tahrir Inggris. Dia adalah penulis dan secara teratur tampil di media dengan membahas berbagai isu berkaitan dengan kaum Muslim dan Dunia Islam. Ia telah banyak memberikan ceramah pada berbagai konferensi internasional dan seminar-seminar di berbagai belahan dunia. []