Mungkin bagi sebagian kalangan, seruan untuk mendirikan kembali sistem pemerintahan Islam atau Khilafah Islamiyah bagaikan menegakkan benang basah (utopis). Ada yang sinis, bahkan menampakkan permusuhan yang nyata, terhadap para pejuang ide Khilafah ini. Salah satu bentuk permusuhan dan ketidaksukaan tersebut adalah dengan menyebutkan ide Khilafah sebagai ide absurd yang mengganggu stabilitas dan tidak kompatibel untuk komunitas modern. Mereka bahkan melakukan penyesatan opini bahwa Khilafah tidak lain hanyalah ‘igauan’ di siang bolong yang tidak layak untuk mendapatkan atensi apalagi apresiasi. Padahal Khilafah adalah satu-satunya sistem yang wajib dipraktikkan oleh kaum Muslim.
Namun, tabir kebenaran pun akhirnya sedikit demi sedikit mulai tersingkap. Wacana basi tentang keutopisan Khilafah menjadi cerita masa lalu. Keistiqamahan dan kesabaran yang luar biasa dari para pejuang Khilafah berbuah manis dengan turunnya nashrullâh (pertolongan Allah) yang menepis segala keraguan umat akan segera kembalinya Khilafah ‘ala Minhaj an-Nubuwwah ke tengah-tengah kehidupan mereka.
Dukungan terhadap para pejuang Khilafah mulai berdatangan secara massif, sesuatu yang mungkin tidak terbayangkan sebelumnya. Selain dengan pernyataan terbuka dan terang-terangan, masih banyak lagi yang menggantungkan harapannya pada pejuang Khilafah, insya Allah. Umat sadar, peliknya permasalahan yang dihadapi saat ini membutuhkan solusi yang benar-benar komprehensif dan mendasar. Perubahan dari sistem kapitalis sekular ke sistem Islam adalah sesuatu yang tidak bisa ditawar-tawar lagi.
Dukungan tersebut tercermin antara lain dari besarnya simpati publik, termasuk para simpul umat, terhadap berbagai kegiatan yang dilaksanakan oleh Hizbut Tahrir sebagai motor penggerak dalam upaya penegakan Khilafah. Puncaknya adalah dengan suksesnya perhelatan akbar Konferensi Khilafah Internasional di stadion sepak bola terbesar di Tanah Air yang menghadirkan seratusan ribu massa setahun lalu. Konferensi ini, diakui atau tidak, menjadi pertanda bagaimana kuatnya dukungan umat terhadap berdirinya kembali Khilafah. Konferensi ini juga menjadi semacam konsensus bahwa agenda utama ke depan adalah menegakkan Khilafah, sebagai sebuah kewajiban agung bagi umat Islam. Konfrensi serupa juga diselenggarakan di berbagai negeri lainnya.
Konstelasi politik global juga telah memperkuat urgensi akan tegaknya Khilafah. Beberapa futurolog, bahkan Badan Intelijen Nasional Amerika (NIC), memperhitungkan Khilafah sebagai salah satu entitas masa depan (future entity). Alhasil, ide ini bukan lagi sekedar wacana tanpa makna. Ia telah menjelma menjadi aksi nyata yang kehadirannya serasa sudah di depan mata. Untuk itu, marilah kita bersama-sama menyongsongnya! [Irfan Abu Hafiz, SP; PNS di Sebuah PTN Banjarmasin]