HTI

Dunia Islam (Al Waie)

Isyarat Nubuwwah: Khilafah Akan Menaungi Palestina

Menyikapi Tragedi Gaza para penguasa Arab dan Liga Arab telah menginisiasi pertemuan Tingkat Tinggi Negara-negara Arab. Kita pun mendengar apa yang disebut dengan “Inisiatif Mesir” setelah bertemu dengan Nicolas Sarkozi (Presiden Prancis) yang kemudian disebut dengan “Inisiatif Mesir-Prancis”. Semuanya mengajukan solusi yang tidak jauh berbeda, yakni bahwa solusi masalah Palestina harus diserahkan kepada Dunia Internasional, dalam hal ini Dewan Keamanan PBB. Para penguasa Arab bersepakat bahwa solusinya adalah gencatan senjata dan perdamaian antara kedua belah pihak yang berseteru.

Solusi yang ditawarkan oleh para pengauasa Arab dan Liga Arab ini sangat aneh dan menggelikan. Pasalnya, seolah-olah di Gaza saat ini tengah terjadi peperangan. Padahal yang terjadi di sana adalah pembataian, pendudukan dan perampasan hak atas penduduk Gaza. Yang terjadi adalah Yahudi Israel melakukan serangan dengan persenjataan yang lengkap dan canggih melalui darat, laut dan udara. Sebaliknya, penduduk Gaza, termasuk Hamas, adalah pihak yang mempertahankan diri dan membela hak-hak mereka. Bagaimana mungkin kondisi seperti itu dikatakan peperangan?

Kalaupun di sana ada dua pihak yang saat ini saling menyerang, sungguh kekuatannya sangat tidak seimbang. Kekuatan yang dimiliki penduduk Gaza tidak sampai satu persen dari kekuatan yang dimiliki Yahudi Israel. Jadi, jelas solusi menghentikan peperangan adalah penyesatan yang dilakukan oleh para penguasa Arab.

Solusi yang mereka tawarkan tidak akan membuahkan hasil apa-apa. Dalam hal ini para pengauasa Arab kalah hebat oleh Hugo Chavez, Presiden Venezuela. Chavez mampu berbuat lebih jauh daripada para penguasa Arab. Sebagai protes terhadap Israel, Chavez mengusir Duta Besar Israel dari negaranya. Sungguh, jika dibandingkan dengan tindakan Chavez, perbuatan para penguasa Arab sangatlah memalukan.

Hal ini mereka lakukan karena sebenarnya pemerintahan negara-negara Arab sudah kehilangan kedaulatan. Negara-negara Arab kini hidup dalam jajahan Amerika dan negara-negara Barat, baik dalam bidang ekonomi, budaya, militer maupun politik. Karenanya sangat wajar jika sikap mereka dalam permasalahan Palestina dan masalah-masalah lainnya yang menimpa Dunia Islam selalu mengikuti arahan dan keinginan Amerika, Eropa atau Dewan Keamanan PBB; seolah-olah mereka bukan bagian dari umat ini.

Pada kenyataannya mereka memang tidak merepresentasikan umat. Mereka bukan bagian dari umat. Bahkan mereka benar-benar telah terpisah dari umat. Pemikiran dan perasaan mereka berbeda dengan pemikiran dan perasaan umat. Tidak ada satu penguasa pun yang menyelesaikan permasalahan demi rakyat mereka. Mereka justru menyerahkan permasalahan tersebut kepada negara-negara berpengaruh baik itu Amerika, Uni Eropa, Rusia atau PBB.

Lebih jauh lagi, para penguasa Arab telah menipu umat selama puluhan tahun. Berkali-kali mereka telah merekayasa berbagai peperangan dengan Israel dengan tujuan untuk menunjukan kepedulian mereka terhadap Palestina. Padahal yang sebenarnya terjadi adalah pengkhianatan mereka terhadap Islam dan kaum Muslim. Pasalnya, yang terjadi sebenarnya bukanlah peperangan sunggguhan. Semua peperangan tersebut berakhir dengan intervensi dunia internasional sehingga berakhir dengan cepat. Dari peperangan yang direkayasa ini kemudian dibuat kesan bahwa Israel tidak pernah terkalahkan. Karenanya, menurut mereka, solusi satu-satunya adalah perdamaian dengan Israel. Padahal inisiatif perdamaian demi perdamaianlah yang selama ini semakin mengokohkan eksistensi Israel.

Kaum Muslim seharusnya menyadari bahwa Yahudi sebenarnya lemah dan pengecut. Mereka tidak akan mampu berhadapan dengan kaum Muslim jika saja kaum Muslim bersatu. Jika kita menelaah nash al-Quran tentang kaum Yahudi, jelaslah bahwa Kaum Yahudi sebenarnya kaum yang lemah. Mereka tidak akan pernah memiliki kekuatan jika berhadapan dengan umat Islam yang bersatu di bawah satu komando kepemimpinan. Allah Swt. berfirman:

لَنْ يَضُرُّوكُمْ إِلا أَذًى وَإِنْ يُقَاتِلُوكُمْ يُوَلُّوكُمُ الأدْبَارَ ثُمَّ لا يُنْصَرُونَ، ضُرِبَتْ عَلَيْهِمُ الذِّلَّةُ أَيْنَ مَا ثُقِفُوا إِلا بِحَبْلٍ مِنَ اللهِ وَحَبْلٍ مِنَ النَّاسِ

Mereka tidak akan membahayakn kalian, kecuali hanya dengan kata-kata mereka yang menyakitkan. Jika mereka memerangi kalian, niscaya mereka akan mundur kocar-kacir, kemudian mereka tidak akan mendapatkan kemenangan. Mereka akan ditimpa kehinaan di mana saja mereka berada, kecuali jika mereka terikat dengan tali Allah dan tali manusia (QS Ali Imran [3]: 111-112).

Dua ayat ini menjelaskan posisi Yahudi di hadapan umat Islam. Setelah Allah menjelaskan posisi umat Islam sebagai umat terbaik (khayra ummah) pada ayat sebelumnya (ayat ke-110), pada dua ayat ini Allah menjelaskan bahwa Yahudi seharusnya tidak berkutik, lemah dan tidak berdaya jika berhadapan dengan umat Islam. Mereka baru akan mendapat kemuliaan jika mereka terikat dengan tali Allah dan tali manusia. Imam Ibnu Katsir menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan tali Allah adalah transaksi dzimmah (yaitu menjadi kafir dzimmi) dan membayar jizyah kepada pemerintahan Islam. Adapun yang dimaksud dengan tali manusia adalah: perdamaian, perjanjian dan suaka dari umat Islam. Kedua ayat ini mengisyaratkan kepada kita bahwa umat Islam akan ada pada posisi kuat jika mereka memiliki pemerintahan yang mandiri. Pemerintahan inilah yang akan memberikan perlindungan (dzimmah) dan jaminan keamanan kepada Yahudi. Jika kaum Yahudi tidak mau menjadi ahl adz-dzimmah dan tidak meminta suaka kepada umat Islam maka mereka tidak akan ada dalam posisi aman. Dimana saja mereka berada akan selalu terusir dan dihinakan.

Namun sayang, saat ini umat Islam tidak memiliki kekuatan untuk itu, karena lenyapnya Daulah Khilafah Islam. Akibatnya, posisi umat Islam yang kuat dan disegani tidak bisa diwujudkan. Karenanya, wajar jika saat ini Yahudi sepertinya berada dalam posisi kuat, dan selalu mendapatkan kemenangan; tidak seperti yang diceritakan di dalam kedua ayat di atas.

Di dalam QS al-Isra’ (17) ayat ke 4-8, Allah Swt. menjelaskan tentang perjalanan kaum Yahudi di dunia ini. Mereka akan selelalu melakukan kerusakan di muka bumi. Namun, setiap kali mereka melakukan kerusakan maka akan datanglah tentara Allah yang akan melibas dan menghancurkan kekuatan mereka. Di dalam ayat kedelapan Allah menjelaskan (yang artinya): Jika kalian kembali (melakukan kerusakan) maka Kami akan kembali menindak kalian (TQS al-Isra’ [17]: 8).

Ketika mengomentari ayat ini, Sayyid Qutb berkata dalam tafsirnya:

Jika Bani Israil kembali melakukan kerusakan di muka bumi, balasan pasti akan datang di hadapan mereka. Sunnatullah terhadap mereka pasti akan berlaku. Memang benar, Yahudi kembali melakukan kerusakan. Lalu Allah memberikan kekuasaan kepada kaum Muslim terhadap mereka hingga mereka terusir dari Jazirah Arab. Setelah itu, mereka kembali lagi melakukan kerusakan. Lalu Allah pun memberikan kekuasaan kepada hamba-hamba-Nya yang lain untuk menindak mereka hingga datanglah masa Hitler yang mengenyahkan kekuatan mereka. Hari ini kaum Yahudi dalam bentuk Israel kembali melakukan kerusakan. Mereka telah menimpakan berbagai malapetaka kepada bangsa Arab, khususnya Palestina. Karenanya, pasti Allah akan menghancurkan kekuatan mereka dengan lahirnya kekuatan pasukan umat Islam. Inilah janji Allah yang pasti akan terjadi. Waktu kita menunggunya sudah sangat dekat.

Berdasarkan ayat ini, kaum Yahudi akan selalu melakukan kerusakan berulang-ulang ketika mereka memiliki kekuatan dan kesempatan, dan ketika umat Islam jauh dari agamanya. Imam Abu Bakar Jabir al-Jazairi dalam tafsir Aysar at-Tafâsir menjelaskan sebab kekuatan umat Islam yang mampu menghalau dan menghentikan kejahatan Israel adalah karena mereka memiliki negara yang besar dan kuat. Mereka bisa memiliki negara yang besar dan kuat karena mereka menerapkan Kitabullah dan terikat dengan syariahnya.

Demikian juga dengan umat Islam saat ini. Mereka tidak akan memiliki kekuatan untuk menghadapi musuh-musuhnya, termasuk Yahudi Israel, kecuali dengan kembali menjalankan syariah Allah di bawah naungan negara yang kuat, yaitu Khilafah.

Lalu apa yang sebenarnya harus dilakukan untuk menyelesaikan permasalahan Gaza ini? Solusinya sangatlah jelas. Semua kaum Muslim sudah mengetahuinya tanpa harus membuka kitab-kitab para ulama untuk membahasnya. Semua kaum Muslim tahu, bahwa jika ada satu negeri Muslim yang diserang dan diduduki maka fardhu ‘ain bagi penduduk negeri itu untuk berjihad. Jika mereka tidak mampu maka kewajiban jihad ini meluas kepada penduduk di negeri terdekat. Dalam hal ini yang paling wajib setelah penduduk Gaza adalah kaum Muslim dan tentara Muslim di Mesir.

Siapapun pasti mengetahui bahwa besi tidak bisa dihadapi kecuali dengan besi lagi. Pasukan tidak bisa dihadapi kecuali dengan pasukan lagi. Pendudukan tidak bisa dihentikan kecuali dengan kekuatan. Karena itu, yang harus dilakukan oleh para pemimpin Arab adalah mengerahkan pasukan mereka untuk mengusir Israel. Permasalahan Palestina tidak akan bisa diselesaikan kecuali oleh kaum Muslim sendiri.

Upaya menyerahkan masalah Palestina kepada dunia internasional sama saja dengan membuka jalan bagi penjajahan kaum kafir dan semakin mengokohkan eksistensi Israel. Hal ini sangat bertentangan dengan firman Allah Swt.:

وَلَنْ يَجْعَلَ اللهُ لِلْكَافِرِينَ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ سَبِيلا

Allah tidak akan pernah memberikan jalan kepada orang-orang kafir untuk menguasai orang-orang Mukmin (QS an-Nisa’ [4]: 141).

Sejarah telah membuktikan, Palestina berhasil ditaklukan dari kekuasan kaum Nasrani dengan kekuatan pasukan kaum Muslim. Penguasa kaum Muslim saat itu terus-menerus melakukan peperangan untuk menaklukan Palestina selama 200 tahun hingga akhirnya Palestina berhasil dikuasai kembali di bawah pimpinan Sultan Shalahuddin.

Karena itu, saat ini pun tidak jauh berbeda. Tidak mungkin membebaskan Palestina dari cengkeraman Yahudi Israel, kecuali melalui kekuatan pasukan yang hebat di bawah komando Amirul Mukminin (Imam/Khalifah). Inilah yang saat ini tengah diupayakan oleh Hizbut-Tahrir: menegakkan kembali Khilafah Islam. Hizb berjuang siang-malam dan tiada henti mengontak ahlul quwwah dan orang-orang yang memiliki pengaruh untuk mendapatkan nushrah mereka demi tegaknya Khilafah kedua yang telah dijanjikan oleh Allah dan Rasul-Nya. Khilafah itulah yang akan mengusir Israel dan akan menyelesaikan masalah Palestina serta semua permasalahan yang menimpa kaum Muslim saat ini.


Khilafah Akan Muncul di Palestina

Bukan hanya akan dapat dibebaskan oleh Khilafah, Palestina bahkan akan menjadi pusat Kekhilafahan. Hal ini diperkuat oleh beberapa hadis Rasulullah saw. yang memberikan isyarat bahwa Kekhilafahan akan singgah di Palestina, bahkan Palestina akan menjadi ibukota Khilafah yang kedua ini.

1. Hadis pertama.

Ibn Hawalah menuturkan bahwa Rasulullah saw. pernah berkata:

لَتُفْتَحَنَّ لَكُمْ الشَّامُ ثَمَّ لَتُقْسَمَنَّ لَكُمْ كُنُوْزُ فَارِسِ وَالرُّوْمِ وَلِيَكُوْنَنَّ ِلأَحَدِكُمْ مِنَ الْمَالِ كَذَا وَكَذَا حَتَّى إِنَّ أَحَدَكُمْ لِيُعْطَى مِائَةَ دِيْنَارٍ فَيَتَسَخَطَهَا ثُمَّ وَضَعَ يَدَهُ عَلَى رَأْسِى فَقَالَ يَا اِبْنَ حَوَالَةَ إِذَا رَأَيْتَ الْخِلاَفَةَ قَدْ نَزَلَتِ اْلأَرْضُ الْمُقَدَّسَةَ فَقَدْ أَتَتْ الْزَلاَزَلُ وَالسَّلاَسِلُ وَاْلبَلاَبِلُ وَالْفِتَنُ وَاْلأُمُوْرُ اْلعِظاَمُ وَالسَّاعَةُ أَقْرَبُ إِلَى النَّاسِ مِنْ يَدِى هَذِهِ إِلَى رَأْسِكَ

“Sungguh Syam akan ditaklukan untuk kalian. Kekayaan Persia dan Roma akan dibagikan kepada kalian. Kemudian salah seorang dari kalian akan memiliki harta begini dan begini hingga salah seorang akan diberi harta seratus dinar, tetapi ia marah karenanya.” Kemudian Beliau meletakkan tangannya di kepalaku dan bersabda, “Jika engkau telah melihat Khilafah menempati tanah yang disucikan (Palestina) maka akan datanglah saatnya banyak gempa, guncangan, fitnah dan perkara-perkara besar. Saat itu Kiamat lebih dekat dari manusia daripada tanganku ini dari kepalamu.” (HR Ahmad, Abu Dawd, ath-Thabrani, al-Hakim, al-Baihaqi dan adh-Dhiya).

Berdasarkan hadis ini, Khilafah yang akan singgah di Baitul Maqdis itu bukanlah Khilafah pada masa Umar (yang telah menaklukannya). Sebab, peritiwa besar dan guncangan yang diceritakan di dalam hadis belum terjadi. Peristiwa tersebut baru akan terjadi setelah Khilafah yang kedua, yaitu Khilafah yang saat ini sedang diperjuangkan dan dinantikan oleh kaum Muslim.

2. Hadis kedua.

Rasulullah saw. pernah bersabda:

أَلاَ إِنَّ عُقْرَ دَارِ الْمُؤْمِنِينَ الشَّامُ

Ingatlah, ibukota negeri kaum Mukmin adalah Syam (HR Ahmad, Ibnu Hibban dan Ibnu Asakir dalam Kanzul-Ummal).

Yang dimaksud dengan Syam di sini adalah Baitul Maqdis. Hal ini dikuatkan oleh hadis-hadis lain yang menyatakan bahwa Khilafah akan berada di Baitul Maqdis. Ibnu Hibban menceritakan dalam kitab Shahîh Ahâdîts, bahwa asy-Syâm (daerah yang mencakup Yordania, Syria, Palestina, Libanon dan bagian dari Irak) akan menjadi pusat tanah (ibukota) orang-orang Mukmin pada akhir zaman.

3. Hadis ketiga.

Masirah bin Jalis bertutur, berdasarkan penuturkan dari al-Walid bin Muslim, dari Marwan bin Janah, dari Yunus bin Maisarah al-Jabalani, bahwa Rasulullah saw. pernah bersabda:

هَذَا اْلأَمْرَ كَائِنٌ بِالْمَدِيْنَةِ ثُمَّ بِالشَّامِ ثُمَّ بِالْجَزِيْرَةِ ثُمَّ بِالْعِرَاقِ ثُمَّ بِالْمَدِيْنَةِ ثُمَّ بِبَيْتِ الْمَقْدِسِ

Urusan (Pemerintahan Islam/ Khilafah) ini akan berada di Madinah (Yatsrib), lalu di Syam, kemudian di Jazirah (Damaskus), selanjutnya di Irak, lalu di Madinah (Konstantinopel), dan kemudian di Baitul Maqdis (Palestina) (HR Ibnu Asakir).

Para ulama meyakini bahwa yang dimaksud dengan Madinah (yang kedua) adalah kotanya Heraclius (Konstantinopel). Hadis ini juga membicarakan tentang kota-kota yang akan menjadi ibukota Khilafah dan semuanya telah terjadi, kecuali Baitul Maqdis. Insya Allah, Baitul Maqdis akan menjadi ibukota Khilafah suatu saat nanti.

4. Hadis keempat.

Abdurrahaman bin Abi Umairah al-Mujni mengatakan bahwa ia pernah mendengar Rasulullah saw. Bersabda:

هُنَاكَ فَي بَيْتِ الْمَقْدِسِ سَتَكُوْنُ الْبَيْعَةُ

Di sana, di Baitul Maqdis, akan terjadi baiat (kepada Imam/Khalifah) (HR Ibnu Asakir).

Hadis ini juga diriwayatkan oleh al-Hakim dan beliau mensahihkannya.

5. Hadis kelima.

Abdullah bin Umar ra. Berkata, bahwa Rasulullah saw.pernah bersabda:

سَتَكُونُ هِجْرَةٌ بَعْدَ هِجْرَةٍ فَخِيَارُ أَهْلِ اْلأَرْضِ أَلْزَمُهُمْ مُهَاجَرَ إبْرَاهِيمَ

Akan ada hijrah setelah hijrah. Penduduk bumi paling baik adalah orang yang menempati tempat hijrahnya Ibrahim (Syam/Palestina). (HR Al-Hakim).

Al-Hakim berkata, “Hadis ini sahih sesuai dengan syarat al-Bukhari dan Muslim meski keduanya tidak meriwayatkannya.” Wallâhu a’lam. [M. Yasin Muthohhar]

[Tulisan ini disarikan—dengan beberapa tambahan dari penulis—dari wawancara dengan Ir. Ahmad Khatib dan DR. Mahir Ja’bary (keduanya adalah anggota Media Office HT Palestina) yang disiarkan langsung oleh Media Office Hizbut Tahrir melalui Televisi Internet pada Hari Jumat, 2 Januari 2009 Jam 01.00 WIB]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*