Pengantar:
Opini dan gerakan untuk menyerukan Syariah dan Khilafah adalah kewajiban seluruh umat Islam, termasuk Muslimah. Oleh karenanya, Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia (MHTI) melakukan serangkaian kegiatan dalam upayanya menyerukan syariah dan Khilafah. Berikut rangkaian kegiatan yang telah dilakukan oleh MHTI.
Gelar Konferensi hingga Aksi Simpatik
Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) bersama para perempuan dari berbagai elemen bangsa, menyerukan agar mencampakkan demokrasi dan Kapitalisme, berganti menuju syariah dan khilafah. Pasalnya, demokrasi dan Kapitalisme tidak menjamin kesejahteraan tiap individu rakyat. Itu terjadi karena Kapitalisme menerapkan sistem ekonomi yang tidak berkeadilan, rentan akan krisis karena sistem keuangannya yang ribawi dan indentik dengan penjajahan.
Seruan dengan tema sentral “Saatnya Perempuan Bicara Masa Depan Bangsa, Menuju Indoensia Besar, Kuat dan Terdepan dalam Naungan Khilafah” itu disampaikan dalam sejumlah agenda sepanjang Desember 2008 kemarin. Diskusi publik, muktamar, seminar, tablig akbar, konferensi hingga aksi simpatik digelar berbagai kota di Indonesia; mulai dari Lhokseumawe Provinsi Nangroe Aceh Darussalam, Medan, Banjarmasin, Palu, Kendari, Surabaya, hingga Jaya Pura Papua.
Dukungan Intelektual
Konferensi Muslimah Nasional yang digelar dari tanggal 13-18 Desember 2008 diadakan di enam kota. Di Yogyakarta (13/12), misalnya, Konferensi dihadiri sekitar 700 Muslimah. Acara yang digelar di Multi Purpose UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta itu bertema, “Selamatkan Indonesia dari Kapitalisasi & Liberalisasi Pendidikan.”
Di Banjarmasin, lambaian liwa dan roya ditimpali kumandang takbir membahana memenuhi Himalaya Ball Room Hotel Banjarmasin Internasional, tempat diselenggarakannya Konferensi Muslimah Kalimantan (14/2). Konferensi yang dihadiri 1.000 peserta yang semuanya adalah perempuan dari berbagai penjuru Kalimantan ini mengambil tema, “Selamatkan Kekayaan Alam Kalimantan, Cegah Disintegrasi Bangsa, Bangun Bangsa yang Besar dengan Khilafah Islamiyah”.
Hadir sebagai pembicara, Prof. Dr. Hj Eny Rochaida, SE, M.Si (guru besar Universitas Mulawarman dan Direktur program S-2 Ekonomi Universitas Mulawarman), Ir. Hj. Ishmah Cholil (DPP Muslimah HTI) Nur Ubaini H (Muslimah HTI Kalimantan Tengah) dan Zidny Sa’adah (DPP Muslimah HTI).
Prof. Dr. Eny Rochaida memaparkan bahwa Kalimantan kaya akan sumberdaya alam, namun rakyatnya tidak menikmati. Rakyat juga merasakan dampak dari eksploitasi. Nur Ubaini menyoroti adanya ancaman disintegrasi dan bahaya yang ditimbulkanya. Ir. Hj Ishmah Cholil menggambarkan sisi praktis bagaimana Khilafah Islamiyah dalam mengelola sumberdaya alam yang memberikan dampak positif, yaitu kesejahteraan bagi semua warga negaranya tanpa membedakan muslim ataukah non-Muslim baik laki-laki maupun perempuan.
Suasana gemuruh juga terjadi di Gedung Balai Prajurit Jendral M. Yusuf Makasar Sulawesi Selatan, (16/12), tempat digelarnya Konferensi Muslimah Nasional dengan tema “Selamatkan Kekayaan Alam Indonesia Timur, Cegah Disintegrasi, Bangun Bangsa Besar dengan Khilafah”.
Lebih dari 1.000 perempuan dari berbagai kalangan mulai dari masyarakat umum, mahasiswa, akademisi, tokoh masyarakat, dan juga pegawai pemerintahan dari beberapa kantor Dinas Pemerintah Provinsi/Kota Makassar memenuhi ruangan itu.
Adapun pematerinya adalah Dr. Indah Raya (Dosen Universitas Hasanuddin), Libertina Widyamurti Ambari (Muslimah Papua), Febrianti Abbasuni, M.Si. selaku Juru Bicara Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia (MHTI), dan Fika M. Komara dari DPP MHTI. Selain menghadirkan para pemateri di atas, hadir juga sebagai orator: Prof. Dr. Alida Palilati, M.Si. (Asisten Direktur II Program Pasca Sarjana Universitas Haluoleo Kendari) dan Dr. Ir. Hj. Sutina Made, M.S (Ketua FCMP ICMI Sul-Sel).
Dalam orasinya, Prof. Alida menggambarkan bagaimana Islam mengatur masalah ekonomi dalam kaitannya dengan hak kepemilikan, bahwa dalam Islam hanya dikenal 3 kepemilikan: kepemilikan pribadi, umum, dan negara. Karena itu, tidak dibenarkan memberikan kekayaan milik umum, seperti barang tambang, kepada perusahaan asing. Selain itu, orasi dari Dr. Ir. Hj. Sutina Made, M.S menggambarkan bahwa tanpa ideologi Islam, kaum intelektual akan tetap dikungkung Kapitalisme untuk mengekalkan penjajahan mereka. Karenanya, kaum intelektual tidak lagi boleh berdiam diri dan bersikap acuh tak acuh terhadap penerapan ideologi negara. Saatnya intelektual Muslim di Indonesia Timur menjadi pemimpin dan pemersatu umat. Saatnya mereka berdiri di garda terdepan dalam perjuangan untuk menerapkan ideologi Islam mewujudkan Indonesia Negara yang makmur dengan menyelamatkan kekayaan alam, mencegah disintegrasi, dan membangun bangsa besar dengan Khilafah.
Suasana mengharukan dan menyentuh hati dengan seruan syariah dan Khilafah juga terjadi di Gedung IPB International Convention Center IICC Botani Square, Bogor (18/12). Konferensi yang bertemakan “Selamatkan Perempuan dari Kemiskinan Menuju Kesejahteraan dengan Khilafah Islamiyah” itu diisi dengan orasi tokoh, pemutaran film hingga teatrikal. Tak kurang seribu tokoh perempuan, terutama kalangan intelektual Muslimah, hadir dari berbagai kota di penjuru Jabodetabek dan Jawa Barat. Bahkan ada yang berasal dari Malaysia.
Tampil sebagai orator, Prof. Dr. Ir. Zoer’aini Djamal Irwan, MS (Pakar Teknik Lingkungan), Prof. Dr. Sriani Sujiprihati (Peneliti Terbaik, Guru Besar IPB), Dr. Hj. Nunuy Nurjanah, MP (Dosen UPI), Hj. Nidaa Sa’adah (DPP Muslimah HTI), Ir. Hj. Febrianti Abbasuni (Jubir Muslimah HTI) dan Ir. Hj. Emmi Khairani (Ketua DPP Muslimah HTI).
Selain menyimak orasi, peserta yang berjumlah lebih dari 1.200 orang itu juga disuguhi aksi teatrikal yang menggambarkan derita rakyat akibat diterapkannya sistem Kapitalisme di negeri ini.
Dukungan Masyarakat
Selain konferensi yang mendapat sambutan hangat audiens, Muslimah HTI juga menggelar aksi simpati turun ke jalan.
Di Malang (21/22), aksi diikuti 500 massa dengan tema, “Sejahterakan Perempuan dengan Syariah dan Khilafah”. Para Muslimah berpawai dengan tertib dari Bundaran Simpang Balapan, Jalan Ijen, Jalan Kawi hingga depan Masjid Jami’ di Alun-alun Kota Malang. Mereka menyerukan ditegakkannya Syariah dan Khilafah demi kesejahteraan seluruh masyarakat.
Di Medan, aksi diikuti 2.500 peserta. Mereka berasal dari berbagai penjuru, seperti Belawan, Tanjung Morawa, Deli Serdang, Serdang Bedagai dan Binjai. Orasi dilakukan oleh tiga orator di DPRD Tingkat I Sumut: Sri Cahyo Wahyuni (DPD I MHTI SUMUT), yang mengecam kebobrokan kapitalis dan demokrasi yang notabene berharap pada perbaikan nasib perempuan melalui jalan parlemen dengan berharap pada kuota 30 persen; Nursyamsiah (DPD II MHTI Medan), yang menyoroti keburukan dan fakta perempuan yang ada di masyarakat, serta penyakit-penyakit sosial yang melanda negeri Muslim khususnya Indonesia; Rizky Ramadhani (DPP MHTI Jakarta), yang menggambarkan betapa mulianya nasib perempuan yang hidup dalam naungan Khilafah.
Puncak aksi simpatik terjadi di Jakarta (21/12). Tak kurang 5.000 massa longmarch menuju Dubes Amerika Serikat sebagai ikon Kapitalisme di Indonesia. Di situ, DPP Muslimah HTI Latifah Musa membongkar kebobrokan sistem kapitalis berikut demokrasinya secara blak-blakan.
“Saat ini Amerika Serikat sekarat. Pengusung Kapitalisme itu tidak bisa menopang negerinya sendiri, apalagi negeri Muslim,” kata Latifah Musa. Menurutnya, demokrasi tinggal menunggu detik-detik kematiannya. “Karena itu, saatnya meninggalkan Kapitalisme,” pungkasnya.
Ir. Hj. Ismah Qolil dari DPP Muslimah HTI yang tampil selanjutnya juga menyoroti amburadulnya sistem Kapitalisme dalam mengatur dunia, termasuk Indonesia. “Kapitalis tidak mau umat Muslim sejahtera. Mereka membeli penguasa boneka dengan men-support mereka dalam Pemilu agar duduk menjadi anggota legislatif sehingga undang-undang dibuat untuk kepentingan para kapitalis,” tandasnya. Karena itu, ia menyerukan agar perempuan berjuang untuk merobohkan Kapitalisme.
Dari Dubes AS, massa kemudian bergerak menuju ke Kantor Menteri Pemberdayaan Perempuan, lalu ke depan Istana Presiden.
Muktamar Akbar
Sementara itu, Muktamar Muslimah HTI DPD HTI Jawa Timur mendapatkan dukungan 10.000 Muslimah pegiat majelis-majelis taklim dari berbagai kota di Jawa Timur; mulai di ujung timur pulau Madura yaitu Sumenep, pojok timur Pulau Jawa, yaitu Banyuwangi, sampai perbatasan Jatim dengan Jawa Tengah, yaitu Ngawi dan Pacitan. Diperkirakan lebih dari 10.000 Muslimah menghadiri event kolosal ini dengan tema khas dan kemasan acara yang atraktif.
Muktamar mengambil tema, “Bulatkan Tekad Tinggalkan Kapitalisme Tegakkan Syariah dan Khilafah Menuju Indonesia Besar, Kuat dan Terdepan. Beberapa orasi yang dilakukan tokoh-tokoh Muslimah benar-benar menunjukkan bahwa kaum perempuan saatnya berbicara lantang tentang syariah dan Khilafah.
Ustadzah Iffah Rahmah S.Pd menyoroti krisis global sebagai pertanda tamatnya Kapitalisme yang selama ini telah membawa umat manusia menuju jalan kehancuran. Ustadzah Hj. Nida Sa’adah, SE.Ak menyampaikan solusi atas krisis global, yakni sistem ekonomi syariah yang membawa kemakmuran umat manusia. Ustadzah Dra. Rahma Qomariyah menyampaikan bahwa Demokrasi dan Kapitalisme adalah sistem yang rapuh dan mengandung cacat bawaan, karena yang berkuasa adalah pemilik modal. Tablig selanjutnya disampaikan oleh Ustadzah Ishmah Kholil, bahwa Khilafah adalah sistem yang kuat, yang sangat dibutuhkan oleh dunia sekarang. Tidak ketinggalan pula, Juru Bicara Muslimah HTI yaitu Ustadzah Hj. Febrianti Abbassuni, MSi. menyampaikan topik “Saatnya Bersatu, Berjuang Menegakkan Syariah dan Khilafah”. []