HTI

Dari Redaksi (Al Waie)

Sistem Ekonomi Islam

Sebagaimana diketahui, krisis keuangan global telah meletus dari Amerika Serikat, kemudian meluas ke negara-negara lain di dunia melalui tangan-tangan Kapitalisme dan pusaran globalisasi. Tidak ada satu negara pun, betapa pun jauhnya, yang bisa selamat dari keburukan nyala krisis tersebut.

Di sisi lain, solusi internasional yang sudah dilakukan—baik yang berasal dari masing-masing negara, atau dari sejumlah negara di dalam sejumlah KTT di Uni Eropa, atau KTT G-20 di Washington, atau KTT Lima atau Konferensi Qatar dll—tidak mampu menyelesaikan krisis.

Selama ini ada dua kelompok yang berbeda dalam menawarkan solusi atas krisis tersebut. Pertama: kelompok yang menutup kedua matanya dari dasar-dasar Kapitalisme yang rusak yang telah menghasilkan krisis ini. Kelompok ini memfokuskan solusinya pada dampak-dampaknya dan tidak membahas solusi mendasarnya. Mereka melihat bahwa institusi-institusi finansial telah mengalami kekeringan likuiditas. Karena itu, mereka kemudian menawarkan solusi berupa kebijakan untuk mengucurkan uang miliaran dolar untuk menciptakan likuiditas institusi-institusi itu, menurunkan tingkat suku bunga utang, mendorong kredit, dan berikutnya mereka berharap pasar akan bergerak. Kelompok ini juga memandang bahwa saham, obligasi dan surat-surat berharga telah kehilangan sebagian besar nilainya dan telah melampaui garis merah. Karena itu, tawaran solusi mereka adalah: negara harus melakukan intervensi dan membeli aset-aset yang kolaps; membeli sejumlah banyak saham, obligasi dan surat berharga.

Begitulah, kelompok ini hanya melihat krisis dari sisi permukaannya saja. Mereka tetap menutup kedua matanya dari dasar-dasar Kapitalisme yang rusak, yang justru menjadi akar krisis, dan terbukti telah gagal dalam menyelesaikan pelbagai problem perekonomian. Karena itu, wajar jika solusi mereka yang semacam itu tidak lebih dari sekadar penyembuhan dan penghilangan rasa sakit untuk sementara waktu, sementara krisis akan kembali terjadi, kadangkala semakin parah dari sebelumnya.

Kedua: kelompok yang tidak menutup kedua matanya dari dasar-dasar Kapitalisme yang rusak dan telah gagal dalam mengatasi problem perekonomian. Hanya saja, mereka membatasi pemikirannya hanya pada dua sistem saja dan menganggap tidak ada sistem ketiga. Dua sistem itu adalah Sosialisme-Komunisme yang telah terbukti gagal dan runtuh dan Kapitalisme yang telah limbung meski belum runtuh. Mereka melihat, meski terdapat berbagai kerusakan di dalam Sistem Kapitalisme, ia masih lebih baik daripada Sosialisme-Komunisme.

Anggapan kelompok kedua semacam ini jelas aneh. Mereka seolah tidak tahu atau pura-pura tidak tahu terhadap sistem ekonomi yang pernah kokoh, yang akarnya menancap kuat di kedalaman sejarah dan telah memakmurkan bumi lebih daripada yang dilakukan oleh sistem ekonomi lainnya. Sistem tersebut telah menjadikan masyarakat di bawah lindungannya menikmati kemakmuran hidup, keamanan dan ketenteraman. Mereka telah menikmati kehidupan ekonomi yang aman dan kosong dari krisis selama lebih dari tiga belas abad. Pada masanya bahkan pernah terjadi betapa sulitnya menemukan orang miskin untuk diberi harta yang menjadi haknya dari Baitul Mal kaum Muslim. Semua itu tidak lain karena mereka hidup di bawah Sistem Ekonomi Islam selama berabad-abad lamanya.

Sebaliknya, dalam naungan sistem Kapitalisme saat ini, kaum miskin di negara paling kaya di dunia pun jumlahnya jutaan. Sebabnya, karena Kapitalismelah pangkal dari kesengsaraan mayoritas umat manusia saat ini.

Mengapa Sistem Ekonomi Islam bisa sukses menciptakan kemakmuran selama berabad-abad lamanya? Sebabnya, antara lain karena Islam memiliki konsep kepemilikan yang jelas. Dalam pandangan Islam, kepemilikan atas tambang-tambang di dalam perut bumi (seperti logam, minyak, gas, dll) tidak seperti kepemilikan sebidang tanah atau rumah. Kepemilikan atas industri-industri petrokimia, industri berbagai macam energi, atau industri senjata perusak berbeda dengan kepemilikan atas industri tenun dan tekstil atau rangka baja untuk memperbaiki atap bangunan, atau industri kue dll. Kepemilikan kereta api dan “troly bus” tidak seperti kepemilikan mobil, sepede motor, dll.

Islam menjadikan kepemilikan itu ada tiga macam. Pertama: kepemilikan umum. Pemasukannya didistribusikan kepada masyarakat setelah dikurangi beban biaya. Kepemilikan umum mencakup kepemilikan atas tambang seperti logam, minyak ataupun gas. Semua itu merupakan milik umum/rakyat; negara, individu atau perusahaan swasta tidak boleh memilikinya. Pemasukannya didistribusikan kepada mereka dalam bentuk zatnya atau berupa pelayanan setelah dikurangi biaya.

Kedua: kepemilikan negara. Kepemilikan ini dikelola oleh negara dalam pos pendapatan negara. Hasilnya dibelanjakan untuk berbagai kepentingan negara seperti investasi negara di dalam pertanian, industri atau perdagangan yang tidak termasuk di dalam kepemilikan umum; atau dibelanjakan untuk mengembalikan keseimbangan di antara masyarakat di dalam masalah sirkulasi harta.

Ketiga: kepemilikan pribadi. Individu-individu dan perusahaan-perusahaan bisa memiliki pertanian, industri dan perdagangan yang tidak termasuk dalam kepemilikan umum dan kepemilikan negara.

Meskipun Sistem Ekonomi Islam sebenarnya telah secara riil diterapkan selama jangka waktu paling lama dalam sejarah, kelompok ini telah menutup kedua matanya dan tidak membahasnya. Kelompok ini telah menutup kedua matanya dari sistem ekonomi yang benar. Itulah Sistem Ekonomi Islam.

Sesungguhnya Sistem Ekonomi Islam di dalam Daulah Khilafah Islamiyahlah satu-satunya sistem pilihan yang bisa memberikan kepada manusia kehidupan ekonomi yang aman dan lurus, kosong dari krisis. Pasalnya, Sistem Ekonomi Islam adalah satu-satunya sistem ekonomi yang telah Allah Swt. turunkan. Dialah Pencipta dan Dia Mahatahu atas apa yang layak bagi ciptaan-Nya (QS al-Mulk [67]: 14). []

4 comments

  1. krisis yang melanda USA tidak lepas dari perangkap mereka pasang sendiri, yang sudah menggurita ke berbagai belahan dunia tidak lepas dari transaksi dolar USA, pasti terkana dampak domino krisis uSA. Ini telah ditunjukan bahwa sistem ekonomi sekuler tidak dipakai, maka kembali kepada sistem Islam yang telah mengatur dan menjaga sumber-sumber daya alam yang sangat banyak diberbagai belahan yang dimiliki kaum muslimin, Ayo bersatu terapkan syariat Islam. Nusantara masih luas potensi SDA baik didaratan maupun lautan belum dioptimalkan, olih-olih pemeretaan pembangunan justru malah merusak tatanan sistem Islam. Kembali dengan syariat Islam umat Islam akan mulia, amin. amin, amin, Di Kepulauan sula masih menjerit harga minyak melebihi harga bensin di jawa 6000 per liter bensin bisa sampai 8000 per liter,…. Bersatulah wahai kaum muslimin….Allahu Akbar

  2. ayo berjuang tegakkan syariah dan khilafah!!!

  3. Saat ini ekonomi Indonesia dikuasai Yahudi. Tepatnya oleh Dinasti Rothschild dan Rockefeller:
    http://syiarislam.wordpress.com/2010/02/10/yahudi-kuasai-ekonomi-indonesia

    Padahal Islam mengajarkan kemandirian ekonomi:
    Kemandirian Ekonomi

    “Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya orang-orang yang musyrik itu najis, maka janganlah mereka mendekati Masjidilharam sesudah tahun ini. Dan jika kamu khawatir menjadi miskin, maka Allah nanti akan memberimu kekayaan kepadamu dari karuniaNya, jika Dia menghendaki. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.” [At Taubah:28]

    “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang kafir menjadi wali] dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Inginkah kamu mengadakan alasan yang nyata bagi Allah (untuk menyiksamu) ?” [An Nisaa’:144]

    Ayat Al Qur’an di atas memerintahkan ummat Islam untuk melarang orang-orang Kafir masuk kota Mekkah meski perekonomian waktu itu bergantung pada mereka. Sebagian takut miskin. Tapi Allah mengatakan jangan khawatir jadi miskin karena Allah justru akan menjadikan mereka kaya. Dan buktinya penduduk Mekkah hingga saat ini menjadi kaya, karena mereka menikmati perekonomian mereka. Tidak didominasi oleh perusahaan asing.

    90% Migas Indonesia dikuasai oleh perusahaan-perusahaan asing. Akibatnya 6 dari 7 perusahaan Migas Asing yang beroperasi di Indonesia (dan juga negara-negara lain) masuk dalam daftar 10 perusahaan dengan pendapatan terbesar versi majalah Forbes 500 (misalnya pendapatan Exxon tahun 2007 US$ 452 Milyar / Rp 542 Trilyun) sementara mayoritas rakyat Indonesia hidup dalam kemiskinan. Paling tidak mereka menikmati 40% hasil Migas Indonesia. Ini jika angka produksi yang mereka laporkan benar. Karena menurut Amien Rais, sulit menghitung berapa banyak gas yang dihasilkan dari bumi Indonesia jika langsung dialirkan melalui pipa ke Singapura.

    Kemudian untuk Pertambangan Emas, Perak, Tembaga, dsb lebih parah lagi. Perusahaan Asing mendapat bagian terbesar (85%) sementara 240 juta rakyat Indonesia harus puas dengan bagian kecil 15%.

    Baca selengkapnya di:
    http://media-islam.or.id/2009/03/31/sistem-ekonomi-islam-yang-pro-rakyat/

  4. teruskan perjuanganmu . . .
    karena pertolongan Allah hanya akan datang hanya kepada orang-orang yang beriman, tetapi juga yang beramal sholeh (Q.S. An-nur:55). leh karena itu amalan islam jangan hanya sebatas ibadah ritual belaka, tetapi melingkupi ekonomi, politik, dan budaya . . karena kita diperintahkan masuk kedalam islam secara keseluruhan dengan tidak mengambil hukum yang lain dan mengabaikan hukum-hukum yang lain.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*