Fenomena golput akan terulang lagi pada Pemilihan Legislatif dan Pilpres tahun ini. Kecenderungan ini jelas terbaca dari Pilkada-pilkada yang telah digelar di daerah-daerah. Tingkat ketidakpercayaan masyarakat pada partai-partai yang adalah yang menjadi penyebabnya. Ketidakpercayaan rakyat telah mencapai titik nadir, bahkan berubah menjadi apatisme. Mereka mulai menyadari, tak ada perubahan yang berarti pada kehidupan mereka pasca Pemilu. Mereka tetap miskin dan sengsara, sementara orang-orang dan partai-partai yang mereka pilih malah asyik berebut kue kekuasaan.
Wacana golput mengemuka ketika Pemerintah berupaya melakukan apapun agar tingkat pertisipasi rakyat kembali tinggi. Kampanye pemakaian hak pilih sebagai indikator partisipasi untuk membentuk masa depan bangsa pun mereka gembor-gemborkan. Seakan-akan, orang yang golput adalah orang yang tidak peduli, egois dan melakukan keharaman yang bertentangan dengan ajaran agamanya. Bahkan mereka tidak sungkan meminta dukungan para ulama. Partai-partai politik pun berlomba-lomba menggali dukungan dari rakyat. Dengan dalih memilih terbaik dari sekian yang jelek, akan lebih baik daripada tidak memilih sama sekali. Argumen-argumen di atas tentu perlu dicermati karena menyesatkan umat; seakan-akan pesta demokrasi menjadi satu-satunya solusi permasalahan kompleks negara ini. Padahal ada solusi yang jauh lebih baik yang datang dari Allah SWT, yakni melalui penerapan syariah-Nya secara total di negeri ini. Pembodohan seperti ini tentu harus segera dihentikan dengan mencerdaskan rakyat dengan tsaqâfah Islam.
Tidak memilih bukan berarti tidak peduli terhadap masa depan bangsa. Keberadaan sistem demokrasi-kapitalistiklah penyebab golput, bukan karena apatisme atau ketidakpedulian. Dengan semakin cerdasnya umat tentang masalah politik versi Islam, bahwa politik berarti memikirkan urusan mereka dengan ayariah sebagai solusinya, umat akan merasa nasibnya akan pasti berubah lebih baik dengan syariah. Umat akan berjuang mati-matian, berupaya membuat syariah sebagai solusi masalah kehidupan mereka.
Ketidakpercayaaan rakyat akan menjadi peluang bagi kita para pejuang syariah untuk mendulang dukungan dari mereka. Perlu perjuangan ekstra keras untuk memberi mereka pendidikan politik yang benar. Selama kita berpegang pada penegakan syariah melalui institusi Khilafah sebagai penerapnya dan pengubah nasib rakyat yang akan semakin sejahtera, pertolongan Allah pasti akan datang. [Irawati Tri Kurnia; Warga Kendangsari, Surabaya-Jatim]