‘Tragedi Situ Gintung’ Bukti Kelalaian Penguasa

[Al-Islam 449] Berita sedih sekaligus perih tiba-tiba kembali menyayat hati kita. Untuk ke sekian kali, suasana duka-lara menyelimuti bangsa ini. Setelah rentetan musibah dan bencana beberapa waktu lalu yang mulai mereda, kita kembali dikagetkan oleh sebuah bencana yang menebarkan kengiluan dan kepiluan yang sama: ‘Tragedi Situ Gintung’.

Ledakan besar menandai ambrolnya tanggul sisi timur Situ Gintung Ciputat, Jumat subuh 27 Maret lalu; menggelentorkan 200 juta meter kubik air danau ke tiga kampung dan perumahan warga di bawahnya. Menurut catatan Depkes, sampai Sabtu malam (28/3), ‘tsunami kecil’ itu telah menewaskan sedikitnya 91 orang, 107 lainnya hilang, 183 rumah hancur lebur dan lima unit mobil rusak parah. “Ini bencana,” tandas Wapres Jusuf Kalla, tatkala meninjau lokasi musibah pada hari kejadian.

Ya. Seperti dikemukakan Ridwan Saidi, penulis buku Bencana Bersama SBY yang diluncurkan pada 11 Maret 2009 di Jakarta, dalam periode kekuasaan SBY-JK yang hampir genap 5 tahun telah terjadi paling tidak 400 bencana alam. Yang terbesar adalah musibah tsunami NAD-Sumut pada 26 Desember 2004, dan gempa DIY-Jateng 27 Mei 2006.

Dalam bukunya Ridwan Saidi menuturkan, rentetan bencana alam yang mengakrabi Indonesia merupakan peringatan dari Allah SWT terhadap bangsa ini yang membiarkan semakin terjadinya kerusakan dan kemaksiatan.

Memang, seperti dikemukakan Presiden SBY, secara alamiah Indonesia adalah negeri yang sangat rawan bencana. Merujuk pada perhitungan Walhi (Wahana Lingkungan Hidup), secara natural 83% wilayah Indonesia berpotensi bencana. Misalnya, gempa bumi dan letusan gunung berapi. Kondisi ini ditambah dengan kenyataan bahwa 2/3 wilayah Indonesia adalah lautan, yang memungkinkan rawan gempa dibarengi intaian tsunami. Sejarah membukukan, sejak 1820 Nusantara sudah diguncang gempa dan tsunami.

Namun, lanjut Walhi, selain karena faktor alamiah, bencana lebih banyak lantaran ulah manusia. Dalam berbagai bencana, faktor alam hanyalah salah satu penyebab dengan proporsi yang kecil. Faktor terbesar justru datang dari ketidakmampuan penguasa dalam mengurus alam serta meremehkan ancaman bencana. Kondisi lingkungan hidup yang semakin rusak menambah percepatan terjadinya bencana.

Dalam situasi seperti itu, tulis Walhi, penguasa tidak melakukan upaya sungguh-sungguh membangun suatu sistem kesiap-siagaan dalam menghadapi bencana. Negara gagal membangun sistem pendidikan yang memasukkan perspektif kerentanan bencana dalam kurikulum; gagal melakukan sosialisasi terhadap ancaman bencana; gagal melindungi lingkungan dari laju kerusakan; dan gagal dalam melakukan fungsi pengawasan terhadap kegiatan yang potensial menimbulkan bencana ekologis, seperti dalam tragedi ‘Lumpur Lapindo’ di Sidoarjo, Jawa Timur.

Ketidakseriusan Pemerintah dalam mengelola politik dalam negeri, membuat 98% rakyat Indonesia berada pada posisi rentan terhadap ancaman bencana. Lantaran terbodohkan dan termiskinkan, jutaan rakyat hidup melata di pinggiran sungai, lereng gunung, perbukitan, kolong jembatan, pinggir rel kereta api, seputar tempat pembuangan sampah dan berbagai tempat berbahaya lainnya. Mereka berebut tempat dengan kecoa, kelabang, ular, buaya, macan atau gajah yang merupakan pribumi habitat tersebut.

Dalam keadaan seperti itu, sedikit saja terjadi gejala alam seperti gempa atau longsor, ancaman akan berubah menjadi petaka yang merenggut korban jiwa dan harta rakyat.

Tragedi Situ Gintung ini bukti yang ke sekian kalinya. Bendungan yang dibangun Belanda pada 1932 ini, kerusakannya sudah dikeluhkan dan dilaporkan warga sejak 2 tahun lalu kepada Dinas Perairan setempat. Namun, menurut Marwanto, warga Kampung Cirendeu, laporan tak ditanggapi. Bahkan pada November 2008, luberan air Situ pernah terjadi dan segera pula dilaporkan masyarakat, tetapi tetap dianggap sepele saja oleh pemda setempat.

Di sisi lain, lahan hijau penopang keliling Situ terus saja berubah menjadi permukiman dan areal bisnis, sementara kondisi tanggul kian membahayakan lantaran hanya berupa tanah tanpa beton. Hal ini diakui Departemen PU pada 2007, bahwa telah terjadi alih fungsi kawasan Situ se-Jadebotabek; dari total luas 193 situ di Jabodetabek sekitar 2.337,10 hektar, hanya tinggal 1.462,78 hektar saja. Hanya 19 situ yang kondisinya masih baik.

Direktur Eksekutif Nasional Walhi, Berry Nahdian Forqan, juga mengkritik lemahnya koordinasi antar-Pemda di wilayah Jabodetabek untuk memulihkan kawasan hulu dan wilayah tangkapan air, khususnya untuk kawasan DAS Ciliwung dan Cisadane.

Bahkan dalam tragedi Situ Gintung, terkesan penguasa Banten dan DKI saling lempar tanggung jawab. Penelantaran wilayah perbatasan antar-propinsi seperti kawasan Ciputat ini memang khas Indonesia.

Akhirnya, tidak aneh jika Andre Victhek, novelis dan senior fellow di Oakland Institute Amerika Serikat, dalam tulisannya di The International Herald Tribune dan The Financial Times edisi 12 Februari 2007, menyatakan bahwa bencana beruntun yang menewaskan ribuan orang Indonesia lebih merupakan ‘pembunuhan massal’ ketimbang tragedi bencana alam.

Pemimpin Amanah

Umar bin al-Khaththab ra., saat menjadi khalifah, begitu terkenal dengan kata-katanya yang menunjukkan kapasitasnya sebagai seorang penguasa agung (al-imâm al-a’zham): “Seandainya ada seekor keledai terperosok di kota Bagdad karena jalan rusak, aku khawatir Allah SWT akan meminta pertanggungjawaban diriku di Akhirat nanti.”

Demikianlah keagungan Khalifah Umar ra. Jangankan manusia, nasib seekor binatang sekalipun tak luput dari bahan pemikiran, perhatian dan tanggung jawabnya. Khalifah Umar ra. membuktikan ucapannya. Sepanjang sejarah kepemimpinannya, telah banyak riwayat yang menunjukkan betapa tingginya kepedulian beliau terhadap rakyatnya. Beliau, misalnya, setiap malam selalu berkeliling untuk mengontrol keadaan rakyatnya. Beliau tak segan-segan memanggul sendiri gandum di atas pundaknya untuk diberikan kepada seorang janda dan keluarganya saat diketahui bahwa mereka sedang kelaparan. Padahal saat itu beliau adalah seorang penguasa besar dengan kekuasaan yang membentang sepanjang jazirah Arab, Timur Tengah, bahkan sebagian Afrika.

Beliau, dengan penuh kasih-sayang dan tanggung jawabnya, juga pernah membebaskan pungutan jizyah dari seorang Yahudi tua yang miskin dan telah sebatang kara, sekaligus menjamin kehidupannya.

Jika Khalifah Umar bin al-Khaththab ra. begitu gelisah memikirkan seekor keledai karena khawatir terperosok akibat jalanan rusak, bagaimana dengan para penguasa sekarang? Meski ribuan ruas jalan rusak, bahkan sebagiannya rusak parah, dan telah menimbulkan banyak korban jiwa, para penguasa sekarang seolah tidak peduli. Banyak jalanan rusak tidak segera diperbaiki, seperti sengaja menunggu korban lebih banyak lagi.

Meski banjir sering datang menghampiri, para penguasa juga seperti tak ambil pusing. Hutan-hutan tak segera ditanami, bahkan yang ada terus digunduli; seolah menunggu korban lebih banyak lagi akibat wabah banjir yang tak terkendali.

Demikian pula, meski semburan Lumpur Lapindo telah mengubur sekian desa dan telah berlangsung lebih dari dua tahun, Pemerintah seakan-akan sudah tidak lagi memiliki nurani; membiarkan masyarakat yang menjadi korban menderita lebih menyakitkan lagi.

Ironisnya, janji-jani manis untuk rakyat tetap mereka lontarkan di saat-saat kampanye Pemilu tanpa rasa malu; seolah-olah mereka menganggap rakyat buta dan tuli atas kelalaian, ketidakamanahan, bahkan kelaliman mereka terhadap rakyat selama mereka berkuasa. Mereka tetap percaya diri untuk maju dalam Pemilu demi sebuah mimpi: menjadi penguasa. Mereka seolah tidak peduli dengan sabda Baginda Nabi saw.:

«إِنَّكُمْ سَتَحْرِصُونَ عَلَى اْلإِمَارَةِ وَإِنَّهَا سَتَكُونُ نَدَامَةً وَحَسْرَةً فَنِعْمَتِ الْمُرْضِعَةُ وَبِئْسَتْ الْفَاطِمَةُ»

Kalian akan berebut untuk mendapatkan kekuasaan. Padahal kekuasaan itu adalah penyesalan pada Hari Kiamat; nikmat di awal dan pahit di ujung (HR al-Bukhari).

Mereka jauh berbeda dengan Abu Bakar ash-Shiddiq atau Umar bin al-Kththab ra. Diriwayatkan, sebelum diminta menjadi khalifah menggantikan Rasulullah, Abu Bakar ra. mengusulkan agar Umarlah yang menjadi khalifah. Alasan beliau, karena Umar ra. adalah seorang yang kuat. Namun, Umar ra. menolaknya, dengan mengatakan, ”Kekuatanku akan berfungsi dengan keutamaan yang ada padamu, wahai Abu Bakar.” Lalu Umar membaiat Abu Bakar sebagai khalifah, yang kemudian diikuti oleh para sahabat lain dari Muhajirin dan Anshar.

Dari dialog ini dapat kita pahami bahwa generasi awal Islam, yang terbaik itu, memandang jabatan seperti sesuatu yang menakutkan. Mereka berusaha untuk menghindarinya selama masih mungkin.

Keberatan para Sahabat dulu untuk menjadi pemimpin karena mereka mengetahui konsekuensi dan risiko menjadi pemimpin. Mereka begitu memahami banyak hadis Nabi saw. tentang beratnya pertanggungjawaban seorang pemimpin di hadapan Allah pada Hari Akhirat nanti. Wajarlah jika Umar bin Abdul Aziz sampai mengurung di kamarnya begitu lama seraya menangis sesaat setelah umat membaiatnya menjadi khalifah, meski ia telah berusaha keras menolaknya. Yang selalu menghantui pikirannya tidak lain adalah, betapa beratnya nanti ia mempertanggungjawabkan kepemimpinannya di hadapan Allah SWT di Hari Akhir nanti.

Apalagi Rasulullah saw. jauh-jauh hari telah memperingatkan para penguasa yang lari dari tugas dan tanggung jawabnya sebagai pelayan rakyat dan tidak bekerja untuk kepentingan rakyatnya, dengan sabda beliau:

«مَنْ وَلاَّهُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ شَيْئًا مِنْ أَمْرِ الْمُسْلِمِينَ فَاحْتَجَبَ دُونَ حَاجَتِهِمْ وَخَلَّتِهِمْ وَفَقْرِهِمْ احْتَجَبَ اللَّهُ عَنْهُ دُونَ حَاجَتِهِ وَخَلَّتِهِ وَفَقْرِهِ»

Siapa saja yang diberi oleh Allah kekuasaan untuk mengurus urusan kaum Muslim, kemudian tidak melayani mereka dan memenuhi kebutuhan mereka, Allah pasti tidak akan melayani dan memenuhi kebutuhannya (HR Dawud).

Dalam sejarah ulama salaf, diriwayatkan bahwa Khalifah Umar bin Abdil Aziz dalam setiap shalat malamnya sering membaca firman Allah SWT berikut:

*] احْشُرُوا الَّذِينَ ظَلَمُوا وَأَزْوَاجَهُمْ وَمَا كَانُوا يَعْبُدُونَ (٢٢)مِنْ دُونِ اللَّهِ فَاهْدُوهُمْ إِلَى صِرَاطِ الْجَحِيمِ (٢٣)وَقِفُوهُمْ إِنَّهُمْ مَسْئُولُونَ (٢٤)[

(Kepada para malaikat diperintahkan): Kumpulkanlah orang-orang yang lalim beserta teman sejawat mereka dan sesembahan yang selalu mereka sembah selain Allah. Tunjukkanlah kepada mereka jalan ke neraka. Tahanlah mereka di tempat perhentian karena sesungguhnya mereka akan dimintai pertanggungjawabannya. (QS ash-Shaffat [37]: 22-24)

Beliau mengulangi ayat tersebut beberapa kali karena merenungi besarnya tanggung jawab seorang pemimpin di akhirat, di hadapan Hakim Yang Mahaagung, Allah SWT. Lalu bagaimana dengan para pemimpin yang tidak amanah saat ini?! Wallâhu a’lam []

KOMENTAR AL-ISLAM:

Sri Mulyani: Dunia Siapkan Sistem Keuangan Baru (Mediaindonesia.com, 31/3/2009).

Selama bukan sistem keuangan Islam, sistem baru itu pasti bermasalah.

17 comments

  1. Setuju bahwa kini banyak pengusa yang lupa bahwa kelak mereka akan diminta pertanggungjawabun Allah SWT,.

  2. TERAPKAN SYARIAH, INDONESIA BERKAH !!!
    Situ Gintung perwujudan mata rantai kemaksiatan Penguasa dan pengusung Demokrasi Sekuler yang mengorbankan Umat.

  3. Aslm..
    Bencana yang sering terjadi akhir2 ini akibat dari penguasa yang tidak menerapkan syariat Islam. Sejak khilafah runtuh, penguasa di dunia berlomba-lomba untuk mendapatkan kekuasaan semata… Untuk itu, teruslah berjuang saudara2ku demi tegaknya syariat Islam melalui naungan Khilafah di muka bumi.
    Allahu Akbar…3x
    Wslm..

  4. Ini adalah peringatan Allah untuk kesekian kalinya…Agar umat segera menerapkan sistem Islam yang diridhai Allah yang bersumber dari Al Quran dan Al Hadist, bukan menerapkan sistem kufur seperti saat ini…Terapkan Syariah Tegakkan Khilafah…AllahuAkbar 3x…

  5. Ya…Allah dengarkanlah doa kami sebagai rakyat yang terdzalimi:
    Kami rindu khilafah, berikanlah kami kekuatan dan pertolongan-Mu untuk mendirikannya kembali..kami ingin hidup dengan syariat-Mu, bimbinglah kami untuk menegakkannya kembali dengan jalan yang diridloi-Mu dan bukan dengan jalan kebatilan…amiin.

  6. ya, ingatlah hari esok dimana kaki2 manusia tak akan bergeser dari hadapanNya hingga selesai apa2 yg harus dipertanggungjawabkan.

  7. Ya Allah sadarkanlah pemimpin kami agar mereka takut akan siksa Engkau di akhirat, dan berprilaku sesuai dengan tuntunan Engkau ( Alquran dan Hadist), sehingga bencana jauh dari kami. Amin

  8. yuuuup, tullllz bgt. emang tragedi situ gintung ini bisa juga disebabkan kelalaian dan kesalahan-kesalahan para manusia di muka bumi Indonesiaku ini. para penguasa, para wakil rakyat, maupun rakyat Indonesia sendiri. marilah kita semua kembali pada syariat islam, menjalankan kehidupan ini berdasar Islam. meninggalkan semua kemaksiatan agar Allah selalu dekat dengan kita. agar Allah sayang ma kita.pokoknya intinya mari kita bertobat bareng-bareng. hilangkan semua sombong dan gengsi kita. ga peduli masyarakat, atopun para penguasa dan pejabat negara. mari kita bertobat. Allah Maha Pengampun dan Maha Penyayang umatnya. Mudah-mudahan ini musibah terakhir yang dialami masyarakat Indonesia. Amiiiiinnnnnnnn…………

  9. penguasa sibuk berkampanye melupakan urusan rakyat. inilah bukti kerusakan demokrasi. ditengah janji manis yang ditebar tragedi situ gintung jadi tamparan keras di wajah mereka. seharusnya mereka malu

  10. Oleh karena itu segera marilah kita lebih berusaaha untuk menegakan kembalinya khilafah agar berbagai bencana ini tidak akan datang ke negeri yang kita cintai ini yaitu bumi indonesiaku ini.

  11. Siapa saja yang diberi oleh Allah kekuasaan untuk mengurus urusan kaum Muslim, kemudian tidak melayani mereka dan memenuhi kebutuhan mereka, Allah pasti tidak akan melayani dan memenuhi kebutuhannya (HR Dawud).

    SARAN UNTUK PARA CALON PEMERINTAH SISTEM SEKULAR,, KALIAN SIBUK DENGAN KAMPANYE KALIAN. TAI KALIAN MALAH MELUPAKAN NASB RAKYATMU YANG SEDANG MEMDERITA.. ITU KAH JANJI KALIAN?? KALAU MEMANG G ‘MAMPU’ G USAH SOK2N NYALONIN DIRI.. SEMUA PERBUATAN, TINDAKAN, DAN KEBIJAKAN YANG KALIAN LAKUKAN AKAN MENDAPAT BALASAN YANG SETIMPAL.. SEPERTI ITUKAH POLITIK???
    SYARIAH ISLAM TIDAK DAPAT DITERAPKAN SECARA KAFFAH TANPA ADANYA SEBUAH INSTITUSI YANG MEMPERJUANGKAN SYARIAH ISLAM.. YAKNI DAULAH KHILAFAH ISLAMYAH

    ALLAHUAKBAR!!!!!!

  12. Semoga rakyat ini segera tersadar dengan segala kerusakan yang dilakukan penguasa

    Tanpa sistem islam…kerusakan semakin merajalela

    Ya Allah tegakkanlah kembali Khilafah islamiyah sesuai janji Mu

  13. ya….telah jelas kerusakan dibumi adalah karena tangan2 manusia itu sendiri….tapi manusia tidak sadar apa yang mereka lakukan ….hanya bisa saling tuding siapa yang salah……..jelas jika peraturan yang seperti sekrng ini yang dikerjakan maka perlahan akan hancur…lebur…
    Hanya peraturan haqiqi Nya lah yang bisa mendamaikan semua…Syariat Islam yang Allah ciptakan lah yang berhak mengatur…bukan aturan yang dibuat oleh tangan2 kotor manusia-manusia yang tak punya harga diri sebagai hamba….

  14. celakalah mereka! para penguasa dzalim itu. seluruh rakyat mendoakan keburukan pada mereka, tetapi mereka masih terus saja menerapkan sistem kufur ini. Allah akan membalas berpuluh kali lipat dari apa yang mereka lakukan pada rakyat mereka di akhirat nanti. Allahu Akbar!!!

  15. saatnya kita kembali kepada syariah dan khilafah, sehingga kita bisa terhindar dari berbagai bencana yang disebabkan ulah tangan manusia yang tidak lain adalah kemaksiatan yang dilakukan oleh para penguasa negeri kita dan sebagai peringatan kepada umat manusia yang telah berpaling dari aturaNya..Allahu akbar!!!

  16. yup’ seperti yang qt tau…semua ini pasti ada kesalahan terbesar manusia… karna Allah tidak akan berkehendak menghancurkan alam selain atas ridha Nya…
    mungkin masyarakat yang menjadi korban kurang mensyukuri nikmat yang ada..
    sebagai kasih sayang’y Allah t’hadap kita semua.. ini adalah suatu ujian yang di berikan Allah..agar kita semua menambahkan rasa cinta kita kpd Allah..dan bertambah suatu wujudagar kita ttp b’ibadah kpd Allah…..

  17. semua yang terjadi saat ini merupakan peringatan bagi kita semua di mana kita telah lalai, lebih menyibukkan diri dengan urusan dunia di mana semua orang berlomba-lomba untuk menjadi penguasa demi untuk mencapai popularitas & kedudukan tanpa mereka sadari jika suatu saat nanti dihadapan Allah SWT semua itu akan dipertanyakan…….. yang bisa kita lakukan adalah kuatkan akidah jangan menjadi orang yang tamak, semoga Allah memberikan Petunjuk-Nya bagi kita semua…………

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*