HTI

Cover (Al Waie)

Demokrasi Sistem Kufur (Cover)

Assalâmu‘alaikum wa rahmatullâhi wa barakâtuh.

Pembaca yang budiman, secara teoretis maupun praktis, demokrasi layak digugat, khususnya oleh kaum Muslim yang puluhan tahun berada dalam naungan sekularisme yang melahirkan sistem demokrasi ini. Secara teoretis, demokrasi meniscayakan kedaulatan rakyat. Ini jelas bertentangan dengan akidah kaum Muslim, yang menyatakan bahwa kedaulatan (yakni kekuasan untuk membuat hukum) hanya ada pada Allah Swt. Adapun secara praktis, demokrasi ternyata bertentangan dengan dirinya sendiri. Sebab, pada faktanya, dalam sistem demokrasi, baik di Barat maupun di Timur, termasuk di negeri-negeri Islam, yang berdaulat sesungguhnya bukanlah rakyat; tetapi elit wakil rakyat, elit parpol atau elit para pemilik modal.

Dalam banyak hal, demokrasi juga sering diskriminatif terhadap umat Islam. Slogan kebebasan dan persamaan hanyalah omong-kosong jika menyangkut umat Islam. Demokrasi yang katanya bisa menjadi ‘alat’ untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat, pada faktanya juga bohong. Yang terjadi, demokrasi sering diperalat oleh kelompok elit masyarakat (elit wakil rakyat, elit parpol dan elit para pemiliki modal) untuk memperkaya diri mereka sindiri sembari melupakan bahkan menindas rakyat.

Karena itulah, demokrasi sesungguhnya sudah ‘cacat sejak lahir’ dan tidak akan pernah tumbuh secara ideal sampai kapan pun, termasuk di Amerika Serikat sebagai gembong demokrasi.

Karena itu pula, jika hingga saat ini kaum Muslim masih terbuai dengan ilusi demokrasi semacam ini, bahkan menikmatinya, maka sudah saatnya mulai sekarang segera mencampakkannya. Kaum Muslim harus kembali pada sistem Islam, kembali pada syariah, kembali dalam naungan Khilafah Islamiyah; sebagaimana selama berabad-abad pernah dialami oleh generasi kaum Muslim terdahulu. Hanya dengan itulah, kemuliaan kaum Muslim di dunia maupun di akhirat bisa diraih.

Itulah tema utama al-Wa’ie edisi kali ini. Selamat membaca!

Wassalâmu‘alaikum wa rahmatullâhi wa barakâtuh.

12 comments

  1. Quote [Karena itulah, demokrasi sesungguhnya sudah ‘cacat sejak lahir’ dan tidak akan pernah tumbuh secara ideal sampai kapan pun, termasuk di Amerika Serikat sebagai gembong demokrasi]
    SETUJU !! Bagaimana mugkin sistem cacat seperti itu terus menerus diadopsi dan dilanggengkan??

  2. sudah terbukti bertahun-tahun bahwa sistem demokrasi tidak mampu membawa perubahan signifikan, sekalipun gonta-ganti pemimpin. Oleh karena itu harus segera ganti dengan sistem islam. bisa dibuktikan

  3. putu swastika

    SIPILIS dan segala bentuk model dan sistemnya memang merupakan sistem kufr yang harus diberantas dari jiwa setiap Muslim. Untuk itu siap yang paham syariah dan Islam, maka tentu ia akan siap untuk memberantas segala bentuk kerusakan yang diakibatkan dari sistem kufr tersebut dan berjuang bersama Hizbut Tahrir -yang dirahmati Allah- untuk menegakkan Khilafah Islamiyyah dari bagian barat dunia hingga bagian timur dunia, dari bagian selatan dunia hingga bagian utara dunia hingga Islam datang bersama orang-orang yang datang dengan membawa bendera panji kemenangan Islam atas orang-orang Kafir.

  4. Mulyandi_Rasyidiq

    Karena itu, sudah seharusnya seorang Muslim membuang jauh-jauh konsep demokrasi dan menyandarkan segala sesuatu hanya pada syariah. Cukuplah al-Quran dan as-Sunnah saja yang kita jadikan rujukan dalam segala aktivitas kita.

  5. he he emang bahkan da cacat sejak di kandungan. Demokrasi itu konsep yang nggak mampu ngatur org yang mati apalagi buat ngantur orang hidup.

  6. sudah banyak bukti bahwa demokrasi penuh kecacatan, contoh, demokrasi di Amerika telah dikondisikan sedemikian rupa sehingga hanya capres pro-israel yang akan terpilih. contoh lain, Hamas yang menang di Palestina tidak diakui oleh amerika dan israel. Dulu Masyumi sempat berkibar di Jakarta, mengalahkan PKI toh meski banyak pendukungnya partai masyumi dibubarkan juga.

  7. saya baca berita bahwa perputaran uang di pemilihan legislatif saja berkisar Rp. 5,5 trilyun, termasuk buat bayar bikin spanduk, baliho, dan penyanyi dangdut.

    5,5 trilyun..mmm…..

  8. saya baca berita bahwa perputaran uang di pemilihan legislatif saja berkisar Rp. 5,5 trilyun, termasuk buat bayar bikin spanduk, baliho, dan penyanyi dangdut.

    bayangkan 5,5 trilyun..mmm…..bayangkan kalo dijadikan bangunan sekolah, puskesmas, ternak bagi petani, atau bantuan lainnya…

  9. ya alloh tolonglah agama yg kau ridhoi ini.
    amin..

  10. parah banget itu perputaran duit kalo memang bener dipake hal – hal seperti “penyanyi dangdut”

    Pantesan negara kita isinya pejabat yg seneng nge-bodor !!!!

  11. kalo belum bisa ya tambah sosialisasi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*