Pemilu Legislatif dan Pilpres sebentar lagi akan diadakan. Suhu politk semakin memanas. Dimana-mana perang atribut partai dan poster caleg mewarnai sudut kota. Padahal seberapa banyak atribut yang dipasang, tidak akan menjamin mereka akan dipilih oleh rakyat. Karena rata-rata platform para caleg hampir sama dan rakyat semakin merasakan setiap kali Pemilu tidak ada perubahan pada nasib mereka, maka rakyat cenderung apatis. Ujung-ujungnya, jumlah golput menggelembung tinggi.
Pemilu sejatinya adalah uslûb. Hukumnya mubah, boleh-boleh saja digunakan. Namun, jika digunakan untuk melegalisasi hukum buatan manusia yang jelas-jelas bertentangan dengan syariah-Nya, jelas ini menjadi masalah. Pemilu untuk mengemban ide demokrasi yang jelas menyengsarakan rakyat haram dilakukan. Demokrasi adalah ide pembodohan terhadap umat, seakan-akan kepentingan mereka diperjuangkan, padahal hanyalah kepentingan investorlah yang diutamakan.
Jika Pemilu dimanfaatkan untuk memilih siapa saja anggota majelis syura dan untuk memilih pemimpin negara Islam—seorang khalifah yang akan menjalankan syariah dalam sistem Khilafah Islamiyah—maka Pemilu yang seperti ini menjadi lain cerita. Melalui Pemilu yang seperti inilah, jelas nasib rakyat akan berubah; dari sengsara menjadi sejahtera.
Walaupun pada faktanya rakyat yang Muslim belum tahu betul tentang fakta syariah dan Khilafah, mereka sudah mulai cerdas dalam menentukan pilihan. Ini terbukti dengan tingginya prosentase golput dalam Pilkada-pilkada akhir-akhir ini. Ini menunjukkan bahwa mereka sadar, partai politik dan calon pemimpin sekarang hanya bisa mengobral janji, tetapi tidak ada yang dipenuhi saat mereka terpilih dan menjabat. Janji peningkatan kesejahteraan untuk perubahan nasib rakyat tidak kunjung terwujud walau sudah silih berganti pemimpin. Walaupun tidak dipungkiri tidak sedikit pula rakyat yang golput karena apatis, maka kita sebagai pejuang syariah hendaknya menganggap ini adalah sebuah peluang besar. Ini karena kepercayaan rakyat terhadap pemimpinnya sejatinya sudah terputus. Mereka sudah menganggap tidak ada yang bisa diharapkan dari pemimpin yang ada. Tinggal kita harus menggencarkan bahwa harapan satu-satunya, yang pasti melindungi dan menyejahterakan mereka, hanya yang datang dari Pencipta mereka, Allah, Zat Yang Mahatahu. Itulah syariah dan Khilafah. Kapitalisme sudah diujung tanduk. Saatnya Khilafah Memimpin Dunia. Allahu Akbar! [Irawati TriKurnia; Warga Kendangsari Surabaya-Jatim]
Pemilu Mengokohkan Sekularisme –> Sekularisme: Pemasungan Ajaran Islam –> Menolak Syariat, Menuai Laknat –> Menuai Kesengsaraan dan Kehinaan dunia dan akherat. Itukah yang kita mau?
Inilah bukti bobroknya sistem demokrasi !!!!!
Capres Ditangkap Pesta Sabu di Hotel
Jakarta – Tertangkap basah tengah berpesta sabu di Hotel Maharaja, Jalan Kapten Tendean, Mampang, Jakarta Selatan, Rabu (22/4), seorang calon presiden(capres) Gerindra berinisial PS beserta dua rekannya, masing-masing berinisial TT dan VA, ditangkap anggota Satuan Unit Narkoba Polres Metro Jakarta Selatan.
Keterangan yang diperoleh SH menyebutkan, penangkapan bermula dari informasi yang diterima petugas. Informasi itu menyebutkan adanya pesta sabu-sabu di kamar 647 dan 649 yang saling terhubung melalui connecting door.
Informasi tersebut kemudian ditindaklanjuti petugas yang akhirnya menangkap basah ketiganya sedang mengonsumsi sabu-sabu. Dari kedua kamar tersebut, petugas menyita barang bukti beberapa gram sabu-sabu, bong, dan kertas timah. PS dan kedua temannya kemudian digelandang ke Polda Metro Jaya untuk menjalani pemeriksaan lebih lanjut.
Direktur Narkoba Polda Metro Jaya Kombes Arman Depari yang dihubungi SH, Kamis (23/4) pagi, membenarkan penangkapan tersebut. “Kasusnya saat ini ditangani Polres Metro Jakarta Selatan,” ujarnya.
Sumber SH di Polda Metro Jaya mengatakan, PS adalah ketua dewan pembina partai gerindra yang menjadi capres. Kedatangan PS ke hotel ini adalah untuk keperluan persiapan penggalangan dukungan untuk pilpres 8 juli mendatang, yang ternyata diselingi pesta shabu shabu.
Copyright © Sinar Harapan 2009