Assalâmu‘alaikum wa rahmatullâhi wa barakâtuh.
Pembaca yang budiman, sadar atau tidak, dalam berpolitik saat ini masyarakat yang mayoritas Muslim sudah lama melepaskan ikatan-ikatan ruhiahnya. Hukum-hukum syariah tidak lagi dianggap sakral. Halal-haram tidak lagi menjadi pedoman. Pahala dan dosa sudah lama ditanggalkan. Yang ada hanyalah manfaat-madarat, untung-rugi, dan siapa mendapat apa.
Tidak aneh jika di tingkat elit, misalnya, koalisi antartokoh dan antarparpol pijakannya bukan lagi agama/ideologi, tetapi sekadar bagi-bagi kue kekuasaan. Itu berlaku baik bagi tokoh/parpol sekular ataupun tokoh/parpol Islam. Di tingkat akar rumput tak jauh beda. Saat mereka dihadapkan pada Pemilu, misalnya, pertimbangan hal-haram sudah lama dicampakkan.
Baik elit politik maupun masyarakat secara umum juga seolah tidak paham, bahwa kepemimpinan selalu terkait dengan dua hal: pemimpin dan sistem yang digunakan untuk memimpin. Sayangnya, karena kesadaran politik umat yang rendah, mereka tidak bisa menangkap hal ini. Sekularisme sukses membius mereka untuk melupakan segala hal yang berbau kritikan dan gugatan terhadap sistem yang ada. Mereka lalu digiring ke alam bawah sadar, bahwa yang dibutuhkan sekarang cukup pergantian pemimpin.
Terkait dengan itu, Pemilu Presiden sebentar lagi digelar. Dengan menganggap kepemimpinan hanya menyangkut sosok pemimpin, masyarakat lagi-lagi bakal memilih para penguasa sekular; para penguasa yang tidak akan mau menerapkan syariah Islam. Jelas, karena ketiga pasangan calon presiden-wapres yang ada tidak satu pun yang mengusung syariah Islam. Haruskah hal ini setiap kali berulang?
Tentu tidak! Saatnya umat bangkit! Saatnya umat sadar, bahwa hanya kepemimpinan Islamlah (baik menyangkut sosok maupun sistemnya) yang bakal mewujudkan setiap harapan.
Itulah tema utama al-Wa’ie edisi kali ini. Selamat membaca!
Wassalâmu‘alaikum wa rahmatullâhi wa barakâtuh.
ya setuju banget coz dalam sistem kufur ini qt kaum muslimin hanya dimanfaatkan untuk di ambil suaranya setelah itu goodbye n keputusan yang di buat selalu tidak berpihak kepada umat islam ex. ahmadiyah yang sekarang masih eksis padahal sudah menjadi racun dalam akidah kaum muslimin de el el.ngga la yaw tertipu lagi, aku lebih takut siksa Allah SWT
Saya perhatikan kandidat semuanya tidak ada yang tidak sekuler. tidak ada yang perjuangkan syariat Islam. Yang layak jadi pemimpin hanyalah yang mau menerapkan syariat Islam dengan sebenarnya. Haram mendukung penerapan sistem dan hukum kafir. Trima kasih HTI. Keep up the good work.
Fatwa Golput Haram Membingungkan PDF Print E-mail
Saturday, 07 March 2009
Assalamu ‘alaikum wr. wb.
Saya baru saja membaca MU edisi ke-6, yang banyak membahas tentang fatwa golput MUI. Sebelumnya saya hanya mendengar fatwa tersebut dari media televisi, yang secara garis besar memberitakan bahwa golput itu haram.
Tapi setelah baca isi fatwa tersebut yang dimuat MU ternyata mencantumkan syarat-syarat tertentu. Menurut saya ini adalah fatwa yang membingungkan dan ini adalah cara-cara jahil untuk melegalkan suatu “tujuan”.
Bagaimana tidak, orang awam seperti saya yang hanya mendengar fatwa itu dari televisi akan menilai bahwa akan benar-benar haram kalau tidak mencoblos, tapi sebaliknya jika fatwa itu digugat oleh orang ‘alim lainnya maka para pencetus fatwa tersebut akan mudah berdalih dengan “lihatlah fatwa tersebut, kan ada syarat-syaratnya, maka kalau memang ada calon pemimpin yang memenuhi syarat, ya fatwa itu gugur, tapi menurut kami masih ada kok calon yang amanah”.
Itulah kejahilan mereka, mereka telah mempersiapkan tameng, karena mereka sebenarnya memang telah mengetahui akan diserang jika mereka mempermainkan agama Allah.
Afdal, petani dari Bukittinggi Sumbar.
So…? solusinya?Golput? butuh pemimpin dan kelompok yang benar2…satu kata-satu perbuatan…make it real…
MUDAH-MUDAHAN, RAKYATNYA BANYAK YANG GA NYOBLOS. BIAR INTROFEKSI DIRI PARA PEMIMIMPINNYA, BAHWA RAKYATNYA SUDAH MUAK DAN BOSAN DENGAN JANJI-JANI MULUK. AMIN
Bener banget masyarakat masih rendah kesadaran Politiknya, tidak merasa didholimi sekian puluh tahun dan entah sampek kapan, tidak merasa dijadikan KELINCI PERCOBAAN oleh KEBIJAKAN PARA PEMIMPINNYA, tidak sadar dijadikan alat untuk memilih PEMIMPIN yang sebenarnya HARAM dipilih. Sukses Musuh Islam menancapkan pemikiran Sekuler ke Lubuk Kaum Muslimin harus Kita hentikan, Tiap detik menjadi amat berarti untuk berbuat penyadaran pemikiran umat, Semoga Alloh senantiasa memberi Kekuatan,Kesehatan dan Kesempatan untuk membela DIEN-NYA yang Agung ini.