Muktamar Ulama yang diselenggarakan oleh HTI di Istora 28 Rajab/21 Juli lalu selain dihadiri oleh 7000 ulama, kyai dan ustadz dari seluruh Indonesia juga dihadiri tamu delegasi ulama dari beberapa negeri Islam yang sebagian besarnya bukan dari syabab Hizb.
Redaksi al-Waie berkesempatan menyambangi delegasi ulama luar negeri sejak senin siang menjelang penyelenggaraan Muktamar dan berbincang dengan mereka. Redaksi juga mewawancarai sebagian dari mereka yang ditampilkan di al-Wa’ie kali ini.
Delegasi dari Sudan paling mudah dikenali. Disamping semuanya berkulit hitam, yang kontras dengan jubah dan sorban putih yang mereka kenakan, juga postur tubuh mereka yang rata-rata tinggi besar cukup menarik perhatian. Delegai dari Sudan sendiri sebanyak enam orang dipimpin oleh Juru bicara HT Sudan syaikh Ibrahim Utsman Abu Khalil yang pada tahun 2007 lalu menjadi salah satu pembicara pada Konferensi Internasional Khilafah di Gelora Bung Karno. Disamping beliau juga ada Ustadz Nashir Ridha (Ketua Tim Kontak Pusat HT Sudan), Syaikh Utsman al-Arzuq (Ketua Organisasi Ulama’ propinsi Qadharif, Sudan), Syaikh Muhammad al-Hasan Muhammad Thanun (Ketua DPP Jam’iyyah Anshar al-Khairiyyah), Syaikh Dr. Muhammad ‘Abdullah al-Ghibsyawi (Anggota Organiasai Ulama’ Sudan dan Dosen Universitas Islam Omdurman) yang mewakili delegasi menyampaikan pidato di Muktamar, Syaikh Yasir ‘Utsman Jadullah (Amir Jamaah al-Ikhwan al-Muslimin – al-Ishlah) dan Syaikh Dr. Muhammad Sayyid Haj (Kordinator Hubungan Luar Negeri Orgaisasi Ulama’ Sudan).
Delegasi Turki hadir sebanyak 11 orang ulama dan intelektual. Dantara mereka syaikh Sahi Merdan SARI mewakili ulama Turki menyampaikan pidato di Muktamar. Dari perbincangan ternyata beliau pernah dipenjara oleh penguasa Turki selama sepuluh tahun dan baru keluar tahun 2007 lalu. Beliau sendiri bukan dari syabab Hizb. Diantara delegasi ada juga yang berprofesi sebagai pengacara. Mereka yang termasuk delegasi Turki antara lain : Sait قAHفN, ھeyhmus ـLEK, Metin IھIK, Ahmet MEھE, Serkan KAYA, Muhammed Hanifi YAذMUR, Nihat KURTARAN, Mustafa KـاـK, Ali DفKفCف dan Celil CENGفZ. Dari kesebelas orang itu hanya Serkan KAYA dan Muhammed Hanifi YAGMUR yang merupakan syabab Hizb. Diantara mereka ada yang berasal dari anggota Hizbullah berasal dari suku Kurdi, yang pernah dipenjara selama tiga tahun. Dipenjara itulah ia belajar bahasa arab hingga cukup fasih.
Dari Lebanon dan Palestina datang delegasi sebanyak 11 orang ulama dipimpin oleh Dr. Ahmad al-Qashash, juru bicara Hizb di Lebanon, satu-satunya syabab Hizb dalam delegasi itu. Delegasi ulama Lebanon antara lain syaikh Ghassan Dib al-Ahdab, Syaikh ‘Ali Muhammad Sulaiman, al-‘Alim Khalid Salim Abdul Fattah dan beliau mewakili delegasi menyampaikan pidato, syaikh Lal Ibrahim as-Syuhaimi, dan syaikh Sami Muhammad al-Haj Ahmad. Sementara dari Palestina hadir lima orang ulama yang semuanya bukan syabab Hizb, antara lain: al-‘Alim Husain Muhammad Qasim yang mewakili delegasi menyampaikan pidato, syaikh ‘Ali Yusuf al-Yusuf, syaikh Jamal Mahmud Isma’il, syaikh Hasan Muhammad Dziyab dan syaikh Hisyam ‘Abdullah ‘Abdurrazzaq.
Diantara delegasi luar negeri ada satu sosok yang cukup dihormati oleh para delegasi yang lain. Beliau adalah syaikh Yusuf Mukharza Abu Humam, imam masjid al-Quds, berasal dari mantiqah al-Quds dan datang mewakili ulama negeri Syam. Beliau adalah syabab Hizb senior di al-Quds. Beliau mengisi kajian rutin di dua masjid yang satu selepas Shalat Subuh dan yang lain selepas Asar. Beliau harus berjuang keras untuk bisa keluar dari al-Quds menuju Yordania dan dengan segera menuju negeri ini. Dua orang teman beliau sendiri urung menghadiri Muktamar karena tidak bisa keluar.
Delegasi lain yang anggotanya cukup banyak berasal dari India, ada sekitar tujuh orang. Sayang redaksi tidak sempat mengenal satu per satu. Diantara mereka adalah Maulana Umar Faruq an-Nadawi yang berasal dari Bhopal India. Beliau mewakili delegasi menyampaikan pidato di Muktamar. Beliau sendiri bukan syabab Hizb. Anggota delegasi India lainnya ada al-‘Alim Fazhlul Rahman dan syaikh Faruq Abbas al-Khazraji, keduanya adalah syabab Hizb. Syaikh Faruq Abbas menilik namanya mungkin adalah keturunan suku Khazraj dari Madinah. Kakek beliau adalah seorang Qadhi Islam di kota Bhopal ketika masih dalam pemerintahan Islam. Beliau juga merupakan kerabat Maulana Abu al-Kalam ‘Azat salah satu motor penggerak Harakah Khilafah di India pada tahun 1920 an. Diantara delegasi itu juga ada alumni dari ma’had terkenal “Nadawat al-Ulama” yang dahulu dipimpin oleh al-Alim Sayyid Sulaiman Nadawi.
Sementara delegasi Yaman hanya dua orang yaitu : Syaikh Husain Abu Bilal yang menyampaikan pidato dan Syaikh Faishal. Dari Mesir hadir Syaikh al-’Alim Dr. Muhammad ‘Ali yang menyampaikan pidato sangat bersemangat di Muktamar. Beliau sebenarnya mengajak ulama al-Azhar namun urung hadir. Delegasi lainnya dari Aljazair sebanyak dua orang yaitu al-‘Alim Dr. Abu Abdurrahman yang menyampaikan pidato dan satu orang lagi yang menemani beliau.
Delegasi Pakistan yang yang sedianya berjumlah sekitar sembilan orang diantaranya adalah Ahmad Jan, ketua dan dosen bidang Dakwah dan Tsaqafah Islamiyah Universitas Islam Internasional Islamabad. Namun sayang semua delegasi Pakistan itu urung hadir meski sudah mengirim makalah tertulis karena dipersulit oleh KBRI di Pakistan hingga akhirnya tidak mendapat visa. Nasib yang sama juga dialami oleh delegasi dari Bangladesh. Sedianya mereka akan hadir seandainya tidak mendapat kesulitan masalah Visa dan Paspor meski semua dokumen yang diperlukan sudah lengkap. Syaikh Mamunur Rasyid, syabab Hizb senior di Bangladesh, juga sudah mengirimkan makalah yang akhirnya dibacakan oleh al-‘Alim Fazhlul Rahman. Panitia Mukatamar juga sudah mendapatkan nama-nama ulama Bangladesh yang akan hadir yang akhirnya urung, diantaranya: Syeikh Mumtaz al-Karim yang dikenal dengan Baba Hadhur (Guru Besar di Universitas swasta, Mu’inul Islam, Khagrâchari, Chittagong), Syeikh Hafidz Athaillah bin Muhammadullah Hafidzaji Hadhur (Wakil Ketua Gerakan Khilafah Bangladesh), Syeikh Abdurrabbi Yusufi (Sekjen Dewan Khilafah Bangladesh), Syeikh Muhammad Ja’farullah Khan (Sekjen Gerakan Khilafah Bangladesh), Syeikh al-Hafidz Abu Thahir Muhammad Himayatuddin (Ketua Gerakan UUD Islam, kota besar Dhaka), Syeikh Prof. M. Khalid Husein (Guru Besar di Universitas Darul Ma’arif, Chittagong), Syeikh Ruhul Amin Khan (Dekan Universitas ash-Shahabat, di Dhaka), Syeikh Muhammad As’ad Husaini (Guru Besar di Universitas Darul Quran, Sarishabari, Dhaka), Syeikh Muhammad Abidullah Abid (Khatib Masjid Jami’ di Dhaka), Syeikh Mushtafa Thariq al-Hasan (Sekretaris Gerakan Islam Bersatu), Syeikh Mukhlishur Rahman al-Qasimi (Anggota Komite Ujian Persamaan Sekolah-Sekolah Arab di Bangladesh), Mufti Muhammad Barakatullah al-Qasimi (Khathib Masjid Jami’ Mirzâpur, Dhaka), Syeikh Abu Said Nu’man (editor surat kabar Mukt Awaz), dan Syeikh Mufti Jalaluddin (Direktur Sekolah Ashgharul Ulum di Dhaka). Seandainya mereka tidak dipersulit, sungguh akan menambah keluarbiasaan Muktamar Ulama lalu yang luar biasa. [YA]