HTI

Dunia Islam (Al Waie)

Muslim Turkistan Timur: Berjihad Tanpa Henti

Sungguh, masih sangat hangat dalam ingatan tentang tragedi berdarah; pembantaian keji dan biadab yang dilakukan oleh pemerintahan Cina dan kelompok-kelompok suku Han yang didukung pemerintah. Pembantaian keji dan tidak manusiawi itu mereka lakukan terhadap kaum Muslim di Turkistan. Insiden itu bermula ketika kaum Muslim menuntut agar pelaku pembunuhan terhadap dua orang Muslim Uighur di salah satu pabrik yang dilakukan oleh kelompok suku Han segera dijatuhi sanksi. Akan tetapi, pemerintah Cina bukannya menghukum pelaku pembunuhan, tetapi justru mereka membantai kaum Muslim. Korbannya adalah orang tua, kaum perempuan dan anak-anak. Pemerintah Cina telah mengobrak-abrik rumah-rumah, menghancurkan masjid-masjid, menumpahkan darah kaum Muslim. Para orangtua yang kehilangan anak-anaknya menjerit meminta tolong. Anak-anak yatim menangis kehilangan orangtuanya. Namun demikian, para penguasa negeri-negeri kaum Muslim berdiam diri saja dan tidak merespon apa-apa; seolah-olah telinga mereka sudah tuli.

Sesungguhnya, warga Turkistan adalah kaum Muslim yang senantiasa berpegang teguh dengan agamanya. Mereka sedikit pun belum pernah melepaskannya sejak cahaya Islam sampai bersama delegasi pertama yang dikirim oleh Khalifah ar-Rasyid III (Utsman bin Affan) yang dipimpin oleh Sahabat yang mulia Hakam bin Amru al-Ghaffari pada tahun 21 H. Kemudian. Setelah itu datang kepada mereka Sang Penakluk, Panglima Muslim senior, Qutaibah bin Muslim al-Bahili pada tahun 95 H, setelah berhasil menaklukkan Turkistan Barat, yang sekarang di kenal dengan Asia Tengah: Uzbekistan, Kirghistan, Afganistan, Kazakhstan dan Turkmenistan. Setelah menaklukkan Bukhara dan Samarkan, ia bergerak ke timur menuju Tuskistan Timur hingga ia sampai ke ibukotanya, yang ketika itu adalah Kashgar, lalu ia menaklukkannya pada tahun 95 H.

Kemudian Islam tersebar dan penyebarannya terus bertambah melalui gerakan perdagangan. Turkistan dulu memberikan peran yang besar dalam perdagangan dunia. Jalur perdagangan sutera terkenal melewatinya. Cina memiliki hubungan dengan dunia maju dan negara Inggris. Begitu juga penyebaran Islam terus bertambah, ketika Kaisar China “Su” menghadapi kelompok yang memberontak kepadanya. Lalu ia meminta bantuan kepada Khalifah Abbasiyah, Abu Ja’far al-Manshur, pada tahun 139 H./756 M. yang kemudian dikirim kepadanya 4.000 tentara Muslim, lalu mereka membantu mengembalikan Kaisar untuk duduk kembali di singgasananya. Inilah yang mempermudah penyebaran Islam. Kemudian penyebaran terus bertambah, khususnya pada tahun 322 H/934 M, ketika salah seorang penguasa Turkistan Timur memeluk Islam, yang diikuti oleh masuk Islamnya sekelompok besar masyarakat. Bersamaan dengan berlalunya waktu, Turkistan kemudian menjadi salah satu pusat Islam di Asia.

Sesungguhnya penduduk Turkistan Timur (Xinjiang) merupakan para pahlawan besar. Mereka memiliki andil besar dalam penyebaran Islam. Di antaranya adalah yang dikenal dengan orang-orang Turki Utsmani. Di tangan mereka Khilafah Utsmani didirikan, yang kemudian menaklukkan Konstantinopel, mengemban Islam ke wilayah Balkan, serta membuka pintu-pintu Austria.

Sungguh, Turkistan telah dikuasai oleh Islam sepanjang beberapa abad dalam masa Kekhilafahan yang silih berganti. Ketika Khilafah dalam kondisi lemah, para wali (kepala daerah) memimpin Turkistan secara otonomi, namun hukum yang diterapkan di sana dalam setiap keadaan adalah hukum-hukum Islam. Namun kemudian, kekuatan jahat di sana bersatu, yang terdiri dari Cina, Rusia dan Inggris pada akhir-akhir Daulah Utsmani, hingga akhirnya mereka pun mampu mendudukinya.

Sesungguhnya, agresi pertama bangsa Cina terhadap Turkistan Timur adalah pada tahun 1174 H/1760 M. Kaum Muslim pun melakukan perlawanan terhadap mereka dengan perlawanan yang sengit sehingga terdapat jutaan kaum Muslim yang syahid. Meski demikian, mereka tidak mau menyerah, apalagi memihak kepadanya, bahkan mereka terus melakukan peperangan dengan cara menyerang dan mundur (attack and retreat/al-kar wal-far), hingga Ya’kub Bek mampu mengalahkan Cina dan mengembalikan kekuasaan Islam pada tahun 1863 M. Penguasanya, Ya’kub benar-benar telah mengumumkan pembaiatannya kepada Khalifah Utsmani, dan untuk itu, ia mengirim utusan kepada Khalifah. Namun, terdapat banyak penghalang dan rintangan yang dibuat oleh Rusia, untuk memutus hubungan Turkistan Timur dengan Daulah Khilafah.

Khilafah Utsmani terus membantu mereka dengan amunisi dan para tentara. Pemerintahan Islam terus berjalan selama 16 tahun. Namun, negara-negara kafir, Cina, Rusia dan Inggris bersatu untuk memutus hubungan Turkistan Timur dengan Khilafah, kemudian mereka berhasil mendudukinya kembali pada tahun 1876 M. Selanjutnya, kaum Muslim kembali melakukan peperangan dengan cara menyerang dan mundur (attack and retreat/al-kar wal-far) untuk membantu Daulah Khilafah dalam melawan Cina dan negara-negara kafir yang membantunya. Kadang kaum Muslim mengalahkan koalisi negara-negara kafir dan memukul mundur mereka dan kekuasan Islam kembali menguasai Turkistan. Kadang pula sebaliknya, kekuatan jahat Cina yang mengalahkan mereka sehingga China kembali menduduki Turkistan, dan hal itu terus berlangsung hingga lenyapnya Khilafah pada tahun 1342 H/1924 M.

Sungguh, runtuhnya Khilafah telah memciptakan guncangan yang sangat dahsyat di dalam negeri-negeri kaum Muslim. Sebab, setelah itu kaum kafir dapat dengan mudah menduduki negeri-negeri kaum Muslim. Kadang mereka menduduki secara langsung; kadang mereka menduduki dengan mengangkat para antek mereka di antara penduduk setempat untuk menguasainya.

Dengan demikian, jadilah warga Turkistan berperang melawan Cina dan Rusia tanpa bantuan materi yang menjadi penopangnya selain kekuatan mereka sendiri. Meski begitu mereka tidak mau menyerah, bahkan pada tahun 1350 H./1931 M, mereka melakukan revolusi besar di Turkistan Timur. Sebab, salah seorang kepala polisi melakukan pelecehan terhadap seorang Muslimah. Akibatnya, kaum Muslim melakukan revolusi dan mereka berhasil membunuh kepala polisi beserta para pengawalnya yang berjumlah 32 tentara.

Mereka terus melakukan revolusi hingga tahun 1352 H/1933 M. Mereka lalu memproklamirkan berdirinya pemerintah Islam Turkistan Timur. Bersamaan dengan itu tentara Cina kembali mendudukinya dan menjatuhkan negara, namun mereka kembali melakukan revolusi lagi pada tahun 1364 H./1944 M, dengan dipimpin seorang cendekiawan Muslim, Ali Khan. Ia lalu kembali memproklamirkan berdirinya pemerintah Islam di Turkistan Timur. Namun, Rusia dan Cina kembali bersatu untuk melenyapkan pemerintahan Islam tersebut. Kemudian Cina menyebarkan Komunisme dan mendominasinya pada tahun 1368 H/1949 H, setelah mereka melakukan peperangan sengit yang secara intensif mereka lakukan terhadap kaum Muslim. Bahkan ada sebagian peperangan yang berlangsung selama 20 hari tanpa berhenti. Dalam menghadapi peperangan itu, kaum Muslim hanya menggunakan senjata yang sangat sederhana, namun hati mereka dipenuhi dengan iman, sementara kekuatan kafir dilengkapi dengan senjata canggih dan modern. Sejak saat itulah, Cina menggunakan berbagai cara-cara keji dan kejam dalam menghukum para tawanan kaum Muslim Turkistan.

Meski demikian, berbagai pergerakan dan perlawanan tidak pernah padam untuk membebaskan dari jeratan Cina dan pendudukannya, sekalipun warga Turkistan Timur tidak memiliki penolong. Sungguh, warga Muslim di Turkistan Timur telah melakukan beberapa pergerakan Islam yang kuat dalam menghadapi pendudukan berdarah bangsa Cina. Di antara yang terkenal adalah pada tahun 1955 yang dipimpin oleh Abdul Hamid dan Fathuddin Makhdum, pada tahun 1990 dipimpin oleh Diya’uddin Yusuf, dan gerakan-gerakan lainnya. Semuanya bertujuan untuk membebaskan dari pendudukan Cina dan menerapkan syariah Islam. Akibat dari perlawanan itu, terdapat jutaan dari mereka yang telah syahid. Namun, mereka tidak pernah lupa untuk terus berjihad demi pembebasan, penerapan syariah Islam, dan penegakkan negara Khilafah. Bahkan pada tahun 1997 saja ada 500 orang di antara mereka yang telah dijatuhi hukuman mati.

Kemudian, insiden yang baru-baru ini, bagaimana mereka dengan gampangnya tanpa ada perasaan bersalah melakukan pembunuhan dan pengrusakan; mengerebek rumah-rumah warga; dan mengobrak-abrik masjid-masjid; bahkan mereka melarang pelaksanaan shalat di Masjid Besar Urumqi.

Semua pergerakan untuk melawan agresi Cina yang kejam dan biadab di Turkistan Timur dilakukan dengan ikhlas hanya berharap ridha Allah SWT, yang bertujuan untuk menegakkan pemerintahan Islam di sana. Hanya saja, akhir-akhir ini tampak upaya-upaya internasionali-sasi, baik dalam negeri Cina maupun di luar Cina seperti Amerika, Rusia, dan Inggris untuk memalingkan gerakan-gerakan dari tujuan Islam, dan memasukkannya ke dalam konflik internasional dengan bentuk yang jauh dari Islam. Mereka berusaha untuk mengeksploitasi insiden-insiden yang terjadi untuk tujuan-tujuan yang lain.

Hanya saja, tekad baja warga Turkistan dan keberanian mereka, baik perkataan maupun perbuatan, dan keteguhan mereka dalam memegang agamanya, semuanya itu akan menggagalkan setiap usaha apapun untuk mengeksploitasi berbgai insiden dan memalingkannya dari tujuan yang sebenarnya, yaitu melepaskan dari jeratan kekuasaan Cina, mendirikan pemerintahan Islam di Turkistan; bukan di Turkistan Timur saja, tetapi juga di Turkistan Barat, Asia Tengah; dan agar Turkistan menjadi pusat di antara pusat-pusat Khilafah yang akan datang dengan izin Allah. Sebagaimana Turkistan dulu pernah menjadi menara hidayah dan jihad pada masa-masa Khilafah yang lalu. Hanya Allahlah Zat Yang Maha Pemberi Pertolongan.

Berbagai kezaliman, tekanan dan pendudukan tidak hanya terjadi di Turkistan Timur saja, tetapi itu juga terjadi di negeri-negeri kaum Muslim yang lain. Di Palestina, Irak, Afganistan, Kashmir, Chechnya dan wilayah-wilayah yang lainnya pun mengalami kezaliman, tekanan, agresi yang biadab, serta pembantaian yang kejam dan mengerikan. Semuanya sedang mengalami penderitaan, bahkan ada yang lebih dari itu. Kami hampir tidak mendengar pembunuhan dan penumpahan darah, kecuali kami mendapatinya terjadi di negeri di antara negeri-negeri kaum Muslim.

Semua itu terjadi, karena kaum Muslim terpecah dan tercerai-berai setelah runtuhnya Khilafah. Mereka tidak menemukan Mu’tashim yang akan merespon jeritan minta tolong yang mereka teriakkan dan tidak menemukan Khalifah Rasyidah yang kepadanya rakyat berlindung, dan di belakangnya rakyat berperang. []

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*