HTI

Dunia Islam (Al Waie)

Ulama India Bersatu dalam Gerakan khilafah

India adalah sebuah negeri yang telah dibebaskan melalui tangan Muhammad Ibn al-Qasim ats-Tsaqafi yang dikirimkan oleh Khalifah Umawiyah Walid Ibn Abdul-Malik sebagai pemimpin pasukan. Peristiwa ini bermula ketika ada sekelompok kaum Muslim melakukan pelayaran di atas kapal di Samudera India, dari daerah Ceylon dekat pesisir negeri Sind yang dirampok dan kemudian diculik. Sang Khalifah pada saat itu jauh berbeda dengan para pemimpin kaum Muslim saat ini, yang nota bene para penghianat, yang selalu menusuk dada kaum Muslim dan selalu mematung laksana berhala, serta tak bergerak di hadapan penindasan atas kaum Muslim di seluruh penjuru dunia. Karena peristiwa itulah, sang Khalifah ketika itu mengirimkan pasukan untuk menolong kaum Muslim.

India terus menjadi bagian dari Kekhilafahan selama lebih dari seribu tahun (Abad I-14 H). Pada masa Khalifah Harun al-Rasyid (786-809 M), pasukan Islam memperluas batas-batas negeri Sind ke arah barat sampai Kota Gujarat. Di daerah inilah pasukan Islam menetap dan membangun kota-kota baru. Sejak saat itu sejumlah besar orang-orang India terselamatkan dari cengkeraman kasta yang kafir dan dimasukkan dalam naungan persaudaraan Islam sedunia. Mereka telah dikeluarkan dari gelapnya kebodohan dan kekufuran menuju cahaya Islam; menyembah Allah SWT dan membuang seluruh tuhan-tuhan lama mereka, berhala-berhala yang batil itu. Pemerintahan Islam pada saat itu meliputi apa yang sekarang dikenal dengan nama India, Pakistan, Kashmir dan Banglades selama seribu tahun.

India ini masih tetap menjadi salah bagian dari wilayah Kekhilafahan selama kekuasaan Ratu Delhi (1205-1526 M) dan selama kekuasaan Mongol (1526-1857 M). Di bawah naungan pemerintahan Islam, negeri India telah melahirkan ulama-ulama besar seperti Syaikh Ahmad Sir Hindi (w. di Delhi tahun 1624 M) dan Syah Waliyuddin ad-Dahlawi (1703-1762 M). Masa Kekhilafahan itu masih terus berada dalam memori masyarakat Muslim dan sejumlah ulama India

Ketika Inggris memerangi semenanjung India pada tahun 1819 M, mereka menghadapi perlawanan yang sengit dari golongan-golongan kaum Muslim. Asy-Syahid (Gubenur Mysore –Tipu Sultan), gubenur utara India, adalah salah satu syuhada’ agung yang kini namanya masih terus dikenang oleh penduduk India.

Setelah Inggris berhasil melenyapkan pemerintahan Islam dari negeri India, kaum Muslim masih tetap loyal pada Khalifah di Istanbul. Sebagian dari mereka masih terus melakukan jihad melawan kaum penjajah, seperti As-Sayyid Ahmad Syahid. Para ulama masih terus berupaya membangkitkan dan mendorong kaum Muslim untuk melakukan jihad melawan kaum kafir penjajah, khususnya di daerah Yaghistan, sebelah timur Afganistan, yang sekarang dikenal dengan daerah al-Qabail.

Pada masa Perang Dunia I, masjid-masjid di India gemuruh dengan doa-doa yang hangat. Di dalam khutbah-khutbah dibacakan doa agar berkah Allah turun pada sang Sultan dan agar kesuksesan pasukannya dalam usaha menghancurkan kekuatan kufur menjadi terwujud.

Seorang Syaikh India, Maulana Mahmud al-Hasan, yang ketika itu menjadi mudir sebuah ma’had yang terkenal dengan nama Darul Ulum, Deoband, menyerukan agar ma’had itu ditutup (sementara), agar bisa ikut berperang di medan jihad membela sang Khalifah. Syaikh India, Maulana Mahmud al-Hasan ini secara langsung membela Khilafah dan berjuang keras untuk menjaganya. Beliau pergi ke Hijaz. Beliau bertemu langsung dengan gubenur Khilafah dan para pembantunya di Makkah. Beliau ditangkap oleh penghianat, antek Inggris, Syarif Husain, di Hijaz pada 23 Shafar 1335 H. Syarif Husain menginginkan agar Syaikh mencela Khilafah Ustmaniah. Namun, Syaikh dan para ulama yang lainnya menolak. Akhirnya, mereka semua diserahkan kepada Inggris dan dibawa ke Penjara Malta melalui jalur Kairo dengan menggunakan kapal laut pada 29 Rabi’ al-Tsani 1335 H. Syaikh Mahmud Hasan berada dalam penjara selama tiga tahun lebih. Setelah itu beliau dibebaskan dan sampai di Kota Bombai pada tanggal 8 Juni 1920 M. Kepulangan beliau dari Malta bertepatan dengan mulai lahirnya gerakan Khilafah di India.

Para pembesar ulama itu telah memberikan jasanya dalam jihad melawan Inggris dan dalam rangka membela Khilafah. Mereka mengumumkan perang terhadap Inggris. Pada tahun 1321 H, mereka mendirikan Nazharat al-Ma’arif (Akademi Pendidikan al-Quran) dengan kepemimpinan al-Mujaddid Maulana Ubadillah Sindi. Tujuan dari berdirinya akademi ini adalah melatih pemikir Muslim untuk melawan tuduhan-tuduhan selain Islam dan menjunjung tinggi pemikiran Islam.

India dulu adalah sebuah negeri yang menjadi tempat ayunan dan lahirnya para pemikir dan aktivis yang ingin menghancurkan pemerintahan Inggris di India. Keikhlasan dan loyalitas kaum Mulim kepada Khilafah tak ada tandingannya. Para ulama dari berbagai sekolah dan mazhab membentuk Harakah Khilafah yang terkenal itu untuk membela Khilafah, mencegah kehancurannya dan untuk melawan pendudukan Inggris. Para ulama itu telah mengesampingkan perselisihan di antara mereka dan kemudian bersatu di atas ide Khilafah. Harakah Khilafah ini telah menyatukan para ulama dari berbagai kalangan; Dorband, Sufi dan Zuhriyyin. Di samping Maulana Mahmud al-Hasan, di sana juga ada Maulana Muhammad ‘Ali, saudara beliau, Syaukat Ali, Maulana Abu al-Kalam ‘Azat, Doktor Mukhtar Ahmad Anshari, dan yang lainnya.

Maulana Abu al-Kalam ‘Azat menghimpun pendapatnya dalam sebuah buku yang disebar luaskan pada 1920 M, yang menyerukan Khilafah. Di antara yang tertera dalam buku itu ialah, “Tanpa adanya Khilafah tidak mungkin Islam dapat diwujudkan. Oleh sebab itu, wajib atas kaum Muslim di India, untuk mencurahkan usaha mereka dalam rangka mencegah runtuhnya Khilafah.”

Para ulama itu banyak melakukan konfrensi yang bertujuaan mengkokohkan Khilafah dan kegiatan-kegiatan lain di India. Berikut ini beberapa poin yang disampaikan dalam sebuah konferensi ulama yang digelar pada tanggal 5 dan 6 April 1920 M, yang dihadiri oleh banyak ulama:

· Poin Pertama: Para ulama wajib berjuang untuk mewujudkan opini umum terkait persoalan Khilafah.

· Poin Kedua: Wajib memutus hubungan dengan para ulama munafik dan para ulama yang menghalang-halangi persoalan ini.

· Poin Ketujuh: Para ulama wajib mengambil janji dari para pengikut mereka untuk mencurahkan hidup mereka dan hati mereka dalam menyampaikan dan menulis untuk mengkokohkan persoalan Khilafah.

· Poin Kesemilan: Kaum Muslim wajib menjauhi pemilihan berdasarkan perundang-undangan.

Al-Alim al-Jalil Sayyid Sulaiman Nadawi dari ma’had terkenal, Nadawat al-Ulama, menegaskan wajibnya Khilafah. Beliau mengatakan, “Al-‘Allamah an-Nasafi, Imam ar-Razi, Qadhi ‘Azud dan ulama-ulama terkenal lainnya semuanya membicarakan topik ini dengan sangat komprehensif dalam kitab-kitab mereka. Kesepakatan mereka dianggap pemutus dalam maslah ini. Mereka semua sepakat bahwa benar-benar sahih dari Nabi saw., bahwa seorang Muslim ketika mati tanpa ada baiat di pundaknya kepada Imam pada masanya adalah mati Jahiliah.” (Ra’y al-Muslim, Maret 1920 M). Pandangan ini sejatinya bersandar pada sebuah hadis yang diriwayatkan dalam Shahîh Muslim bahwa Rasulullah saw. pernah bersabda:

«وَمَنْ مَاتَ وَلَيْسَ فِي عُنُقِهِ بَيْعَةٌ مَاتَ مِيتَةً جَاهِلِيَّةً»

Siapa saja yang mati, sedangkan di pundaknya tidak ada baiat, ia mati Jahiliah (HR Muslim).

Inggris berhasil menghancurkan Khilafah pada 28 Rajab 1342. Al-‘Alim Muhammad Ali Jauhar memberikan komentar—sebagaimana di muat dalam surat kabar Times pada 4 Maret 1924 M– dengan sebuah ungkapan beliau, “Sulit sekali meramalkan pengaruh nyata atas pikiran kaum Muslim di India setelah dihapuskannya Khilafah. Saya tegaskan, itu akan menjadi sebuah tragedi yang amat memilukan bagi Islam dan hadharah manusia. Menghapuskan lembaga yang sangat terhormat dan yang dianggap sebagai simbol persatuan Islam sepanjang sejarah sesungguhnya akan menjadi sebab keterceraiberaian kaum Muslim.”

Betapa benar ungakapan beliau di atas. Setelah Khilafah runtuh, Dunia Islam mengalami apa yang telah diramalkannya secara pasti. Setelah runtuhnya Khilafah, Inggris bertambah mantap menjajah negeri-negeri Islam dan menindas kaum Muslim serta membunuh ribuan ulama.

Setelah memberi India sebuah ‘kemerdekaan’ di bawah pemerintahan Jawaharal Nehru, penindasan kaum Muslim terus berlangsung dan bahkan bertambah. Ratusan ribu kaum Muslim di Kashmir terbunuh dan itu masih berlangsung hingga hari ini. Ribuan Muslimah diperkosa. Ratusan masjid dihancurkan. Kehidupan kaum Muslim berubah menjadi ‘Neraka Jahim’. Pada tahun 2002 M lebih dari 3000 kaum Muslim di daerah Gujarat dibantai di tengah siang dan disaksikan oleh mata dan telinga pemerintah.

Sungguh sistem Kapitalis saat ini dan para penguasa di India telah benar-benar tidak mampu memberikan solusi. Lebih dari 40% penduduk negeri itu terperosok di bawah garis kemiskinan. Lebih dari separuh dari mereka hidup di atas setengah dolar perhari. Lebih separuh penduduk India tidak mendapatkan listrik. Yang dapat listrik, hanya dapat di sebagian waktu. Lebih dari 80% penduduk India hidup dengan kurang dari dua dolar dalam setiap harinya; 40% balita menderita gizi buruk.

Kendati generasi India saat ini belum pernah melihat Khilafah, Khilafah tetap ada dalam benak mereka yang terdalam. Mereka menahan pedih akibat tidak mampu mengatur kehidupan mereka sesuai dengan hukum-hukum Islam. Semua yang ada di India—ulama, gerakan dan pemikir—menyerukan untuk mengembalikan sistem Islam. Kita semua berdoa untuk kembalinya Khilafah.

Khilafah, sebagaimana telah dikabarkan oleh Rasul, sesungguhnya dengan izin Allah tidak lama lagi akan segera tegak. Kita semua berdoa kepada Allah agar kita diberikan kekuatan untuk memperjuangkannya dengan dipimpin oleh Hizbut Tahrir. Kita semua juga memohon kepada Allah semoga termasuk orang-orang yang diisyaratkan oleh Rasulullah saw.:

«أَشْعُرُ بِنَسِيْمٍ بَارِدٍ يَأْتِي مِنَ الْهِنْدِ»

Saya merasakan angin sepoi-sepoi dingin bertiup dari India (HR Abu Dawud).

Nabi saw. juga bersabda:

«عِصَابَتَانِ مِنْ أُمَّتِي أَحْرَزَهُمْ اللهُ مِنْ النَّارِ عِصَابَةٌ تَغْزُو الْهِنْدَ وَعِصَابَةٌ تَكُونُ مَعَ عِيسَى ابْنِ مَرْيَمَ عَلَيْهِ السَّلام»

Terdapat dua golongkan dari umatku. Semoga Allah melindungi mereka dari api neraka. Sebuah golongan yang berperang di India dan sebuah kelompok yang bersama Isa as. (HR Ahmad). []

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*