HTI Kecam Penangkapan 200 Aktivis HT di Turki
JAKARTA — Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) geram melihat aksi penangkapan 200 aktivis Hizbut Tahrir di 23 kota di Turki. Aksi penangkapan yang terjadi pada tanggal 24 Juli 2009 lalu, atau dua hari menjelang diadakannya Konferensi Hizbut Tahrir wilayah Turki di Istanbul.”Kami mengutuk penangkapan tersebut sebagai tindakan zalim yang bertentangan dengan prinsip-prinsip ajaran Islam,” kata Juru bicara HTI, Muhammad Ismail Yusanto dalam siaran pers, Selasa (4/8).
Guna menegakkan kehidupan Islam melalui izzul Islam wal muslimin di bawah naungan Daulah Khilafah, lanjut Muhammad, Hizbut Tahrir (HT)dimana pun, termasuk di Turki, tidak pernah menggunakan cara-cara kekerasan atau melanggar hukum. “Karenanya, sungguh sangat aneh bila pemerintah Turki yang dipimpin partai yang mengklaim sebagai partai Islam, bukannya mendukung perjuangan Hizbut Tahrir, tetapi justru menghalangi perjuangan itu,” Muhammad memaparkan.
Aksi penangkapan yang dilak! ukan aparat Turki ini dilakukan tanpa sebab dan alasan yang jelas. Tidak heran, jika HTI menuntut pembebasan ke-200 aktivis HT Turki tanpa syarat dan berharap dihentikannya segala bentuk intimidasi terhadap aktivis HT di sana. “Melepas kembali aktivis HT dan membiarkan mereka bebas meneruskan perjuangan adalah langkah terbaik yang harus dilakukan pemerintah Turki,” tegasnya.
Korban Blokade Gaza Bertambah Menjadi 351 Syahid
Departemen Kesehatan Palestina mengumumkan bertambahnya jumlah korban blokade yang dilakukan Israel di Jalur Gaza menjadi 351 orang setelah kematian seorang balita yang sedang menderita sakit parah, namun pihak Israel melarangnya pergi ke luar negeri untuk mendapatkan perawatan.
Departemen Kesehatan pemerintah Haniyeh mengatakan bahwa “seorang balita, Minatullah Ali Balbisi, yang baru berumur satu tahun setengah. Di mana ia sedang menderita sebuah lubang di jantungnya. Dan akhirnya balita itupun meninggal karena pihak Israel melarangnya pergi ke luar negeri untuk mendapatkan perawatan.”
Departemen Kesehatan Palestina juga menyerukan pertolongan kepada negara-negara dunia untuk menekan otoritas pendudukan Israel, dan memaksanya agar membuka pintu-pintu penyeberangan; dengan tujuan agar membolehkan mereka yang sakit untuk pergi melakukan pengobatan di luar negeri, terutama karena ada ratusan orang sakit yang sedang menunggu giliran untuk menjadi syahid akibat blokade Israel.
Penduduk Jalur Gaza sedang menderita akibat blokade Israel yang begitu ketat, di mana pendudukan Israel melarang mereka yang sakit pergi untuk berobat melalui pintu penyeberangan Rafah. Begitu juga, pendudukan Israel sangat membatasi masuknya obat-obatan yang diperlukan agar rumah-rumah sakit dapat terus beroperasi.
Amerika Ancaman Terbesar Rakyat Pakistan
Al-Jazeera Pakistan dan lembaga polling Gallup Pakistan baru-baru ini menggelar survei yang melibatkan lebih dari 2.600 responden dari kalangan rakyat Pakistan. Kesimpulan dari hasil survei itu, mayoritas rakyat Pakistan mengecam campur tangan AS dalam urusan dalam negeri Pakistan dan menilai AS sebagai ancaman terbesar bagi rakyat Pakistan.
Hanya 11 persen responden yang menyalahkan Taliban atas berbagai serangan bom yang terjadi di Pakistan dan menewaskan banyak warga sipil, 18 persen menuding negara tetangga Pakistan, India yang berada dibalik serangan-serangan bom itu dan 59 persen responden meyakini AS yang berada dibalik semua ancama itu, meski AS sudah banyak memberikan bantuan bagi militer dan pembangunan di Pakistan.
Untuk pertanyaan apakah mereka mendukung atau menentang serangan pesawat tanpa awak AS terhadap target-target Taliban dan Al-Qaida, 67 persen responden menentang operasi militer AS di wilayah Pakistan dan hanya 9 persen yang mendukung operasi militer AS.
“Hasil survei ini menunjukkan bahwa kebencian terhadap AS di kalangan masyarakat Pakistan terus meningkat, terutama karena operasi-operasi militer AS di wilayah Pakistan. Pihak intelejen dan militer mungkin menganggap operasi itu produktif, tapi di kalangan masyarakat awam, operasi-operasi AS itu jadi kontroversial karena menimbulkan kerusakan,” papar Makhdoom Babar, pemimpin redaksi surat kabar Daily Mail mengomentari hasil survei.
Inggris Rekrut Muslim Inggris Berperang di Afghanistan
Inilah cara baru militer Inggris dalam menjalankan misinya di Taliban. Merasa gagal terus-menerus, bahkan mendapatkan kecaman dari banyak rakyatnya, militer Inggris menjalankan strategi jeruk makan jeruk: mereka ingin merekrut warga Muslim Inggris bergabung dengan militer untuk memerangi Taliban di Afghanistan dan Pakistan.
Jenderal Sir David Richards mengatakan bahwa mungkin pasukan Inggris akan berada di Afghanistan sampai 40 tahun ke depan. Entah bercanda, stress ataukah serius pernyataan jenderal ini. Yang pasti ia menegaskan, bahwa militer Inggris akan merekrut orang Inggris yang beragama Islam untuk bergabung dengan militer.”Saya ingin sekali melihat orang-orang tertentu bergabung dengan tentara.” ujarnya kepada MoD Journal. “Akan lebih baik jika orang Islam bergabung.”
Bukan tidak mungkin, strategi ini akan dipakai juga oleh-oleh negara lain termasuk AS, dan negara-negara Nato. Mereka jelas ingin melihat seorang Muslim membunuh Muslim lainnya. Jika menolak bertugas ke Afghanistan, bisa jadi mereka juga akan dihadapkan tuntutan pengadilan dan hukuman.Strategi militer Inggris ini jelas sungguh menjebak orang-orang Islam yang ada di negeri ini. Jika tentara Muslim Inggris menghadapi dan menembak Taliban, sulit dibayangkan bagaimana perasaan mereka.
Arab Saudi Tangkap Ribuan Orang tanpa Diadili
Menurut Human Right Watch (HRW) Arab Saudi telah menahan ribuan orang sebagai bagian dari gerakan anti-terorismenya tanpa mendakwa mereka dan kadang-kadang bahkan mengabaikan putusan pengadilan yang memerintahkan pembebasan mereka, Human Rigts Watch .HRW, yang bermarkas di New York mengecam sekutu AS dan pengekspor minyak terbesar dunia itu karena pelanggaran hak asasi manusia berdasar alasan keamanan.
Dalam satu laporan, HRW mengatakan Direkturat Umum untuk Penyelidikan, badan intelijen domestik, telah menahan sejumlah tak diketahui orang di dalam penjaranya, di antara mereka beberapa orang asing dan pembangkang yang menyerukan pembaruan demokratis.HRW memperkirakan bahwa lebih dari 9.000 orang telah ditahan sejak al Qaida melancarkan serangan pada 2003, dari jumlah itu mungkin antara 2.000 dan 4.000 orang masih ditahan, kata Christoph Wilcke, penulis laporan tersebut. [FW, dari berbagai sumber]