HTI

Dunia Islam (Al Waie)

Tragedi Pembantaian ‘Boko Haram’

Darah kaum Muslim kembali tertumpah. Kali ini di Negeria, sebuah negara Muslim di Afrika. Pejabat militer Nigeria menyatakan, sekitar 700 orang terbunuh di utara Kota Maiduguri selama pertempuran antara polisi dan kelompok Islam Boko Haram.

Kol. Ben Ahanotu menyatakan penguburan massal sedang dilakukan karena mayat-mayat yang tergeletak di pinggir jalan tersebut mulai membusuk terkena panas. Ahanotu mengatakan, “Ada sekitar 700 mayat di sana.” Ahanotu adalah pejabat keamanan yang berwenang di Maiduguri.

Gelombang kekerasan dimulai Ahad 26 Juli lalu di Bauchi dan dengan cepat menyebar ke wilayah utara, termasuk Borno. Penduduk sipil di sana sangat ketakukan di tengah-tengah pertempuran tersebut. Para tentara tidak mau pilih-pilih antara penduduk sipil dan anggota Boko Haram. “Mereka menembak apa saja yang bergerak,” kata Mohammad Ibrahim (35 tahun) kepada AP.

Ibrahim mengatakan, saat kerusuhan itu di rumahnya ada 17 tetangganya yang beragama Kristen ikut bersembunyi, termasuk seorang wanita yang sedang hamil.

Petugas Palang Merah Nigeria menyatakan jumlah korban yang tewas sudah mencapai 780 orang. “Menurut penemuan kami, jumlah korban sudah lebih dari 780 orang. Sebuah tim gabungan telah ditugaskan untuk mencari jenasah yang belum bisa dievakuasi dari seluruh wilayah,” kata Aliiyu Maikano, petugas dari kantor Palang Merah di Nigeria.

Berita kematian pemimpin Boko Haram sendiri, Mohammed Yusuf, masih menyisakan tanda tanya. Pemerintah menyebutkan Yusuf tewas ketika hendak mencoba melarikan diri. Namun, kalangan pembela hak asasi manusia (HAM) menilai, tampaknya telah terjadi eksekusi pembunuhan. Karena itu, aktivis HAM menyerukan perlunya penyelidikan atas kasus tersebut.

Seorang wartawan Associated Press (AP) yang menyaksikan serbuan di masjid di Maiduguri itu menghitung sekitar 50 mayat terdapat di dalam, dan 50 lainnya di halaman. Serbuan itu dilakukan pada Rabu (29/7) malam waktu setempat, setelah selama beberapa malam sebelumnya berlangsung pembantaian di utara Kota Maiduguri.

Penangkapan terhadap pengikut Boko Haram terus digencarkan. Pada hari Ahad (16/08), sumber keamanan Nigeria mengatakan bahwa aparat kepolisian telah menyerang markas Jamaah Islam “Boko Haram”. Dilaporkan bahwa aparat kepolisian telah menangkap lebih dari 600 orang anggota jamaah tersebut, termasuk kaum perempuan dan anak-anak.


Penindasan Rezim Sekular

Jamaah Islam “Boko Haran” didirikan di Nigeria pada tahun 2004 di wilayah utara Nigeria. Jamaah ini, sebagaimana jamaah-jamaah Islam lainnya yang banyak tersebar di utara Nigeria, juga menyerukan penerapan hukum syariah Islam secara menyeluruh (kâffah) pada semua aspek kehidupan di Nigeria.

Penerapan hukum syariah Islam yang hanya terbatas di dua belas wilayah Nigeria yang ada di utara saja belum juga memuaskan masyarakat. Keadaan inilah yang mendorong Jamaah Boko Haram menyerukan tuntutan penerapan hukum Islam secepatnya di Nigeria, dan secepatnya mendirikan Negara Islam yang sesungguhnya di sana.

Meskipun separuh penduduknya memeluk Islam, dan memperhatikan penerapan syariah Islam secara terbatas di wilayah-wilayah utara saja, pemerintahan Nigeria melakukan kekerasan dan kekejaman terhadap setiap bentuk seruan penerapan Islam yang sesungguhnya di wilayah-wilayah itu. Pemerintah Nigeria melakukan penekanan dan pengekangan terhadap seruan apapun yang bertujuan untuk mempersatukan rakyat Nigeria di bawah bendera akidah Islam, dengan alasan adanya pluralisme agama dan etnis di Nigeria.

Secara historis diketahui bahwa wilayah utara Nigeria merupakan pusat Islam terbesar di benua Afrika. Bahkan kelompok etnis Hausa telah berhasil menyatukan semua kelompok etnis lainnya dalam naungan Khilafah Islam yang satu di wilayah utara.

Namun, sejak Inggris berhasil menduduki negeri ini, Inggris menghapus negara Islam di wilayah utara, dan kemudian menggabung-kannya dengan wilayah-wilayah Kristen di selatan. Semua ini dilakukan oleh Inggris supaya tidak ada lagi di Nigeria mayoritas Muslim yang akan menegakkan Khilafah Islam kedua kalinya di Nigeria.

Setelah Inggris keluar secara formal dari negeri ini, Inggris banyak terlibat dalam berbagai peperangan etnis umat Islam dengan Kristen, dan terlibat dalam peperangan lainnya antarberbagai etnis yang berlangsung dalam waktu yang lama. Hal ini dilakukan agar aspek nasionalisme mendominasi mengalahkan aspek agama dari tengah-tengah kaum Muslim Nigeria.

Meskipun sebagian besar dari para penguasa Nigeria yang telah menduduki pemerintah sejak kemerdekaan berlatar belakang ‘fundamentalisme Islam’, pusat kekuatan ekonomi dan politik di Nigeria masih di tangan kaum Kristen di selatan; mereka masih mendominasi minyak, industri, dan perdagangan dalam negeri. Kaum Muslim hanya hidup dari sektor pertanian dengan kondisi perekonomian yang terbelakang.

Sesungguhnya realitas yang sulit ini telah dihadapi oleh kaum Muslim sejak puluhan tahun. Kondisi ini telah melahirkan berbagai gerakan Islam sebagai reaksi atas realitas yang menyakitkan dan menyedihkan ini dengan menuntut penerapan Islam dan pendirian Negara Islam.

Kelompok terakhir yang didirikan atas dorongan tersebut adalah gerakan “Boko Haram”. Sebagian dari kelompok itu telah menggunakan kekuatan senjata untuk menghadapi negara sekuler, mengikuti tradisi gerakan Taliban di Afganistan, dan memerangi sistem pendidikan sekuler Barat yang merusak peradaban Islam, yang sedang digalakkan oleh negara.

Apa yang dilakukan oleh negara sekular tidak lain hanyalah membunuh lebih dari 700 Muslim yang dilakukan hanya dalam tiga hari saja. Akan tetapi, tindakan kekerasan dan penindasan yang dilakukan negara sekular terhadap kelompok Islam ini justru mengakibatkan peningkatan semangat keberislaman, dan menambah dukungan masyarakat terhadap gerakan Islam. Seperti itulah kenyataan yang terjadi di Pakistan, Afganistan dan negara-negara Islam lainnya.[Farid Wadjdi]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*