Pemerintahan baru telah terbentuk, dengan harapan membangun Indonesia dengan lebih baik. Istilah lebih baik harus dikaji ulang secara mendalam, agar jargon tidak sebatas retorika politik dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Baik dalam hal apa? Apa saja faktor yang membuat kondisi menjadi lebih baik?
Pemerintah baru dianggap prospektif sebatas karena perwujudan Pilpres dan Pileg yang bersifat langsung; rakyat langsung memilih wakil dan presiden mereka. Perwujudan pesta rakyat/pesta demokrasi ini menjadi selubung indah bagai pelangi, tetapi busuk di dalamnya. Keberadaan rakyat sebagai pemilih sesungguhnya hanyalah sebagai obyek penderita. Mereka dihimbau dan dipikat dengan sejumlah iming-iming, tanpa mengetahui hakikat yang dipilihnya. Tak ada proses pencerdasan yang berkesinambungan bagi rakyat sebagai pemilih bahwa memilih yang tepat itu seperti apa. Semua dibebaskan saja sesuai dengan kehendak hati rakyat yang masih buta fakta, bahwa memilih mempunyai konsekuensi logis pertanggung jawaban di Hari Akhir.
Demokrasi yang sepertinya ‘memanusiakan” rakyat sejatinya malah memihak pemilik modal. Ujung-ujungnya, Pemerintahan yang terbentuk tidak lepas dari Pemerintah yang berpihak kepada pemilik modal. Semua yang menyangkut hajat hidup rakyat banyak diswastanisasi. Sebentar lagi listrik juga tidak akan terjangkau oleh rakyat. Tidak sedikit pun ada keberpihakan kepada rakyat. Semua loyalitas diberikan seutuhnya kepada para pemilik modal, investor, dan para tuan besar pemberi hutang seperti IMF-yang menjadi biang kerok swastanisasi listrik.
Ini berbeda seratus delapan puluh derajat dengan pemerintahan Khilafah. Pemerintahan ini dipimpin oleh Khalifah, dijalankan berdasarkan al-Quran dan as-Sunnah dan tidak akan membiarkan seorang pun rakyatnya menderita. Kekayaan alam kaum Muslim tidak akan diambil pihak asing melalui kontrak karya-kontrak karya yang menipu karena memang itu dilarang dalam Islam. Semua kekayaan alam itu akan dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat. Keberpihakan kepada rakyat begitu nyata dan telah terbukti selama tiga belas abad mensejahterakan umat manusia tak pandang agama dan ras, hingga tidak ditemukan seorang miskin pun. Tidak ada satupun keberpihakan pada pemodal asing yang hanya akan menjual kehormatan kaum Muslimin pada titik yang rendah seperti sekarang ini.
Lalu lebih prospektif mana, pemerintahan sekarang atau Khilafah? Anda bisa nilai sendiri. [Irawati TriKurnia; Guru SDIT “Luqman Al-Hakim” Hidayatullah, Surabaya-Jatim]