HTI

Lintas Dunia (Al Waie)

Lintas Dunia November 2009

Lebih dari 1 Miliar Orang Kelaparan

Kombinasi antara krisis pangan dan krisis ekonomi dunia telah membawa lebih dari 1 miliar orang menuju bencana kelaparan pada 2009. Angka ini tertinggi dalam 4 dekade terakhir.”Kenaikan angka kelaparan ini tidak bisa ditoleransi lagi,” kata Direktur The Food and Agriculture Organisation (FAO), Jacques Diouf,  dalam laporan tahunan terbaru tentang kelaparan dunia, seperti dilansir Reuters (14/10/2009).

“Kita memiliki ilmu ekonomi dan teknik dimaksudkan untuk menghapus kelaparan, apa yang hilang adalah keinginan politik kuat untuk memberantas kelaparan selamanya,” tambahnya.

FAO dan The World Food Programme mencatat 1,02 miliar orang kekurangan pangan dalam 2009. Padahal akhir tahun 2008 lalu, angka kelaparan baru sekitar 100 juta orang. Sebelum adanya krisis ganda, pangan dan ekonomi, jumlah kelaparan sudah meningkat pasti dalam satu dekade terakhir. Kondisi ini kebalikan dari kemajuan pada 1980 sampai 1990.

Syaikh Tantawi Suburkan Agenda Anti Islam Barat

Senin, 5 Oktober lalu, ketika mengunjungi sebuah sekolah perempuan di Kairo, Syaikh Mohamed Sayyed Tantawi, Rektor Universitas Al-Azhar, Mesir, telah memerintahkan seorang pelajar perempuan supaya membuka purdah (cadar)-nya. Dia juga memerintahkan agar pemakaian cadar di tempat umum di semua sekolah al-Azhar dilarang.

Sikap Tantawi ini telah memberikan lampu hijau kepada negara-negara sekular Barat seperti Prancis, Belanda dan Belgia dalam melarang penggunaan cadar di negara Barat. Sehari setelah komentar Tantawi Liga Utara (partai politik sayap kanan dan sekutu PM Italia Silvio Berlusconi ) merencanakan perundang-undangan untuk mengharamkan penggunaan cadar di Italia. Dr. Nazreen Nawaz, wakil Media Muslimah Hizbut-Tahrir Britain menyatakan, “Syaikh Tantawi bukanlah orang yang asing dalam memukul gendang mengikut irama negara sekular Barat. Antara lain dia mendukung pelarangan kerudung di Perancis, menasihati perempuan-perempuan Muslim untuk membuka kerudung mereka dalam memenuhi kehendak undang-undang sekular Barat, serta bersalaman dengan Presiden Israel Shimon Peres – seorang jagal yang tangannya berlumuran dengan darah ribuan rakyat Palestina.”

“Dia menunjukkan kemarahan terhadap wanita yang bercadar, sebaliknya memberikan fatwa mengizinkan pemerintah sekular Mesir untuk membolehkan wanita yang berpakaian setengah telanjang di pusat-pusat hiburan di Mesir. Dia menggunakan Islam untuk berhujah bahwa wanita Muslimah harus membuka wajahnya, tetapi dia diam terhadap pemerintah sekuler rezim Husni Mubarak yang zalim yang berupaya menyingkirkan Islam; termasuk membunuh, memanjarakan dan menyiksa siapapun yang menyerukan pemerintahan Islam.”

Cegah Pertambahan Populusi Muslim, Pemerintah Belanda Akan Larang Pernikahan Antarkerabat

Perdana Menteri Balanda, Belkenende, menyatakan secara terang-terangan di depan Parlemen Belanda bahwa pemerintahannya berniat mengeluarkan undang-undang yang melarang pernikahan di antara kerabat. Undang-undang tersebut diarahkan kepada kaum Muslim. Berdasarkan rencana undang-undang tersebut, kaum Muslim di negeri ini dilarang menikahi putri paman atau bibi. Pemerintah berharap undang-undang ini akan mempengaruhi tingkat aliran imigran baru dari negeri-negeri Islam ke Belanda. Tidak menutup kemungkinan pemerintah Belanda cepat atau lambat akan mengeluarkan undang-undang lain yang berkontribusi dalam membatasi pertumbuhan demografi kaum Muslim: seperti larangan mempunyai lebih dari satu orang anak atau pembatasan usia perkawinan bagi kaum Muslim pada usia 40 tahun, sebagai pendahuluan bagi pelarangan secara total.

Berbeda dengan Rasisme Wilders –seperti yang disifati oleh politisi Aleksander Bekhtold- yang secara terbuka menyerukan pengusiran kaum Muslim dari negeri ini, Belkenende berupaya mempersempit kaum Muslim di negeri ini, tetapi menggunakan cara politis yang halus, tidak provokatif. Tujuan semua politisi di negeri ini adalah satu, meski cara-cara mereka berbeda.

Otoritas Palestina dan Pendudukan Zionis Israel Berkerjasama Menculik Anggota Hizbut Tahrir

Aparat kemanan Fatah berkerjasama dengan pendudukan Zionis melancarkan serangan penggerebekan ke dalam rumah-rumah para anggota Hizbut Tahrir di kota Husan, sebelah barat Betlehem. Hizbut Tahrir Palestina dalam keterangan pers mengatakan bahwa aparat keamanan Fatah menculik salah seorang anggota Hizbut Tahrir, Muhammad Sabatin, dari rumahnya, padahal usia beliau sudah lebih dari lima puluh tahun. Mereka juga menculik seorang yang telah lanjut usia di antara warga kota, Fathi Hamamra, dari tokonya, padahal umur beliau di atas enam puluh lima tahun. Dalam melakukan tindakan keji ini, mereka tidak memiliki rasa malu sedikit pun, atau tanpa memiliki rasa hormat terhadap usianya yang telah lanjut.

Hizbut Tahrir menegaskan bahwa serangan itu dilakukan bekerjasama dengan pendudukan zionis, mengingat kendaraan-kendaraan militer pendudukan zionis berpatroli di jalan-jalan kota, sementara pada saat yang sama aparat keamanan Fatah melancarkan serangannya. Hizbut Tahrir menilai hal itu sebagai bukti dari sekian banyak tindakan keji dan memalukan oleh Otoritas Oslo yang membiarkan zionis Yahudi membuat kerusakan dan teror di muka bumi, khususnya di Palestina.

Nobel Perdamaian untuk Obama Dipertanyakan

Presiden Amerika Barack Obama secara sensasional memenangkan hadiah Nobel Perdamaian pada hari Jumat kemarin setelah kurang dari setahun dia menduduki posisi sebagai presiden AS dan atas usaha diplomatiknya yang “luar biasa” untuk mewujudkan perdamaian dunia.

Sekalipun Barack Obama pada masa kampanyenya berjanji akan menarik militer Amerika di Irak, sampai saat ini pasukan Amerika masih tetap bercokol di sana. Di Afganistan Obama tengah berencana mengirimkan pasukan tambahan ke sana agar rakyat tak berdosa yang menjadi korban perang semakin banyak. Politik Obama terkait krisis Palestina juga ternyata masih lanjutan politik Amerika terdahulu, menjadi pendukung mutlak rezim Zionis Israel. Tidak cukup sampai di sini, janji Obama untuk menutup penjara Guantanamo tampaknya hanya menjadi pemanis bibir karena dengan pelbagai alasan ia bahkan mendukung berlanjutnya aktivitas penjara kontroversial ini.

Bukan pertama kali pemberian hadiah Nobel menimbulkan kontroversi. Pada tahun 1973, di puncak Perang Vietnam yang mengakibatkan tewasnya ratusan ribu warga Vietnam, hadiah Nobel Perdamaian diberikan kepada Henry Kissinger, Menteri Luar Negeri Amerika waktu itu. Pada tahun 1978 hadiah Nobel Perdamaian diberikan kepada Anwar Sadat, mantan Presiden Mesir dan Menachem Begin, mantan Perdana Menteri Zionis Israel. Padahal mereka menandatangani Perjanjian Camp David, yang bertentangan dengan kepentingan Palestina dan Dunia Islam, akibat tekanan Amerika.

[Farid Wadjdi; dari berbagai sumber].

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*