Negara-negara kaya kapitalis, seperti Amerika, Inggris dan Kanada, menggambarkan paket bantuan kepada negara-negara Islam sebagai kegiatan amal. Namun, dalam kenyataannya, uang itu merupakan investasi yang memungkinkan kekuatan-kekuatan kolonial mempertahankan pengaruh mereka di tanah kaum Muslim. Bantuan asing adalah suatu alat kontrol. Kita harus menyerukan kepada orang-orang yang berpengaruh di negeri-negeri Muslim untuk menolak bantuan asing dan mengubah mereka bahwa tidak ada ketertundukan selain kepada Allah SWT.
Pada Oktober lalu Presiden AS Barack Obama menandatangani undang-undang tahun 2009 tentang Kemitraan yang disempurnakan dengan Pakistan. RUU ini, juga dikenal sebagai UU Kerry-Lugar, menjanjikan bantuan US$ 7,5 miliar dalam waktu 5 tahun. Namun, prasyarat-prasyarat yang melekat pada RUU itu menimbulkan masalah bagi banyak orang, termasuk bagi tentara Pakistan, yang melihat RUU sebagai pelanggaran keamanan nasional.
Bantuan Luar Negeri: “Tidak ada Makan Siang Gratis”
Ketika menganalisis tindakan-tindakan negara-negara yang mengadopsi ideologi kapitalis, seperti Amerika, penting untuk mengakui bahwa mereka tidak memberikan bantuan—moneter atau sebaliknya—secara gratis. Suatu analisis mendalam atas UU Kerry-Lugar akan mengungkapkan bahwa paket bantuan mensyaratkan ketentuan sebagai berikut:
1. Amerika dapat memeriksa program nuklir Pakistan sekehendaknya.
2. Washington harus mengkonfirmasi kenaikan pangkat militer dan penunjukkan jabatan yang dibuat oleh para pemimpin sipil Pakistan.
3. Pakistan harus siap menerima menjadi kambing hitam—tanpa bantahan—atas kegagalan Amerika dan Inggris di Afganistan.
4. Militer Pakistan harus menghentikan dukungan bagi kelompok yang dicap ekstremis dan teroris oleh Barat, termasuk umat Islam yang menolak pendudukan di Kashmir dan Afganistan, serta mencegah para Mujahidin untuk melakukan operasi di negara-negara tetangga
5. “Para pemimpin nasional, regional, dan para pejabat anggota masyarakat sipil dan sektor swasta, warga negara, pemimpin agama, dan pemimpin suku Pakistan” harus melaksanakan proyek-proyek seperti yang didikte oleh Amerika Serikat.
6. Pakistan harus mengubah kurikulum madrasah-madrasah mereka.
Pakistan juga diharapkan mengorbankan pasukannya—yakni putra-putra yang mulia dari umat ini—demi kebrutalan Amerika atas pendudukan di Afganistan. Ini merupakan suatu tambahan bagi rakyat sipil yang terbunuh akibat pemboman pesawat-pesawat tak berawak Amerika.
UU Kerry-Lugar bukanlah paket bantuan asing yang pertama yang dikirim ke Pakistan. Menurut Badan Amerika untuk Pembangunan Internasional (US Agency for International Development/USAID), AS sendiri telah mengirimkan US$ 16.7 miliar selama tahun 1946-2007 dalam bentuk bantuan ekonomi dan bantuan militer. Meskipun “bantuan” ini sedang dalam pengiriman, situasi di Pakistan tidaklah membaik.
Kemana Perginya Uang Itu?
Uang yang dikirim oleh AS, Inggris, Kanada dan negara-negara kapitalis lainnya itu kebanyakan berakhir di saku perusahaan-perusahaan multinasional. Menurut The New York Times, 45% dari bantuan yang dikirim pemerintahan Bush ke Pakistan akhirnya sampai ke tangan kontraktor swasta Amerika. Trend serupa terjadi juga di Afganistan. Menurut Action Aid, sebanyak 60% bantuan dianggap sebagai “bantuan hantu (phantom aid)”, yang bahkan tidak sampai ke Afganistan. Sebaliknya, bantuan itu disalurkan langsung ke rekening bank perusahaan-perusahaan Amerika.
Bantuan itu juga merupakan sarana mendukung pemerintahan boneka. Dilaporkan dalam Koran Telegraph bahwa pemerintah Karzai bergantung pada negara-negara asing atas 90% dari pendapatannya. Sebagian besar berasal dari AS (yang berjanji memberikan sekitar US$ 10 miliar pada tahun 2008). Artikel itu mencatat bahwa tanpa uang itu, pemerintah Karzai tidak akan mampu bertahan melawan Taliban. Uang bantuan itu digunakan untuk membiayai pemerintahan boneka tingkat lokal, yang pada gilirannya untuk menerapkan kebijakan luar negeri negara sponsor. Dengan kata lain, uang ini tidak dimaksudkan untuk membantu orang miskin Afganistan, melainkan untuk menopang pemerintahan boneka yang merupakan alat Amerika.
Penyusunan skema “paying-off” para penguasa kelas lokal ini rutin dilakukan di antara negara-negara kolonial kapitalis. Sebagai contoh, kesepakatan pembangunan kapal selam antara Pakistan dan Prancis. Sebuah perusahaan Prancis dipekerjakan membangun sebuah kapal selam bagi tentara Pakistan. Pada tahun 2002, 11 insinyur Prancis yang bekerja untuk perusahaan ini tewas dalam ledakan bom yang terjadi di Karachi, Pakistan. Awalnya, mereka menyalahkan Al-Qaeda. Namun, seorang hakim Prancis yang menyelidiki kasus ini mengklaim bahwa pengeboman tidak bisa dilepaskan dari kesepakatan antara pemerintah Prancis dan Pakistan. Hakim menyatakan bahwa tentara Pakistan membunuh warga negara Prancis karena Prancis berhenti membayar “komisi” kepada para pejabat militer Pakistan atas penjualan kapal-kapal selam itu.
Di Mesir, terdapat hubungan elit penguasa negara itu dengan Amerika. Artikel Mingguan Al-Ahram (2006) mencatat Mesir menerima bantuan US$ 1,3 miliar untuk militer asing dan US$ 1.2 miliar untuk pendidikan dan pelatihan militer internasional. Dengan membayar tentara secara langsung, ketergantungan mereka pada Amerika akan terjamin. Melalui pelatihan intensif, Amerika juga dapat merekrut banyak agen. Artikel itu mencatat bahwa David Welch, Asisten Menteri Luar Negeri AS untuk Urusan Timur Dekat, melihat Mesir sebagai sebuah kunci dalam kebijakan luar negeri Amerika Serikat dalam hal meluaskan pengaruh Amerika di Palestina, Suriah, Libanon, Sudan dan Iran.
Amerika tidaklah sendirian dalam menggunakan bantuan untuk mendapatkan pengaruh mereka di wilayah kaum Muslim. Kanada juga mengambil bagian dalam permainan ini. Di Afganistan, saluran bantuan Kanada dilakukan melalui organisasi non-pemerintah (LSM), termasuk Oxfam dan CARE Canada. Pemerintah Kanada tidak mau memberikan bantuan uang kepada rezim Karzai dan pendukung pemerintah boneka Amerika itu. Lebih jauh lagi, Karzai sudah demikian terperosok ke dalam korupsi. Tentu saja dengan cara yang dapat menjamin kepentingan disana.
Kolonialisme: Anak Kandung Kapitalisme
Persaingan antarnegara kapitalis tidak lain merupakan penyamaran dari bentuk penjajahan. Kebijakan kolonial memancar dari Kapitalisme, yang menyatakan bahwa satu-satunya kriteria untuk suatu tindakan adalah “manfaat dan madharat”. Menurut rumusan kapitalis, tujuan kebijakan luar negeri adalah untuk kepentingan mereka dan melindungi kepentingan mereka di luar negeri. Tentu kepentingan utama negara-negara kapitalis adalah ekonomi. Ini berarti bahwa bangsa-bangsa itu akan bersaing satu sama lain mengakses secara murah sumber-sumber daya alam dengan mengorbankan bangsa-bangsa yang lebih lemah.
Umat menyaksikan kebijakan dalam invasi Amerika ke Irak, tentara Amerika penyerbu itu melindungi kementerian perminyakan, tetapi meninggalkan rakyat jelata untuk bisa bertahan sendiri. Selanjutnya, sistem ekonomi kapitalis bergantung pada pengadaan secara murah sumberdaya dan tenaga kerja untuk memberikan landasan bagi perusahaan-perusahan dan mendorong harga saham dan indeks pasar saham agar lebih tinggi.
Hal yang sangat kontras dilakukan para Sahabat ra. yang setia kepada Allah dan Rasulullah saw. Misalnya, ketika Ka’ab bin Malik ra. diboikot oleh umat— atas perintah Allah—dia menerima surat dari Raja Ghassan yang pro-Romawi (yang memiliki kebencian mendalam terhadap Islam), dan mengundang dia untuk meninggalkan Madinah dan tinggal di dalam “kenyamanan dan kesenangan” dengan orang-orang Kristen. Setelah membaca surat itu, Ka’ab ra. hanya membakarnya. Namun, hari ini adalah cerita yang berbeda. Kita melihat para penguasa dan para pendukungnya mengikuti Amerika dan Inggris dari belakang dengan cara mengorbankan ‘izzah (harga diri) mereka.
Walhasil “bantuan asing” sebenarnya adalah alat bagi negara-negara kapitalis untuk memperbudak negara-negara Muslim, dan yang lebih penting, haram bagi negara-negara Muslim untuk membiarkan diri mereka untuk dijajah bangsa-bangsa lain. Allah SWT berfirman:
وَلَنْ يَجْعَلَ اللَّهُ لِلْكَافِرِينَ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ سَبِيلا
Allah tidak akan memberi orang-orang kafir jalan (untuk menang) atas orang-orang Mukmin (QS an-Nisa’ [4]:141).
[Riza Aulia: www.khilafah.com]