Mukadimah
Islam dan persatuan kaum Muslim merupakan ruh bagi umat Islam. Hal ini diakui oleh Lord Curzon, Menteri Luar Negeri Inggris pada tahun 1924. Ketika benteng pemersatu umat, Khilafah Utsmaniyah di Turki, diruntuhkan pada 1924, dia mengatakan, “The point at issue is that Turkey has been destroyed and shall never rise again, because we have destroyed her spiritual power: the Caliphate and Islam (Inti permasalahannya adalah bahwa Turki telah dihancurkan dan tidak akan bangkit kembali, karena kita telah menghancurkan jantung kekuatan spiritualnya: Khilafah dan Islam).”
Kaum imperialis tercengang, sebab Islam dan gerakan perjuangannya tidak mati. Karenanya, tidak mengherankan, Henry Kissinger, Asisten Presiden AS untuk urusan Keamanan Nasional 1969-1975, pada bulan November 2004 di Koran Hindustan Times berkata dengan tendensius, “…What we call terrorism in the United State, but which is really the uprising of radical Islam against the secular world, and against the democratic world, on behalf of re-establishing a sort of Caliphate (…Apa yang dinamakan terorisme di Amerika, tetapi sebenarnya adalah kebangkitan Islam radikal terhadap dunia sekular, dan terhadap dunia yang demokratis, atas nama pendirian kembali semacam Kekhalifahan).”
Wajar jika kelompok/organisasi Islam yang berjuang menerapkan syariah dan menjadikan Islam sebagai way of life (ideologi, mabda’) dianggap mengancam kepentingan negara kafir imperialis dan anteknya. Sebab, kelompok/organisasi demikianlah yang selama ini menentang kezaliman mereka.
Dalam pandangan mereka, upaya mengembalikan Islam kâffah harus dihentikan. Bahkan Perdana Menteri Inggris Tony Blair pada pidato di depan Konperensi Partai Buruh beberapa waktu lalu menyebutnya sebagai ideologi setan, “What we are confronting here is an evil ideology (Apa yang sedang kita lawan adalah ideologi setan)….” (http://news.bbc.co.uk/1/hi/uk/4689363.stm).
Salah satu caranya adalah dengan melakukan infiltrasi terhadap gerakan/kelompok tersebut.
Mengapa Infiltrasi?
Infiltrasi adalah upaya ‘perembesan’ ke dalam tubuh gerakan Islam. Tujuannya adalah memperorakporandakan perjuangan, mem-buat konflik internal, mengalihkan arah perjuangan dan akhirnya menggagalkan upaya gerakan tersebut dalam mencapai tujuannya. Arahnya pada penyesatan pemikiran dan politik (tadhlîl fikri wa siyâsi). Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Syamsir Siregar menyampaikan rencananya untuk penyusupan ke dalam gerakan-gerakan Islam dalam raker Komisi I DPR RI dengan jajaran Menko Polhukam. “Kita melakukan penetrasi pada kelompok-kelompok Islam radikal dengan cara melakukan penyusupan internal untuk membuat konflik,” ungkap Syamsir (28/11/2005). Untungnya, hal itu mendapatkan penentangan dari banyak pihak.
Upaya seperti ini bukanlah hal baru. Pada zaman Nabi saw. pun, kalangan kafir Quraisy berupaya melakukan hal tersebut, namun gagal total. Pertama kali, Quraisy berupaya untuk melemahkan akidah para Sahabat. Ada semacam upaya pelunturan ideologi. Tampak sekali bagaimana Yasir, Sumayyah, Amar bin Yasir, Bilal dan Sahabat lain dipengaruhi, bahkan dengan kekerasan, untuk melepaskan keyakinannya akan kebenaran Islam. Nabi Muhammad disebut mereka sebagai ahli syair dan dukun yang pintar mempengaruhi orang (QS al-Haqah [69]: 38-43). Al-Quran sebagai wahyu pun disebut sebagai ‘perkataan setan’ dan Nabi saw. disebut sebagai gila (QS at-Takwir [81]: 19-25). Namun, para Sahabat tak berpaling dari ideologinya.
Infiltrasi pun dilakukan untuk menimbulkan konflik internal gerakan Islam. Ibnu Hisyam menceritakan dalam kitabnya As-Sîrah an-Nabawiyah bahwa sekelompok Yahudi memecah-belah kaum Muslim dari kalangan suku Aus dan Khazraj. Salah seorang pemuda mereka menyusup pada suku-suku tersebut. Orang ini memprovokasi mereka tentang Perang Bu’ath, yakni peperangan yang pernah terjadi di antara kedua suku tersebut. Kedua kelompok itu pun siap berhadapan. Untungnya, hal itu segera sampai kepada Rasulullah saw. Beliau dengan keras bersabda, “Apakah kalian akan bertindak seperti para penyembah berhala….” Mereka pun segera sadar dan bertobat.
Bentuk dan Teknik Infiltrasi
Berangkat dari pengalaman tersebut, upaya infiltrasi terhadap gerakan Islam masa sekarang ini setidaknya dilakukan dalam dua jenis, yakni pelunakan ideologi dan radikalisasi dalam bentuk aksi fisik. Pelunakan ideologi dilakukan dengan menjauhkan gerakan Islam dari pikiran, pendapat dan hukum syariah Islam. Gerakan/kelompok/organisasi Islam digiring untuk tidak menyuarakan syariah Islam. Tidaklah mengherankan, saat rame bermunculan peraturan daerah (Perda) yang dianggap bernuansa syariah Islam, mulai dari pejabat hingga wakil rakyat banyak yang menentangnya. Tak sedikit organisasi Islam pun mencemoohnya. Cara berpikirnya pun diubah berdasarkan cara pandang demokrasi dan hak asasi manusia (HAM). Misalnya, ketika neoliberal makin tertancap dalam pemerintahan baru di Indonesia, sebagian gerakan/organisasi Islam malahan menjadi pendukung utamanya. Alasannya, neolib hanyalah salah satu di antara mazhab pemikiran ekonomi yang dapat digunakan untuk menjalankan roda perekonomian. Neolib tidak lagi dipandang dari sudut pandang syariah Islam, yang akarnya bertentangan dengan hukum syariah. Bahkan dalam memecahkan persoalan mereka tidak lagi menyuarakan dan membawa-bawa al-Quran, hadis dan ajaran syariah Islam secara umum. “Ini kan bukan Negara Islam!” dalih mereka.
Jika ini terus-menerus terjadi maka jangan heran bila upaya penegakkan Islam akan terbelokkan. Belum lagi dimunculkan istilah Islam radikal lawan Islam moderat. Islam radikal dikonotasikan negatif, sementara Islam moderat dikonotasikan lebih arif. Ketua Desk Koordinasi Pemberantasan Terorisme (DKPT) dan Mantan Kepala BIN Ansyaad Mbai menyampaikan dalam sebuah seminar di Jakarta (22/10/2009), bahwa ciri dari ideologi Islam radikal ini adalah memperjuangkan syariah secara kâffah. Pada sisi lain, ditanamkan pemisahan Islam lokal (nasional) dengan transnasional. Padahal Islam berasal dari Rasulullah saw., Makkah al-Mukarramah. Tidak ada Islam asli Indonesia. Jika gerakan/kelompok Islam bergerak berdasarkan irama tersebut berarti gerakan/kelompok tersebut telah termakan infiltrasi ideologis.
Pada sisi lain, infiltrasi biasanya dilakukan dengan radikalisasi dalam bentuk aksi fisik. Pada zaman Orde Baru hal ini tampak terlihat dalam beberapa kasus seperti Komando Jihad (Komji), Woyla, Talang Sari, dll. Pihak-pihak yang memiliki semangat keislaman diprovokasi melakukan tindak kekerasan. Ini menjadi alasan bagi pihak tertentu untuk menghabisi gerakan/organisasi Islam secara keseluruhan. Begitu juga dalam kasus peledakan bom; banyak sekali kejanggalan. Yang pasti, ujung dari semua itu adalah stigmatisasi terhadap gerakan/kelompok Islam bahkan umat secara keseluruhan. Dampak dari ini adalah diawasinya dakwah di masjid-masjid, muslimah bercadar, laki-laki berjanggut, dll sebagaimana yang disampaikan oleh Kadivhumas Mabes Polri beberapa waktu lalu. Tampak, ketika infiltrasi ini terjadi maka arah dakwah terbelokkan dan muncul legitimasi untuk penghancuran perjuangan Islam.
Infiltrasi dilakukan dengan beberapa teknik. Di antaranya dengan cuci otak. Sebagai contoh ada pengakuan seorang kiai di Cianjur, beliau dan beberapa kiai lain diajak untuk berkunjung ke Amerika. Beliau menolak, beberapa lainnya berangkat. Ternyata di sana diajak jalan-jalan, disediakan tempat tinggal dan makanan enak, ditunjukkan kehidupan Islam yang baik-baik di sana, diajari demokrasi dan HAM, dll. Sekembalinya di Indonesia, mereka yang sebelumnya mendukung Islam dan memandang AS sebagai penjajah, kini berubah total. Ada juga berbentuk bantuan dana dan pemberian beasiswa, khususnya dalam ilmu-ilmu sosial. Sebagaimana diketahui, tidak mungkin seseorang lulus master atau doktor kecuali tesis dan disertasinya sesuai dengan ilmu yang diajarkan dan pandangan profesor pembimbingnya. Jika tidak, dijamin tidak lulus. Ada lagi tawaran masuk ke sistem. Setelah berada di dalam system, baik parlemen maupun kabinet, sikapnya tidak lagi kental dengan perjuangan Islam melainkan sangat pragmatis. Dulu untuk menghentikan dakwah Rasulullah, kaum Quraisy menawari beliau kekuasaan, dengan syarat, beliau menghentikan dakwah. Beliau menolaknya. Ada juga bentuknya berupa penokohan. Namanya diangkat lewat media massa. Awalnya sebagai pembela Islam. Namun, setelah penokohan terbentuk, bicaranya berubah menjadi menghalalkan riba, tidak mewajibkan jilbab, bergandengan tangan dengan negara penjajah, menjelek-jelekkan organisasi/kelompok Islam yang tegar dalam perjuangan Islam, anti syariah, dll.
Mencegah Infiltrasi
Infiltrasi untuk menggagalkan perjuangan penegakkan Islam tidak akan berhenti. Karenanya, perlu langkah-langkah untuk mengantisipasinya. Prinsipnya adalah berpegang teguh pada ajaran Islam sedemikian rupa sehingga perjuangan tidak menyimpang dari relnya. Pertama: gerakan/organisasi Islam harus tetap berpegang teguh pada ideologi Islam yang lurus (QS Ali Imran [3]:102;, l-An’am [6]: 153). Hal ini dicontohkan juga oleh Rasulullah saw. saat diminta meninggalkan perjuangan Islam dengan imbalan harta, tahta dan wanita. Beliau menolaknya dengan tegas (As-Sîrah an-Nabawiyah li Ibni Hisyâm, II/101). Penyimpangan sedikit saja dari ajaran Islam sama dengan kereta api keluar dari relnya.
Kedua: gerakan/organisasi Islam memiliki pemikiran yang diadopsi (afkâr mutabannat). Sebuah gerakan/organisasi merupakan sosok diri maknawi (syaksh[un] maknawi). Karenanya, sebagai suatu bangunan tubuh gerakan/organisasi sejatinya memiliki satu pemikiran yang diyakini dan diperjuangkan oleh para anggotanya. Pemikiran Islam yang sama inilah yang akan menyatukan langkah mereka. Pemikiran yang diadopsi ini pulalah yang akan menjadi totok ukur apakah jalan yang ditempuhnya melenceng dari garis perjuangan ataukah tidak. Siapapun yang menyimpang dari afkâr mutabannat berarti tengah mengarah keluar garis perjuangan. Satu hal yang penting dicatat, afkâr mutabannat ini tidak menyangkut semua hal, melainkan sebatas pada ajaran Islam yang terkait dengan sistem yang akan diterapkan dan penyatuan umat. Perkara ibadah mahdhah, misalnya, diserahkan kepada mazhab masing-masing.
Ketiga: gerakan/kelompok Islam memiliki jalan perjuangan yang jelas baik menyangkut pemikiran (fikrah) maupun metode untuk mencapainya (tharîqah). Keduanya harus digali dari syariah Islam. Ketidakjelasan fikrah dan tharîqah akan menjadikan munculnya friksi dan banyak faksi. Bahkan dalam tataran lebih jauh ia bisa mengakibatkan konflik akibat perbedaan metode yang ditempuh. Misalkan, metode yang ditetapkan suatu gerakan adalah tanpa kekerasan (ghayr ‘unfiyah) sesuai dengan jalan Rasulullah saw.. Ketika ada sebagian anggotanya yang menjadikan kekerasan sebagai metode untuk mengubah masyarakat, maka mereka hakikatnya telah keluar dari garis perjuangan. Hal ini perlu disikapi dengan tegas. Sebab, boleh jadi, sadar atau tidak, akan ada kepentingan lain masuk untuk menyimpangkan kelompok tersebut dari jalan perjuangan Islam.
Keempat, karena arahnya adalah menegakkan hukum Islam secara kâffah maka konsekuensinya kompromi dengan sistem kufur harus ditolak. Jika tidak, hal ini akan menjauhkan dari Islam yang selama ini diperjuangkan.
Kelima: sistem administrasi (idâri) dan pengkaderan yang ketat dan jelas. Gerakan/organisasi Islam merupakan organisasi kader dakwah. Perlu kematangan, keseriusan dan kedisiplinan. Siapapun yang masuk ke dalamnya hanya sekadar untuk membuat kericuhan, bukan berjuang penuh ketulusan, akan mental dengan sendirinya. Infiltrasi pun akan terhindari karenanya.
Keenam: terus menanamkan kesadaran politik. Hal ini akan menjadikan para anggota memahami hakikat kejadian yang sedang berlangsung. Selain itu, perjuangan Islam bukanlah jalan bebas hambatan. Karenanya, diperlukan keikhlasan dan sikap istiqamah pada para anggotanya. Keikhlasan dan keistiqamahan inilah modal perjuangan.
Satu hal yang penting, hindari prasangka buruk (su’u-zhann) terhadap sesama aktivis dakwah. Selain dosa, sekali prasangka buruk terjadi, ini berarti para musuh Islam yang berupaya menginfiltrasi telah berhasil menanamkan bibit konflik dan benih kegagalan. Jangan gunakan prasangka buruk untuk menilai. Gunakanlah keenam langkah tadi untuk melihat apakah ada unsur infiltrasi atau tidak. Selama semuanya terpenuhi, insya Allah langkah perjuangan ada dalam jalannya yang lurus. Wallâhu a’lam. []
oke, insyaAllah..
maka persiapakanlah hati dan diri kta untuk menyambut kemenangan yang pasti datangnya…^^