Pernyataan Sri Mulyani di Wall Street Journal edisi 10 Desember 2009 dinilai pengamat politik Burhanuddin Muhtadi bak menyiram api dengan bensin. Konflik terpendam antara Sri dengan sejumlah politisi bisa terbuka lebar.
Sri menyatakan kepada Wall Street Journal, Panitia Khusus Angket adalah kreasi lawan-lawan politiknya. Salah satu yang disebut Menteri Keuangan itu adalah Aburizal Bakrie, yang disebutnya tak senang dengannya.
“Pernyataan itu bisa berbuntut panjang,” ujar Burhan. “Statemen itu politically incorrect dan bak menyiram api dengan bensin, apalagi dengan menyebut motivasi politik dan dendam Aburizal,” ujar peneliti senior Lembaga Survei Indonesia dalam pernyataan tertulis ke VIVAnews, Kamis 10 Desember 2009.
Pernyataan pengajar di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia itu, kata Burhan, bisa membuat Golkar bisa kebakaran jenggot. Sri juga membuat posisi Demokrat yang tidak single majority menjadi dilematis karena Golkar pemegang kursi terbesar kedua dan Idrus Marham, Sekretaris Jenderal Golkar, adalah Ketua Panitia Khusus.
“Seharusnya Sri membangun komunikasi dengan partai-partai, bukannya membuka front dengan mereka. Statemen itu makin menyudutkan Sri karena dia tak punya basis politik dan kaki di parlemen,” kata Burhan yang mendapatkan master ilmu politik dari Australian National University itu.
Pernyataan Sri itu juga, kata Burhan, membuat Boediono juga bisa terkena getah karena banyak mitra koalisi Demokrat yang mencibir Boediono dan Sri sebagai pejabat tak berkeringat karena dapat posisi strategis tanpa partai. Sri dan Boediono bisa jadi musuh bersama politisi.
Akibatnya, “Jika secara politis tidak menguntungkan, bisa jadi Demokrat “melepas” Sri dan Boediono,” ujar Burhan. Jelas, kasus Century ini menguji kekuatan bangunan koalisi yang dibangun Susilo Bambang Yudhoyono. (vivanews.com, 10/12/2009)