HTI

Iqtishadiyah

Kebijakan Energi Dalam Islam (Bagian I)

Masa Depan Energi

Ketersediaan sumber-sumber energi di seluruh dunia merupakan tantangan masa depan. Sebagaimana yang ditunjukkan oleh dua perang dunia, kontrol atas sumber-sumber energi adalah kunci dari kesuksesan ekonomi dan karena itulah sangat mungkin akan pecah perang antara negara-negara paling kaya di dunia.

Beberapa tren mengenai energi yang perlu dipahami adalah:

1. Minyak bumi.

Produksi minyak dunia saat ini adalah 81 juta barel perhari; 29.5 juta barel dari jumlah itu dihasilkan oleh OPEC—atau lebih dari 30% produksi minyak dunia. Para ahli geologi mengklaim bahwa 85% bumi mengandung minyak.

2. Batubara.

Batubara adalah bahan fosil yang paling melimpah. Pemakaian bahan bakar yang memunculkan revolusi industri ini terus meningkat. Cadangan batubara dunia diperkirakan bisa bertahan hingga 165 tahun lagi. Negara-negara penghasil utamanya adalah Amerika, Cina, Afrika Selatan, Australia dan Eropa.

3. Gas alam.

Gas alam bisa dianggap sebagai pengganti sebagian dari minyak. Sebenarnya lebih banyak gas yang dihasilkan di alam dibandingkan dengan minyak. Namun, lebih banyak juga gas yang keluar karena tidak sempurnanya tempat penyimpanannya. Diperkirakan konsumsi global gas alam akan meningkat dua kali lipat menjelang tahun 2030.

4. Tenaga nuklir.

Tenaga nuklir dihasilkan melalui fisi nuklir dengan cara memisahkan atom-atom pada sebuah reaktor nuklir. Atom-atom yang dipisahkan dalam proses fisi itu mengeluarkan energi yang sangat besar, yang bisa memutar generator turbin dan menghasilkan listrik.

5. Energi terbarukan.

Energi terbarukan merupakan sebuah alternatif dari berkurangnya bahan bakar fosil yang dihasilkan dari sumber-sumber alam—seperti sinar matahari, angin, hujan, pasang laut dan panas bumi—yang semuanya bisa diperbarui. Penggunaan energi ini bergantung pada kondisi iklim dan geografis suatu wilayah yang akan memakainya. Angin merupakan energi terbarukan yang paling matang, sementara biomass adalah yang paling stabil.

Selain teknologi panel surya dan turbin angin, energi terbarukan masih dalam tahap awal pengembangan; kebanyakan teknologi masih harus dioperasikan melalui pemakaian energi fosil. Pengembangan teknologi terbarukan ini membutuhkan 20-40 tahun lagi.


Geopolitik Energi

Era minyak menghasilkan teknologi sendiri, keseimbangan kekuasaan, ekonominya sendiri dan pola-pola hidupnya sendiri. Masa depan keamanan energi akan memainkan peran sentral dalam keseimbangan global kekuasaan. Beberapa tren yang muncul akan menciptakan beberapa adegan geopolitik global sebagai berikut:

Ancaman Timur-Tengah secara bertahap bergeser dari wilayah unipolar (satu kutub) yang pesaingnya menikmati hegemoni AS bagi wilayah multipolar. AS akan lebih menghadapi persaingan dari Cina dan India atas akses minyak Timur Tengah. Naiknya permintaan global atas minyak dipimpin oleh Cina yang ekonominya terus booming, dan yang lebih sedikit, oleh ekspansi ekonomi India. Kedua negara itu kini semakin bersaing dengan AS, Uni Eropa dan Jepang untuk mendapat bagian terbesar produksi minyak dunia. Permintaan minyak yang lebih besar mempengaruhi kemampuan Amerika untuk menarik dirinya keluar dari penurunan produksi dan menciptakan inflasi di seluruh dunia Barat.

Jika sewaktu-waktu Cina pada masa mendatang harus mengembangkan kemauan politik dan ambisinya, hal itu dilakukan dalam posisi ekonominya yang relatif kuat untuk melemahkan Amerika secara substansial.

Rusia adalah produsen utama gas alam, salah satu produsen minyak terkemuka, dan sebuah negara pemenang global. Hubungan antara Uni Eropa dan Rusia sekarang didominasi oleh Rusia dan pada masa depan akan membuat Eropa bergantung pada minyak dan gas dari Rusia. Guncangan minyak tahun 1970-an memiliki efek yang berbeda pada berbagai negara Eropa. Inggris mempunyai beberapa sumber minyak di Laut Utara dan prospek untuk mendapatkan lebih, seperti yang dialami Norwegia. Jerman dan Prancis memiliki sedikit atau malahan tidak punya minyak sendiri. Guncangan perbedaan pada periode mendatang dalam hal kelangkaan minyak akan membuat wilayah Eropa lebih sulit bertahan.

Vladimir Putin telah menggunakan minyak dan gas sebagai senjata diplomatik terhadap negara-negara Eropa, yang telah berbaris meminta minyak dan gas Rusia pada bulan Juni 2007 setelah mereka melakukan tuntutan berlebihan terhadap Rusia.

Berbeda dengan Cina dan India, Rusia memiliki sejarah kekuatan politik dan kedewasaan, dan bukti selama dua tahun terakhir adalah bahwa Rusia telah mulai kembali menemukan dirinya sebagai kekuatan regional setelah mengambil kembali Kazakhstan dan Uzbekistan dari cengkeraman Amerika dan berhasil menghentikan pengaruh tiga revolusi di wilayah itu. Amerika semakin khawatir akan pertumbuhan ekonomi dan pengaruh politik Rusia.

Salah satu prestasi AS tahun 1970-an adalah dengan mematok harga (pegging) minyak dengan dolar. Ini berarti bahwa transaksi minyak di pasar internasional dilakukan hanya dengan dolar. Hal ini telah memungkinkan AS untuk mempertahankan dolar sebagai mata uang utama dunia dan mata uang pilihan untuk cadangan devisa.

Saat ini Uni Eropa yang dipimpin oleh Prancis dan Jerman semakin menyerukan negara-negara lain untuk mematok harga minyak dengan mata uang Euro sehingga bisa memberikan stabilisasi harga minyak dan memberikan pendapatan yang stabil bagi negara-negara penghasil minyak.

Namun, hal ini akan berdampak parah terhadap dolar sebagai mata uang jika itu terjadi dan akan melanggengkan krisis ekonomi Amerika karena akan lebih mendevaluasi mata uang dolar.

Pemerintahan dan perusahaan-perusahaan di seluruh dunia terus melihat bahan bakar fosil (minyak, batubara dan gas) sebagai prinsip sumber energi dunia untuk masa mendatang.

Menurut sebagian besar perkiraan, bahan bakar ini dapat memuaskan lebih dari 85% plus kebutuhan energi global pada 2030. Dengan konsumen yang telah ada dan konsumen yang baru bergantung pada bahan bakar tradisional ini, sementara energi alternatif banyak dilihat kurang praktis, maka perjuangan atas sumber-sumber bahan bakar tradisional tersebut akan lebih intensif.

Meskipun saat ini terjadi kelangkaan pasokan minyak di seluruh dunia, hal ini tidak akan mengurangi arti pentingnya Timur Tengah. Bahkan wilayah ini akan menjadi kawasan paling penting di dunia. Hal ini karena 61% cadangan minyak dunia berada di Timur Tengah. Jumlah cadangan minyak yang “terbukti” adalah jumlah yang ditunjukkan oleh informasi geologi dengan jumlah yang pasti dari cadangan-cadangan yang sudah diketahui.

Dari triliunan barel minyak pada saat ini diperkirakan hanya 39% berada di luar Timur Tengah. Saat ini, 61% cadangan minyak dunia berada di tangan rezim Timur Tengah: Arab Saudi (22%), Irak (11%), Iran (8%), UEA (9%), Kuwait (9%) dan Libya (2%).

Saat ini dari 11 juta barel perhari (bpd), Amerika Serikat mengimpor 3 juta barel perhari dari Timur Tengah. Namun, pada tahun-tahun mendatang ketergantungan pada Timur Tengah diproyeksikan meningkat dengan pesat. Hal ini karena cadangan di luar Tengah Timur ini terkuras habis dengan tingkat yang jauh lebih cepat daripada di daerah lain. Rasio keseluruhan cadangan- produksi teratas—merupakan indikator berapa lama cadangan akan bertahan dengan tingkat produksi saat ini—di luar Timur Tengah adalah sekitar 15 tahun dibandingkan dengan sekitar 80 tahun di Timur Tengah. Ini adalah alasan mengapa George Bush mengatakan pada April 2007, ketergantungan Amerika pada minyak luar negeri adalah “pajak asing atas rakyat Amerika.”

Timur Tengah adalah salah satu wilayah yang paling bergejolak di dunia dan arti pentingnya akan tumbuh lebih kuat. Saat ini Amerika sangat mencemaskan perkembangan politik di wilayah ini. Kembalinya Khilafah seperti yang diperkirakan oleh beberapa lembaga dapat berpotensi melumpuhkan ekonomi Amerika pada waktu pengaruh politik Amerika berada pada titik terlemah sejak akhir Perang Dingin.

Kebangkitan Cina dan India bersama dengan Brasil, Turki, Korea Selatan, Malaysia dan Indonesia dan banyak negara Asia Timur berarti bahwa industri energi perlu memenuhi kebutuhan para pesaing baru ini dan persyaratan yang ada dari negara-negara industri yang lebih matang. Cina dan India mengubah peta geopolitik global.

Cina dan India (‘Chindia’) sedang mencari sumber energi untuk mereka sendiri ketika mereka kekurangan mineral. Tingkat pertumbuhan mereka saat ini hanya akan meningkat jika mereka dapat mengamankan sumber energi yang diperlukan. Permintaan energi India telah menciptakan suatu keadaan krisis energi terus-menerus. India adalah negara miskin dalam hal sumberdaya minyak dan saat ini sangat bergantung pada batu bara dan impor minyak luar negeri untuk kebutuhan energinya. Karena itu India telah membuat langkah signifikan dalam hal sumber daya energi terbarukan, tetapi untuk sebagian besar bergantung pada pipa gas Iran-Pakistan-India (IPI) yang telah lama tertunda. Di sisi lain, Cina, walaupun secara keluruhan kaya potensi energi, masih memerlukan pembangunan untuk mendapatkan cadangan energi itu.

Kedua negara dalam beberapa dekade ke depan akan menjadi semakin bergantung pada energi impor yang langsung membawa mereka untuk konflik dengan Amerika yang tagihan impornya juga semakin meningkat.

Bagian besar dari produksi minyak dunia saat ini hanya berasal dari 116 ladang minyak raksasa; 50% dari kebutuhan harian dunia berasal hanya dari 116 ladang minyak yang masing-masingnya menghasilkan lebih dari 100.000 barel perhari. Semuanya, kecuali empat, ditemukan lebih dari 25 tahun yang lalu dan banyak yang menunjukkan tanda-tanda berkurangnya kapasitas. Di antaranya adalah ladang-ladang minyak terbesar dunia—Ghawar di Arab Saudi, Cantarell di Meksiko dan Burgan di Kuwait. Ketiga negara raksasa minyak itu menghasilkan 10% kebutuhan minyak harian dunia. Untuk setiap barel minyak yang hilang perlu ditemukan tempat baru untuk mempertahankan tingkat produksi minyak saat ini.

Satu-satunya sumber lain yang mungkin baru adalah konversi bahan bakar non-cair penopang minyak seperti Canadian tar sands dan minyak dari gunung berbatuan (oil shale) untuk menjadi minyak sintetis. Menurut perkiraan, dunia memiliki cukup cadangan sumber-sumber non-konvensional.

Dengan teknologi yang ada, banyak energi yang diinvestasikan hanya untuk mengambil bahan-bahan tersebut dan mengubahnya menjadi cairan yang bisa digunakan. Namun, kebanyakan bahan bakar non-konvensional hanya bisa memberikan kontribusi beberapa juta barel perhari untuk memberi pasokan minyak global. Cara itu tidak bisa mengkompensasi penurunan besar atas ladang minyak konvensional yang utama.

Meskipun banyak negara memproduksi minyak, sangat sedikit yang bisa menghasilkan banyak minyak, dan lebih sedikit lagi yang mampu meningkatkan produksi minyaknya. Jika negara-negara yang akan atau telah mencapai puncak produksi dihilangkan dari daftar produsen utama, maka hanya 15 negara yang tersisa dengan potensi penting untuk meningkatkan output-nya, yakni: Aljazair, Angola, Azerbaijan, Brazil, Iran, Irak, Kazakhstan, Kuwait, Libya, Nigeria, Qatar, Rusia, Arab Saudi, UEA dan Venezuela. Beberapa negara lain dapat bergabung dengan kelompok istimewa ini namun ditetapkan tren atas kelompok istimewa ini untuk membuat mereka sebagai poros energi global dan pusat persaingan energi berikutnya.


Dunia Muslim dan Energi

Tanah kaum Muslim telah menjadi pusat konflik kolonial selama lebih dari satu abad. Hal ini karena Dunia Islam tidak pernah kekurangan sumberdaya energi yang mendasar diperlukan bagi industrialisasi. Sayang, negeri-negeri Muslim itu menyajikan gambar yang penuh kontradiksi. Ringkasan kekuatan Energi Dunia Muslim adalah sebagai berikut:

● 74% cadangan minyak dunia, yakni lebih dari setengah cadangan seluruh dunia, jika dikombinasikan, berada dalam tanah kaum Muslim.

● Dunia Muslim memompa 42% dari kebutuhan harian minyak dunia.

● Memiliki 54% dari cadangan gas dunia.

● Memompa 30% kebutuhan harian gas dunia.

● Arab Saudi memiliki ladang minyak Ghawar, yang merupakan ladang minyak terbesar di dunia.

Iran dan Qatar memiliki ladang South Pars North Dome. Yang terletak di Teluk Persia adalah ladang gas terbesar di dunia.

Iran juga memiliki cadangan gas alam terbesar di dunia setelah Rusia.

Kuwait, negara-kota yang kecil, memiliki 10% cadangan minyak dunia.

● Pembangkit Shoaiba dan tempat desalinasi adalah kompleks pembangkit Combine Cycle Gas Turbine (CCGT), Desalinasi di Arab Saudi, pembangkit listrik terbesar di dunia berbahan bakar fosil, serta pembangkit air dan listrik terintegrasi ketiga terbesar di dunia.

Kazakhstan adalah produsen uranium terbesar di dunia setelah Australia dan memiliki cadangan uranium terbesar setelah Australia. Kazakhstan saja memiliki 20% uranium dunia.

Pakistan memiliki cadangan batubara terbesar setelah Amerika Serikat. Ladang batubara Thar di Sindh adalah ladang batubara terbesar di dunia.

● Pembangkit Brunei Liquefied Natural Gas (BLNG), dibangun pada tahun 1972, adalah ladang gas alam cair terbesar di dunia.

Qatar, Indonesia dan Malaysia adalah negara eksportir gas alam cair (LNG) terbesar dunia.

Walaupun memiliki banyak kelebihan seperti itu, dunia Muslim memiliki infrastruktur energi yang buruk dimana banyak orang hidup tanpa listrik. Di Arab Saudi dan negara-negara Teluk, dengan infrastruktur energi yang telah maju saja, banyak dari penduduknya yang hidup dalam kemiskinan.

Infrastruktur di Teluk Persia dan Hijaz dikembangkan oleh Inggris dan Amerika Serikat. Namun, sangat sedikit transfer keterampilan yang dilakukan sehingga membuat kawasan itu bergantung pada keterampilan Barat.

Meskipun produksi minyak dan konsumsinya akan terus meningkat, selama 30 tahun terakhir, sangat sedikit kilang yang dibangun di seluruh dunia. Wilayah yang memiliki cadangan minyak terbesar (61%) dan memompa 31% minyak dunia, yakni Timur Tengah, hanya bisa menyuling 8% dari jumlah itu; 76% minyak dunia disuling di daerah dengan sedikit sumber minyak, tetapi dengan permintaan minyak yang meningkat. Amerika menyuling 20% minyak dunia, sementara Eropa menyuling 22% minyak dunia dan Timur Jauh 27% dari minyak dunia.

Oleh karena itu, meskipun Dunia Islam mempunyai pangsa minyak yang besar, pada dasarnya hal itu tidak ada gunanya karena ketidakmampuan untuk melakukan semuanya. Karena alasan ini sebagian besar minyak disalurkan untuk Timur Jauh dan Eropa untuk bisa disuling, lalu produknya dijual kembali bagi dunia Muslim. [Riza Auliya, Sumber: Khilafah.com – Bersambung]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*