Assalâmu‘alaikum wa rahmatullâhi wa barakâtuh.
Pembaca yang budiman, perhatian dan keseriusan Pemerintah negeri ini dalam mengurusi, melayani dan mengayomi rakyat tampaknya layak dipertanyakan. Pasalnya, Pemerintah seolah abai terhadap nasib rakyat, terutama dalam masalah-masalah sosial-ekonomi. Semakin banyak saja rakyat yang terlantar, terutama karena ditimpa oleh kemiskinan. Padahal negeri ini terkenal sangat kaya dengan berbagai sumberdaya alam. Beberapa sumber kekayaan alam itu bahkan menjadi nomor satu di dunia. Terlantarnya nasib rakyat tentu saja berdampak langsung terhadap terlantarnya generasi penerus mereka, yakni anak-anak mereka.
Terkait dengan nasib banyak anak-anak di negeri ini, kepada kita sudah sering dipertontonkan baik di jalanan secara langsung atau melalui media-media cetak dan elektronik tentang betapa pilunya keadaan mereka. Banyak di antara anak-anak itu yang menjadi pengamen dan pengemis jalanan di gerbong-gerbong kereta api, di bis atau di lampu-lampu merah. Sebagian mereka yang masih kanak-kanak itu ada yang sudah harus bergelut dengan dunia orang-orang dewasa; menjadi pedagang asongan, buruh kasar, dll. Bahkan di antara mereka ada yang melacurkan diri atau dilacurkan untuk memuaskan nafsu bejat orang-orang dewasa. Di antara mereka juga ada yang kemudian terjerumus dalam pergaulan bebas dan dunia hitam, termasuk menjadi korban kekerasan fisik dan seksual orang-orang dewasa.
Lalu apa yang telah dilakukan oleh Pemerintah untuk menyelamtkan mereka? Sangat minim jika tidak dikatakan tidak ada sama sekali. Buktinya, kasus-kasus tragis yang menimpa anak-anak itu tidak makin berkurang, tetapi dari waktu ke waktu makin bertambah. Jika sudah demikian, bagaimana masa depan mereka? Kepada siapa mereka harus bergantung saat Pemerintah sendiri—yang notabene seharusnya paling bertanggung jawab—cenderung abai terhadap nasib mereka? Bagaimana pula Islam memandang persoalan ini? Apa solusi syariahnya? Apa pula langkah real dan praktis yang mesti dilakukan umat islam saat ini?
Di seputar itulah fokus al-waie edisi kali ini, selain sejumlah perkara penting yang sayang kalau dilewatkan begitu saja oleh para pembaca. Mudah-mudahan, dalam setiap terbitannya, al-waie sedikit-banyak bisa terus menumbuhkan kesadaran sekaligus kepedulian pembaca terhadap nasib Islam dan umatnya. Pada gilirannya, dengan itu kita makin terus terpacu untuk melakukan perubahan lebih serius dan sungguh-sungguh lagi, tentu demi ’izzul Islâm wal Muslimîn. Selamat membaca!
Wassalâmu‘alaikum wa rahmatullâhi wa barakâtuh.
Assalamualaikum. Betul kata ibu Febrianti, bhwa anak2 jaman sekarang ahlaknya buruk dan moralnya rendah, karena memang pemerintah tdk memberi pendidikan yg cukup untuk anak2, pendidikan mahal, ekonomi sulit. itulah yg menyebabkan anak kita tertinggal dg anak2 negara lain
Bintang Al Fatih
Siswa SMPN 1 Purwokerto
Ingin Menjerit ketika saudra2 kt yang lain tdk mau untuk berjuang..tapi ana yakin bahwa tegak nya Ideologi Islam Sudah di depan mata
pendidikan selain islam tentu akan membawa ke arah selain islam, padahal dalam islam pendidikan adalah yang paling penting. Negara yang tidak berdasarkan syariah (khilafah) tentu akan ‘sengaja’ mendidik tidak bersyariah pula…
Fakta tersebut diatas (banyaknya anak2 terlantar, mskin, kurang gizi) UUD orang miskin, anak terlantar dipelahara oleh Negara .. mana buktinya.. Ini menunjukkan kegagalan Negara dalam melayani Umatnya, kegagalan Sistem disegala bidang. Sampai kapan hal ini akan terjadi …..sedangkan semakin hari jumlah anak akan bertambah ?
Semoga pemimpin Negeri ini masih punya HATI, punya NURANI untuk mengerti & memahami KEBROBOKAN SISTEM saat ini dan sadar untuk MENERAPKAN SISTEM yg datang dari ILAHI RABBI..
Beginilah jadinya bila kita punya pemerintah yang kurang apresiasinya terhadap ajaran Islam, masalah pendidikan pun menjadi terlantarkan. Pengelola pendidikan dibiarkan berbisnis sendiri dan mengambil untung seenaknya sehingga rakyat miskin tidak bisa mengenyam pendidikan. Bahkan hal ini pun merembet ke sekolah negeri milik pemerintah. Sekolah-sekolah bagus memang bermunculan, namun hanya mereka yang punya uang berlebih saja yang bisa menikmatinya. Padahal rakyat sangat miskin, sekedar makan pun tak cukup. Sementara pemerintah berlepas tangan tanpa sedikit pun tanggung-jawab. Janji-janji dana kompensasi sudah diyakini rakyat sejak awal hanya sekedar pemanis bibir belaka. Untuk itu, seharusnya rakyat negeri ini yang mayoritas Muslim wajib untuk mengganti system pendidikan bedasarkan Kapitalisme ini dengan sistem pendidikan berdasarkan syariah Islam Kaffah. Dengan itu, akan terwujud generasi harapan kita yang membawa pada perubahan sejati dan yang pasti di ridhai Allah Swt
Padahal negeri ini terkenal sangat kaya dengan berbagai sumberdaya alam. Beberapa sumber kekayaan alam itu bahkan menjadi nomor satu di dunia. Terlantarnya nasib rakyat tentu saja berdampak langsung terhadap terlantarnya generasi penerus mereka, yakni anak-anak mereka.
Ya begitulah pemimpin negara kita yang lebih mencintai kepentingan kelompoknya daripada mencintai rakyatnya. Padahal kalau seandainya negara kita mau mengelola secara baik kekayaan alamnya maka negara akan sanggup menghidupi warganya negara dengan baik… oh Indonesia ..oh Indonesia sampai kapan potret kelam anak bangsa akan seperti ini?
ini terjadi karena lingkunagan pada keluarga,dan lingkungan di sekitar rumah,pergaulan yang salah dengan anak yang tidak benar membuat anak kita jadi tidak benar,sedang orangtua yang tak mendidik anak tentang agma di rumahnya bagai perisai yg tak ada pegangannya,jadi meski hanya menceritakan kisah nabi2 paDA anak sebelum tidur bisa dihitung sebagai pengajara agama kepada anak